[06] Setangkai Mawar Ungu

383 64 21
                                    


Tak terasa sudah 10 hari istana kehilangan sosok ratu dan pangeran kecil mereka.Hari ini adalah Hari ulang tahun putri padjajaran, siapa lagi kalau bukan Nimas Rara Santang.

Rara Santang, Gadis kecil yang mengurung diri di kamar itu terlihat menyembunyikan wajahnya dengan bantal kamarnya.
"Hiks, undaaaa.." tangisnya merindukan sosok Ibunda yang selalu memeluknya, pelukan hangat itu yang saat ini Rara Butuhkan.

Brak!

Siliwangi mendobrak pintu kamar Rara Santang, di belakangnya ada Walangsungsang yang umurnya akan beranjak 6 tahun pada bulan depan.

"Hiks, Rayi...."

Walang berhamburan memeluk Rara walaupun Rara masih ngambek.Tak lupa, Walang melempar bantal yang menutupi wajah Rara ke sembarang tempat hingga nyaris mengenai Ayahandanya--Siliwangi.

"Putriku, Ayo keluar..sudah banyak makanan disiapkan untukmu di bawah..." ajak Siliwangi dengan nada lembut.

"Rara mau bunda hwaaaaaaa!" tangis Rara akhirnya pecah juga.

Walang meringis mendengar tangisan sang adik.Ia menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.

"Rayi...tersenyumlah! Hari ini hari engkau hidup ke 4 tahun," ucap Walang yang mendapat tatapan tajam dari Rara.

"MEMPERINGATI RARA YANG HIDUP KE 4 TAHUN?! AKA WALANG MAU RARA MATI IYA?!!" tuduh Rara yang membuat bibir Walang melengkung.

"Hwaaaa ayanda...Walang dibentak Raraaaaa" adu Walang

"Hwaaa aka walang doain biar Rara cepet mati!" adu Rara

Siliwangi meringis mendengar putra dan putrinya yang menangis secara bersamaan.

-----

"Selamat ulang tahun putri cantik," monolog Argadana sambil membawa secangkir teh istana yang nantinya akan di minum oleh Rara Santang.

-----

Jaya Sangara, Bocah kecil yang kini sedang di gandeng sang kakek menuju permukiman warga, Kakek Zul rencananya akan membeli beras untuk makan Sangara, pasti Sangara bosan karna setiap hari makan Gandum melulu.

"Mahuuu itu!" seru Sangara sambil menunjuk ke ruko tukang anyam

"Kesana?" tanya Kakek Zul yang di angguki lucu oleh Sangara.

Kakek Zul dan Sangara kini berada di penjual Anyam yang menjual berbagai macam benda dan gerabah dengan duduk lesehan beralaskan tikar anyam.

"Sangara mau apa? Tikar?" tanya Kakek Zul sambil menunjuk tikar anyam.

Sangara menggeleng lucu.

"Keranjang?" tanya Kakek Zul sambil menunjuk keranjang anyam.

Lagi lagi Sangara menggeleng.Saat ini Sangara berjongkok, tubuh mungilnya yang sedang jongkok itu membuat siapa saja ingin mengarunginya karna kelewat gemas.

"Cemeti?" tanya Kakek Zul sambil mengambil sebuah cambuk panjang.

Sangara menggeleng lagi.

"Aya mahu itu!" ucap Sangara sambil menunjuk sebuah caping kecil.

"Ohh...caping," ucap Kakek Zul

Sangara mengangguk lucu membuat kakek Zul terkekeh gemas.

----

Semua penghuni istana kini Berkumpul Di Ruang Utama mereka sedang merayakan ulang Tahun Rara Santang yang Ke 4 tahun.Sedari tadi Rara Hanya Cemberut dengan bibir yang mengerucut lucu.

Brak!

Pintu Utama Istana yang Sangat besar itu Terbuka lebar karna Sebuah Sabitan bertenaga.Pelakunya adalah Orang yang selama ini di cari.Subang Larang.

Jaya Sangara (Raden Kian Santang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang