Hari Pertama Bag.2

2.3K 253 7
                                    

Ini masih sambungan dari cerita sebelumnya, karena satu hari kan harus ngegambarin dua pov. Masing masing dari mereka kan punya kehidupan sendiri, kesibukan yang berbeda, dan kegiatan yang berbeda. Tapi tenang dengan sendirinya mereka akan saling terhubung satu sama lain. Kira kira gimana ya mereka bisa akhirnya ketemu, mungkin masih agak lama untuk Jisoo dan Jennie bertemu, harus sabar ya..



Seoul, 20 Juli


*** 08.00 ***


Jennie pov


Aku menunggu  Lim di depan gang apartemenku, karena semalam dia berjanji hari ini akan menjemputku. Aku sudah terlambat tapi Lim belum juga datang. Sambil menunggu aku memperhatikan sekitar, banyak orang yang sudah melakukan aktifitasnya. Beberapa toko juga sudah buka, sepeti toko roti, kedai kopi dan toko permen dibelakangku ini.

Aku terfikir untuk mengirim chat pada Lim agar mempermudah dirinya menemui ku nanti. Ku ambil handphone lalu membuka aplikasi chat.

'Sayang,aku di depan toko permen ya, di depan pintu masuknya.' 

Setelah mengetik pesan dan mengirimnya aku kembali terdiam. Sesaat setelah pesan terkirim tiba tiba jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kenapa aku.." batinku . Karena rasanya ini sangat ganjil, baru pertama kali aku merasakan jantungku seperti mau meloncat keluar. Aku tetap terdiam sambil memegangi dadaku.

"Sayang..!" Tiba tiba sepasang tangan memeluku dari belakang.

Refleks aku langsung menoleh kekiri ternyata Lim sedang tersenyum.

"Kamu kenapa ? Aku panggil berkali kali gak noleh. Mikirin aku ya..?" Tanyanya sambil mencubit pipi kananku.

"Ayoo kita berangkat aja, aku udah telaaatt..." ucapku manja sambil menggandeng tangan Lim, dia hanya tersenyum dan menggandengku menuju mobil.

Diperjalanan aku berfikir tentang kejadian tadi,
"apa mungkin jantungku berdebar karena mau ketemu Lim ya" batinku sambil melirik Lim yang tengah fokus menyetir.

Memandangnya membuatku teringat saat awal betemu dengannya. Kuakui aku lah yang duluan jatuh cinta padanya.

Gedung fakultasku, Fakultas Ilmu dan Budaya bersebelahan dengan gedung fakultasnya, yaitu Fakultas Hukum. Aku dan teman temanku sering makan di kantin FH disanalah aku melihatnya pertama kali. Wajah gantengnya mengalihkan duniaku, hingga entah sejak kapan akhirnya Lim baik padaku dan kami pun jadian. Rasanya seperti mimpi bisa menjalin kasih dengannya sampai sekarang. Tapi,sayangnya hingga saat ini aku belum mendapatkan lampu hijau dari keluarganya.

"Jangan liatin aku terus, nanti jatuh cinta loh" ucap Lim merusak lamunanku.

"Ih apaan sii," jawabku sambil memalingkan wajah darinya.

"Lagian dari tadi ngeliatin aku sambil senyum-senyum sendiri, ada apa sih emangnya? Apa aku seganteng itu ya,? Hmm ??" ledeknya sambil mencolek daguku.

"Sayang tau nggak, jantung aku tadi berdetak kencang karena ada kamu" ucapku malu.

"Ah masaaa,? Aku juga degdegan ko kalo deket kamu"

"Beneran ?" Tanyaku dengan senyum merekah memperlihatkan gummy smileku.

"Ya beneran, kan aku masih hidup, jadi jantungku degdegan dong" ucap Lim datar.

Senyum di wajahku langsung menghilang .
"Kamu emang gak romantis ya orangnya !" Ucapku sambil memanyunkan bibir dan memukul pelan tangannya, Lim hanya tertawa.









