[25] Tolong aku

244 34 1
                                    

-JAYA SANGARA-

Dengan langkah kecilnya, Jaya Sangara berlari ke arah yang makhluk asing tadi tunjukkan. Dua hari Sangara berlari tanpa menunda nunda. Mulai sekarang, Jaya Sangara yang kecil itu akan keluar dari perangkat gelap Ghani, seorang diri. Karna Kamandaka..

Mati menjadi tumbal entah yang keberapa oleh Ghani.

Sangara berhenti berlari lalu menatap langit yang tak terlihat karna lebatnya daun pepohonan.

"Huhuhu..hiks..Rakaa.. maaf ini semua salah Sangara.." ucap Sangara di sela isak tangisnya seraya menggenggam sebuah kain kuning yang mengkilap yang merupakan ikat kepala Kamandaka.

"Hiks, Paman Prabu, maaf... Sangara membunuh Raka Kamandaka.."

Krak!

Suara ranting patah itu membuat Sangara reflek berbalik. Sebuah bayangan hitam nampak terlihat tengah mengintainya. Sangara menelan ludah ketakutan, bocah cilik itu lantas berbalik dan lanjut berlari tanpa menoleh ke belakang.

"Dia kenapa berlari?"

"Hwaaaa!! TOLONG AKUU! JAKA!! JAKA DIMANA!! JAKA TOLONG SANGARA!! SANGARA TAKUT HWAA!!" teriak Sangara yang malah menggema seakan berada di ruangan yang kosong, bukan hutan. Sangara masih belum sadar akan kejanggalan yang terjadi, dia terus berlari.

Kaki kakinya yang lebam lebam karna beberapa kali terjatuh selama perjalanan itu tak membuat seorang anak kecil itu kelelahan dalam berlari.

Brak!

Tubuh kecilnya tiba tiba terpental jauh ke belakang seperti ada yang melemparnya tanpa aba aba.

Mulutnya menutup rapat sulit di buka. Sangara melotot kala bayangan hitam tadi mendekati dirinya yang tak berdaya.

"Ya Allah..Sangara takut.. Sangara sendirian di hutan, Sangara tidak punya siapa siapa lagii tolong Sangara, Ya Allah... huhu Sangara tidak bisa bicaraa" batin Sangara

Bayangan tersebut semakin mendekat. Saat jarak terkikis di antara Sangara dan bayangan dengan energi negatif itu. Kalung liontin Sangara nampak berpendar cahaya merah semakin terang lalu cahaya itu nampak berpindah secepat kilat ke bayangan hitam hingga bayangan yang semula hitam itu seluruhnya bersinar merah menyala seperti sinar kecil yang merambat memenuhi bayangan.

Sangara menunduk melihat kalungnya. "Kalung? Apa orang tua Sangara itu sakti? seperti pendekar pendekar?" batin Sangara

Tak lama kemudian kalung Sangara kembali berpendar biru, pendarnya agak lemah. "Wahh, warnanya bisa berubah yaa?" batin Sangara yang nampak tercengang.

"Bawa Abi pulang.." suara itu nampak terdengar sekilas oleh Sangara yang masih sibuk dengan pikirannya pada kalungnya.

"Hah? Abi?" monolognya seraya mendongak memihat cahaya merah di depannya.

"Wah Sangara bisa bicaraa!" seru Sangara dengan senyum gembirannya yang sesaat kemudian berganti dengan raut takut.

Sangara menutup wajahnya dengan telapak tangannya."Jangan makan Sangara yaa, daging Sangara tidak enak" ucap Sangara

"Tolong aku.."

"Bawa aku pulang.."

"Lepaskan aku! Sakit.."

Suara yang nampak parau itu membuat Sangara mengintip dari celah jari tangannya.

"Eh? Kamu bukan jurig ya?" tanya Sangara

*Jurig = Hantu

"Hiks, aku tidak bisa mendengarmu. Tolong akuu, kamu boleh jahati aku tapi bebaskan aku duluu"

Sangara menurunkan tangannya. "Kau itu apa ya?" tanya Sangara seraya memiringkan kepalanya

"Huhuhu..tolong Abi.."

"Abi itu manusia atau jin?" tanya Sangara

"Hwaaa, kau bicara apaaaaa!! Bebaskan aku huhu.."

"Kasihan sekali jinnya tidak punya telinga ya sepertinya" gumam Sangara dengan raut kasihan.

"Kamu sepertinya tidak tahu aku ya? Kamu kan aku"

"Aku..hampir mati karnamu"

Sangara nampak terdiam tak lagi berucap.

"Aku tidak bisa berada di ragamu. Ragamu lemah sekali, ragamu sepertinya bergantung pada satu kekuatan. Dia selalu menolakku. Padahal ragaku menerima jiwamu"

"Ini bukan aku?" tanya Sangara

"Aku tidak bisa mendengarmu"

Sangara mengambil ranting dan menuliskan kalimat dari aksara jawa di tanah.

'Sangara tidak tahu caranya kembali bertukar'

"Apa itu? Sungguh, aku tidak bisa baca tulis. Maaf"

"Yaaah, Sangara harus bagaimana?" ucap Sangara dengan cemberut

"Dia tidak bisa baca tulis? Dia tidak bisa atau tidak punya mata juga? Eih, APA KAMU TIDAK PUNYA KEPALAA?!!" teriak Sangara di akhir kalimat

"Huhu kamu berteriak ya? Apa?"

Sangara menghela nafas lalu menunjuk cahaya merah itu lalu menggerakkan mulutnya tanpa suara. "Kamu siapa?"

"Eum, kamu bertanya aku siapa?"

Sangara mengangguk antusias. "Ya ya!"

"Aku Abi dari kandang wesi. Kamu tahu tidak itu dimana?"

"Tidak. Padjajaran saja Sangara baru lihat" jawab Sangara

"Kamu bicara apa? Bebaskan aku bisa tidak?"

Sangara menggeleng.

"Kamu mau apa ku turuti! Bebaskan akuuu!"

"Huh memangnya Abi bisa apa? Kamu kan masih kecil?" ucap Sangara

"KAMU BICARA APA!! AKU TIDAK MENGERTI!"

"DIMANA KEPALAMU ABI!!!"

Bersambung....

Jaya Sangara (Raden Kian Santang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang