[14] KIAN SANTANG?

308 57 4
                                    

-JAYA SANGARA-

"Tapi bagaimana jika Prabu Siliwangi tidak mengizinkan Raden untuk pergi bersama kami?" tanya Ghani

"Pasti di izinkan. Lagipun, aku bukan putra mahkota. Jadi, tidak perlu di khawatirkan," ucap Kamandaka yang membuat Ghani menatap Kamandaka dengan iba.

Ghani tersenyum, "Yasudah, tapi..Sangara? Kamu yakin mau kembali ke Hutan? Tidak mau mencari orang tuamu lagi?" tanya Ghani pada Sangara kecil

"Tidak," jawab Sangara dengan yakin

"Kalian memangnya mau kemana?" tanya Argadana yang tiba tiba saja datang bersama Gagak Ngampar.

"Raka.." lirih Gagak Ngampar

Gagak Ngampar adalah adik Kamandaka yang jaraknya selalu di jauhkan oleh Ibunda mereka. Hingga, Gagak Ngampar tidak pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kakak.

Kamandaka yang mendengar suara adiknya langsung dengan cepat menoleh ke kanan dan langsung tersenyum lebar saat mendapati adiknya tengah ada di hadapannya tanpa ada penghalang. "Hiks, Raka.." rengek Gagak Ngampar

Gagak Ngampar hendak berlari memeluk Kamandaka, dan Kamandaka bersiap dengan terjangan pelukan dari adiknya itu. Namun,

"Jangan!" seru Argadana lalu menarik Gagak Ngampar dan menyembunyikan di balik tubuh Argadana.

"Paman benar benar jahat!" seru Sangara yang membuat Argadana mendengus kesal

"Aku hanya melaksanakan tugas," jawab Argadana

Argadana memperhatikan Sangara dan dia menjadi teringat perkataan neneknya.

"Bawa dia ke Sakaputra," perintah Nyi Rompang yang langsung di tolak oleh Argadana

"Tidak! Dia hanya akan merepotkanku!" seru Argadana

"Mengapa dia merepotkan kau! Kau itu di Pajajaran! Bukan di Sakaputra! Biarkan Anak itu menemani Yudhakara yang kesepian di istana! Sekaligus, kita besarkan untuk kita jadikan alat nantinya!" seru Nyi Rompang

"Jaya..." panggil Argadana

"Ya, Paman?" sahut Sangara

"Sebenarnya..kamu itu adalah Putra Paman," ucap Argadana yang membuat Gagak Ngampar, Kamandaka dan Ghani serentak menatap Argadana.

"Iya? Kenapa wajahku tidak mirip dengan Paman?" tanya Sangara

"Karna..kamu mirip ibundamu," jawab Argadana

"Oh ya? Dimana Ibundaku!!" seru Sangara dengan antusias

"Di Istana," jawab Argadana

"Wahh, Jaya anak Raja?" tanya Sangara

"Iya, Rajanya Sakaputra. Kamu juga punya satu saudara," ucap Argadana

"Benarkah? Siapa namanya? Laki laki atau perempuan?" tanya Sangara

"Nanti kamu akan tahu," ucap Argadana

"Yahh"

"Bagaimana? Kamu mau ikut Paman?" tanya Argadana

"Apa buktinya kalau Jaya adalah Putra Paman?" tanya Kamandaka yang membuat Argadana diam tak berkutik

"Paman..Putra Paman dulu pernah di culik oleh seseorang, dan kabarnya di buang di hutan. Jika dia masih hidup, pasti seumuran dengan Sangara," ucap Argadana

"Siapa yang membuangku?" tanya Sangara

"Paman tidak tahu, yang pasti dia berjubah merah," jawab Argadana yang langsung di gelengi Sangara

"Sangara dulu di buang oleh seseorang berjubah hitam, bukan merah," jawab Sangara membuat Argadana membulatkan mata.

"Berjubah hitam?" batin Argadana

"Bagaimana kau tau? Kau kan masih bayi," ucap Argadana

"Tentu, Sangara ingat semuanya," jawab Sangara yang membuat Ghani terheran.

"Coba ceritakan," perintah Kamandaka

"Aku di buang di kaki gunung oleh orang berjubah hitam dengan mengendarai kuda jantan berwarna coklat, lalu di temukan oleh kakek tua dan di besarkan di gubuknya," ucap Sangara kecil yang membuat Argadana membulatkan mata.

Argadana berlari menjauh dari istana, dengan Kian Santang yang masih dalam gendongannya.
Ia menaiki sebuah kuda jantan berwarna coklat yang berlari sangat kencang.

"Hihihi.."

Kian Santang terus tertawa di sepanjang perjalanan.

"Anak ini aneh..biasanya anak yang terpisah dengan orang tuanya pasti akan menangis, tapi kenapa dengan dia..? Kenapa dia malahan tertawa bukannya menangis?" gumam Argadana

"Apa pakaianmu saat itu?" tanya Argadana

"Aku kembali bertanya pada Paman, katanya Paman Ayahanda Jaya..lalu apa pakaian terakhir Jaya sebelum meninggalkan istana?" tanya Jaya Sangara

"Aku lupa," ucap Argadana

Sangara menggeleng dan tertawa kecil, "Baju putih panjang dengan rompi berwarna biru, dari kain sutra, lalu di dada bagian kiri ada gambar harimau emas," ucap Sangara yang sukses membuat Argadana terkejut.

"K-kian S-santang?" batin Argadana

"Kau ingat semua itu, apakah kau ingat orang tuamu? Dan dari mana kau berasal?" tanya Argadana



Bersambung...

Jaya Sangara (Raden Kian Santang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang