{SELAMAT MEMBACA}
Satu bulan sudah waktu berlalu. Dira menjalani hari-harinya seperti biasa, pagi kuliah setelah selesai kuliah di rumah saja, jika bosan ia keluar jalan-jalan atau menghabiskan waktunya bersama teman-teman barunya. Dira cukup menikmati kehidupan barunya, ia juga sudah sangat akrab dengan keluarganya, salah satunya Rayan. Dira sudah cukup akrab dengan dosennya itu, jika tidak bertemu di kampus mereka bertemu di rumah sebab, beberapa kali Rayan menginap di rumahnya. Memang, hubungannya dengan keluarganya sangatlah baik.
Perlahan Dira mulai mengenali sisi lain kakak iparnya itu, entah kenapa tiba-tiba saja mereka bisa akrab namun, kadang bisa juga bertengkar kecil karena Rayan sering membuat Dira kesal. Seperti saat ini, sudah setengah jam Dira menunggu Rayan di kafe namun, pria yang ia tunggu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Tentu saja Dira kesal, ditambah jadwal kuliahnya hari ini cukup padat, membuatnya merasa lelah dan ingin cepat-cepat istirahat.
Tadi sekitar dua jam lalu Rayan memintanya untuk ketemuan di kafe, karena tidak ada kesibukan lagi akhirnya Dira menerima ajakan duda beranak satu itu.
"Maaf telat," ucap Rayan akhirnya datang.
Dira menghela napasnya. "Lumutan Dira nungguin Bapak. Janjinya setengah dua ini sudah jam dua! huh..."
"Ya, maaf. Tadi tiba-tiba ada urusan mendadak." Rayan menatap beberapa piring kosong di meja. "I-itu semua, kamu yang makan?" tanyanya tidak percaya.
"Iyalah, saking lamanya. Tuh, ada piring bekas donat, nasi goreng, pancake, waffle kentang goreng terus ada red velvet cake juga. Bapak kira nunggu Bapak gak buat saya lapar? lapar lah," ucap Dira.
Rayan terkekeh. "Maaf-maaf, sebagai permintaan maafnya, saya yang akan bayar ini semua."
"Nah, bagus kalau gitu. Ya udah, kenapa Bapak minta ketemuan?"
Rayan menarik napasnya, lalu menatap Dira dengan tatapan serius. "Menikahlah dengan saya!"
"HAH?!" Dira terkejut, saking terkejutnya mulutnya terbuka lebar. Apa dirinya tidak salah dengar? Apa dirinya sedang berhalusinasi dilamar seorang duda?
"Mulutnya di tutup. Saya tau pasti kamu terkejut dengan permintaan saya ini."
"Bapak mabok ya?" tanya Dira memastikan.
"Saya tidak mengkonsumsi alkohol dan saya saat ini sadar. Saya serius, Dira. Saya ingin kamu menikah dengan saya."
"Dira tidak mau!" ucapnya tanpa berpikir lama.
"Kenapa langsung dijawab? Saya akan memberikan waktu untuk kamu memikirkannya."
"Dira tidak mau!"
"Pokoknya kamu harus menikah dengan saya!" tegasnya.
Dira melotot. "Lah, kok maksa?"
"Saya serius, Dira." Rayan menatap Dira.
"Dira tidak bisa, Pak. Kenapa Bapak tiba-tiba ingin menikah dengan Dira? Apa karena wajah Dira mirip dengan kak Dara?"
"Tidak! bukan itu alasannya. Kamu dan Dara orang yang berbeda dan saya tidak pernah menganggap kamu itu Dara! saya sedang membuka hati saya untuk menerima kamu, entah kenapa tiba-tiba saya memilih kamu untuk saya perjuangkan dan saya halalkan. Saya ingin menikahi kamu bukan semata-mata ingin mencari ibu sambung Rafa, meski itu salah satu alasannya. Saya tidak ingin egois memilih untuk tetap sendiri, Rafa membutuhkan sosok seorang ibu dan saya ... saya membutuhkan seorang istri untuk menjadi teman hidup saya dan juga untuk ibadah."
Deg
Dira tertegun mendengar jawaban Rayan, matanya berkedip cepat. "Dira rasa, Dira bukan orang yang tepat. Dira tidak bisa!" Setelah mengatakan itu, Dira tiba-tiba beranjak pergi meninggalkan Rayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Mas Duda
Fiksi Umum15+ (Romance- comedy) Setelah dua belas tahun tinggal di luar negeri, Dira Leticia Afsana memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memulai kehidupan barunya. Dira juga melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas yang ada di kotanya. Kepulangann...