{SELAMAT MEMBACA}
Sepulang dari rumah Hanum, seperti keinginan Amira tadi, wanita itu mengajak anaknya ke rumah orang tuanya. Sebenarnya Dira sangat malas, tapi karena sudah lama tidak bertemu akhirnya ia mau.
"Huh, mama nyesel ngajak kamu mama jera! Nanti-nanti Mama gak mau ngajak kamu lagi," gerutu Amira.
Dira terkikik, senang banget membuat mamanya itu kesal. "Kenapa, Ma?"
"Kamu malu-maluin mama! Jadi beneran dibungkuskan mbak Hanum, 'kan makanannya."
"Ahaha ... padahal Dira cuma bercanda, Ma. Mungkin ibu Hanum memang ingin membungkus makanan untuk dibawa pulang. Biasanya gitu, keluarga atau orang terdekat setelah hajatan atau acara lainnya pasti pulangnya dikasih bingkisan."
"Pokoknya mama kesal!"
"Ya mau gimana lagi, sudah terjadi," jawab Dira terkekeh. "Ugh, Mamaku yang cantik sedang kesal." Ia mencubit pipi Amira.
Amira berdecak kesal, apalagi setelah Dira mencubit pipinya.
Sekarang mereka sudah sampai di tujuan, Dira dan Amira pun langsung keluar dari mobil.
"Assalamualaikum," ucap Amira.
"Wa'alaikumussalam," jawab mereka.
Ternyata ada beberapa anggota keluarganya yang juga ada di rumah neneknya, sehingga rumah terlihat ramai.
"Siapa itu, Mir?" Aminah menatap Dira.
"Anak tetangga," jawab Amira. Dira mendengus, mamanya malah menyebut dirinya anak tetangga.
"Oh anak tetangga kamu?" ucapnya percaya saja dengan ucapan Amira.
"Ish ... ini Dira Nek!" ucap Dira sambil menghentakkan kakinya.
"Dira? Dira siapa?"
"Ini Dira, Kak Mir?" tanya wanita yang lebih muda dari Amira.
"Iya, Tante. Keponakan Tante yang cantik se-Asia tenggara." Dira langsung memeluknya.
"Ya ampun ... Sudah besar kamu, Nak? cantik lagi. Ya Allah, Tante sampai gak mengenali kamu."
"Ini Dira anak kamu yang gak pulang-pulang seperti bang Toyib itu, Mir?" tanya Aminah lagi.
"Iya, Ma," jawab Amira.
"Kok Dira disamain sama bang Toyib sih?!"
"Iya, soalnya kamu gak pulang-pulang, malah betah di negeri orang." Sang nenek langsung menarik tangan Dira, lalu memeluknya. "Dasar cucu nakal! kenapa baru pulang sekarang hah?!" Hal yang Dira tidak sukai terjadi, neneknya mencubit pipi kanan kirinya secara bergantian.
"Aduh Nek ... sakit ih."
"Nenek gemes banget! Kamu juga tambah cantik."
"Aduh, Nek. Berhenti mencubit pipi Dira."
"Gak mau." Neneknya terus mencubit pipinya.
Dira berusaha kabur, ternyata tenaga sang neneknya cukup kuat, membuat Dira sedikit kesusahan. Hingga beberapa kali mencoba, akhirnya ia berhasil lolos dari neneknya.
Dira menyalami keluarganya satu persatu, ada pamannya, tantenya dan juga ada sepupunya.
"Wah, cantik banget sih Lo!"
"Jelas dong. Kamu Nanda, 'kan?"
"Eh, gue kira lo gak tau."
"Cuma nebak sih, soalnya kamu duduk dekat Tante Anita, pasti anak Tante Anita."
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Mas Duda
General Fiction15+ (Romance- comedy) Setelah dua belas tahun tinggal di luar negeri, Dira Leticia Afsana memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memulai kehidupan barunya. Dira juga melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas yang ada di kotanya. Kepulangann...