Bertahan, Menderita Dan Sabar Menunggu

1.8K 286 68
                                    

SNUH, Kamis.

*** 10.11 ***

~Krriiieeettt~

Jisoo membuka pelan pintu rawat kamar Mama. Nyalinya ciut saat di hadapannya ada Papa sambil melipat tangan dan menatap dengan tajam ke arahnya. Jisoo tersenyum kaku.

"Cepat masuk" suruh Papa dengan nada datar.

Jisoo mengangguk pelan kemudian masuk kamar dengan perlahan.

"Dari tadi Jennie hanya tiduran dan mengeluh sakit perut, saya takut dia kenapa-kenapa jadi saya menghubungimu" jelas Papa, Jisoo mengangguk mengerti.

Jisoo menoleh ke kiri dan di lihatnya Jennie sedang berbaring di sofa dengan lengan kanannya yang menutupi wajah. Sedangkan, lengan kirinya melingkar memeluk perutnya yang bermasalah.

Terdengar isak tangis kecil, Jisoo tersenyum sedih, mengerti masalah Jennie.

Jisoo mulai merendahkan dirinya dan bersimpuh di hadapan Jennie dengan menjadikan lututnya sepagai tumpuan, tangan kanannya mengelus kepala Jennie.

"Hari pertama ya?" Tanya Jisoo yang di balas anggukan lemah oleh Jennie.

Dengan lembut Jisoo mengangkat lengan kanan Jennie, di pandanginya mata basah Jennie yang sedang menatap ke arahnya.

"Minum obat dulu ya" ucap Jisoo, Jennie tidak menjawab, ia masih terisak.

Jisoo memegang kedua pundak Jennie dan mengangkatnya untuk membuat Jennie duduk bersandar pada pegangan sofa.

Jisoo mulai merogoh saku celanaya untuk mengambil obat.

"Babyyy.. hiks.. sakiitt.." lirih Jennie memeluk leher Jisoo, kemudian kembali menangis dengan menyembunyikan wajahnya di bahu Jisoo.

"Nangis aja enggak apa-apa kalau itu bisa ngurangin rasa sakitnya" ucap Jisoo mengelus kepala Jennie dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya berusaha sendiri menyiapkan obat.

Papa terus mengawasi Jisoo yang terlihat menggerus obat dengan dua buah sendok yang dibawanya, mulut Jisoo tidak berhenti membisikan kata-kata penenang pada Jennie yang masih memeluknya.

Papa sedikit terbingung, ini pertama kalinya ia melihat putri sulungnya semanja ini.

"Ayo diminum dulu" suruh Jisoo, tangan kirinya memegang sendok berisi bubuk obat yang sudah di campur sedikit air.

Dengan lemah Jennie membuka mulutnya dan meminum obat pemberian Jisoo, kemudian kembali bergelayut di bahu Jisoo.

"Sebentar lagi hilang sakitnya, sabar ya" ucap Jisoo mengelus kepala dan punggung Jennie.

Jisoo mulai memijat pelan bagian pinggang Jennie untuk mengurangi rasa sakit yang di rasakan kekasihnya itu, seperti biasa ia lakukan saat Jennie merasakan sakit seperti ini.

Sesekali Jisoo juga mencium kepala Jennie yang bersandar di bahunya untuk sekedar menguatkan Jennie.

Jisoo tidak sadar bahwa tindakannya ini memicu rasa tidak suka Papa yang dari tadi mengawasinya.

Tentu saja seorang ayah akan merasa risih saat seseorang yang bahkan belum mendapatkan restunya, berani menyentuh tubuh putri kesayangannya di depan matanya.

Beberapa menit kemudian, Jisoo merasakan tubuh Jennie semakin berat, obat tidur yang terkandung dalam obat pereda nyerinya mulai beraksi.

Jisoo membaringkan Jennie yang sudah tertidur pulas dan kemudian mulai berdiri,  ia sedikit mengelus lututnya yang terasa kesemutan.

"Sakit apa dia?" Datar Papa masih melipat kedua tangannya seolah mengintrogasi buronan.

"Nyeri datang bulan, Paman. Jennie selalu seperti ini jika waktu haidnya datang" Jelas Jisoo, Papa terdiam, ia baru tahu kalau Jennie memiliki sakit datang bulan.

♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang