Hai, maaf baru bisa up lagi hihi...
sebelum lanjut baca jangan lupa votenya yaa ... part akan dilanjutkan jika sudah tembus 85 vote
Kalau ada typo tolong tandain...
{SELAMAT MEMBACA}
Hari sudah berganti malam, Dira sedang menikmati makan malamnya bersama keluarganya. Di meja makan ada Rose, Rama dan juga kedua anak mereka, mereka datang karena ingin bertemu Halimah, sang nenek. Ada juga om tantenya yang juga ikut makan bersama. Mereka datang membawa anak dan cucu masing-masing, membuat suasana meja makan cukup ramai. Sedangkan Rayan? pria itu sudah pulang ke rumahnya sejak sore tadi, hanya ada Rafa yang menginap.
"Nenek tinggal di sini, 'kan?" tanya Rose.
"Iya, nenek sudah memutuskan untuk tinggal di sini saja tapi bukan di rumah kalian ini. Nenek kembali ke rumah nenek dulu."
"Terus, gimana rumah di sana, Nek?" tanya Dira. "Gak dijualkan? sayang, di sana banyak kenangan."
"Enggak, nenek gak jual. Ada Ratna yang ngurusin rumah di sana dan ada dua maid lainnya."
Dira menghela napas lega. "Syukurlah, Dira kira rumah itu akan dijual."
"Gimana rasanya tinggal bareng Nenek, Kak?" tanya Aurel, sepupu Dira.
"Enak! Kakak dimanjain, mau apa aja boleh. Tapi, kamu tau kan gimana sifat Nenek? tegas, kalau kakak telat shalat langsung deh siap-siap di pukul sapu."
"Ih, kok Kak Dira betah banget sih?"
Dira mendekati Aurel. "Entah, kakak juga gak tau bisa betah tinggal bareng wanita tua itu hihi," bisiknya.
"Kamu ngomongin nenek ya?" Halimah menatap tajam.
"Enggak kok."
"Kenapa bisik-bisik? Aurel, dia ngomong apa sama kamu?"
"Oh itu Nek, kata Kak Dira, Kak Dira juga tidak tahu kenapa bisa betah tinggal bareng wanita tua itu," jawab Aurel jujur. Dira membulatkan matanya, sepupunya ini kelebihan jujur.
"Wanita tua ya? Hmm..."
"Nenek memang sudah tua, 'kan?" Halimah mendelik tajam ke arahnya.
Dira tertawa, ia berbisik pada Aurel sengaja ingin memancing neneknya, tapi tidak disangka Aurel malah mengatakan hal yang sejujurnya.
"Dira bercanda kok, Nek. Ih, lama banget deh Dira gak liat wajah kesal Nenek, Dira rindu liat Nenek marah-marah," ucapnya.
"Kalian mau tau gimana anak kalian ini?" tanya Halimah menatap Abraham lalu beralih menatap Amira. "Suka banget bikin kesal, suka banget bikin Mama marah-marah. Anak kalian ini juga usil, tiada hari tanpa membuat mama marah-marah. Kalau dia kuliah atau keluar rumah, rumah ibaratnya seperti surga, damai, tenang, nyaman. Syukur mama sabar."
Mereka terkekeh mendengar cerita Halimah, Amira menggelengkan kepalanya, ternyata anaknya memang usil.
"Nenek kok buka kartu sih?"
"Supaya orang tua kamu tau."
"Ternyata Dira memang suka usil ya, Nek? Aku kira cuma di sini saja. Waktu kecil gak terlalu sih, tapi kalau sudah gede gini kelakuannya geleng-geleng kepala—"
"Dira gak seburuk itu ya, Kak," potong Dira.
"Kamu aja yang tidak sadar. Pernah nih Nek, tengah malam gedor-gedor pintu kamarku, tentu saja itu sangat menggangu," lanjut Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Mas Duda
Fiction générale15+ (Romance- comedy) Setelah dua belas tahun tinggal di luar negeri, Dira Leticia Afsana memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memulai kehidupan barunya. Dira juga melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas yang ada di kotanya. Kepulangann...