*** 08.30 ***


Jisoo pov

Hal pertama yang ku lakukan setelah sampai di RS adalah menemui orang yang sudah 'memasukan' ku disini. Sebuah pintu bertuliskan
'dr.Kim Taepyung, Sp BS' .

Kuketuk dan kubuka pintunya pelan. Terlihat seorang pria paruh baya duduk di mejanya sambil matanya tertuju pada buku yang dipegangnya. Sepertinya dia belum menyadari ada seseorang masuk keruangannya.

"Ayah.." panggilku

Dia menoleh dan tersenyum sambil menutup buku yang dibacanya.

"Kamu baru datang,?"

"Eehhmm iya.." ucapku canggung.

Dia berdiri menyimpan buku di lemari samping meja kerjanya. Aku menutup pintu berjalan ke kursi sebrangnya.

"Jangan duduk disitu" Dia duduk di sofa mewah dan menepuk pelan sofa di sampingnya.

"Duduknya disini"

Aku menahan nafas sebentar kemudian melakukan perintahnya. 5 menit kami hanya diam tanpa saling menatap.

"Ji.." aku menoleh kearahnya.

"Selamat ya, kamu sudah keterima bekerja disini"

"Aku hanya beruntung, karena mempunyai ayah seorang dokter bedah saraf ternama" jawabku. Alis ayah turun,ada garis kesedihan di wajahnya.

"Terimakasih sudah mejadi anak baik yang patuh pada orangtuanya" kata katanya seperti sebuah sindiran.

Bagaimana tidak, 26 tahun aku hidup menjalani pilihannya.

"Aku harap ayah bisa senang dengan ini. Oh ya, aku harus pergi keruanganku dulu, gak enak kalau dokter gigi baru terlambat dihari pertamanya bekerja".

Aku mulai berdiri dan tiba-tiba ayah memegang tanganku.

"Makan malamlah dirumah sama ayah dan ibu, kalau kerjaan kamu sudah selesai, ayah tunggu dirumah ya" ucapnya sambil tersenyum.

Aku cuma tersenyum kecut dan berjalan keluar ruangan. Aku menyandarkan tubuhku di pintu ruangan ayah sambil menatap langit-langit rumah sakit. Bayangan kembali ke hari dimana pertengkaran itu terjadi.


Flashback


"Jisoo gak mau jadi dokter ayah.!" Sambil menahan air mata.

"Kenapa? Bukannya itu mimpi kamu dari kecil?" Bentak ayah tak kalah keras.

"Mimpi aku?? Bukan itu mimpi ayah?? Masuk SMA favorit ayah, Les piano mimpi ayah ?? Les komputer mimpi ayah ?? Hah !? Gak pernah ada mimpi untuk diri aku sendiri !!"

Plaakkk~~

Tamparan melayang pada pipi kiriku, mebuatnya menjadi merah. Aku hanya diam menatap ayah,mataku sudah mulai berkaca. Terdengar suara ibu yang menangis memeluk ayah menghentikan ayah yang emosi.

"Pokoknya kamu harus jadi dokter!" Teriak ayah.

Aku memberanikan diri menatapnya namun aku melihat ribuan pikiran melayang di benakku. Seketika pandanganku gelap. Begitu sadar aku ada di sebuah ruangan rumah sakit. Seorang dokter dan seorang psikiater duduk berbincang dengan ayah dan ibu.

Mereka menjelaskan bahwa baik kesehatan fisik dan mentalku dalam kondisi buruk, karena aku terus berada dibawah tekanan. Semenjak kejadian itu,ayah menjadi lunak padaku. Dia berjanji tidak akan mengatur hidupku, namun nyatanya dia tetap melakukannya. Walupun diskusi denganku sebelumnya.

Akhirnya, aku memutuskan masuk Fakultas kedokteran gigi, setelah perbincangan yang alot dengannya. Sejak pertengkaran itu aku dan ayah jarang bicara. Hanya kalau ada Krystal datang kerumah, kami bersikap wajar. Itupun karena Krystal yang memintaku. Inilah alasan utamaku tinggal di apartement. Dan berat hati harus jauh dari ibu.







***TBC***

♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang