2. Falling Into Your Eyes

118 4 0
                                    

"Masih dengan iris mata yang sama, tetapi dengan sorot mata yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih dengan iris mata yang sama, tetapi dengan sorot mata yang berbeda." Calantha Rose Bramastha









Happy Reading










Laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah berpahatan nyaris sempurna baru saja memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Penampilannya bisa dibilang kacau. Basah kuyup karena kehujanan serta sorot mata yang dingin.

Baru saja menginjakkan kakinya di dalam rumah, laki-laki itu sudah disambut dengan teriakan sang kepala keluarga.

"AKSA! DARIMANA SAJA KAMU?!" ujar pria berumur kepala empat pada putra semata wayangnya.

"Habis dari rumah temen," balas Aksa dan hendak melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

"Papa tau kamu tidak memiliki teman! Tidak usah berbohong!" Roy berkacak pinggang lengkap dengan kilatan amarah diwajahnya.

"Maaf Pa, tapi aku lelah, mau istirahat." Ketika ingin melangkah lagi, kerah baju belakangnya sudah ditarik oleh sang papa.

"LELAH DARIMANA? BUKANKAH KAMU HABIS KELUYURAN SAMPAI TIDAK PERGI KE BIMBEL?" suara teriakan itu berhasil terdengar sepanjang isi rumah hingga membuat beberapa asisten rumah tangga tidak berani menunjukkan dirinya.

"MAS CUKUP!" dari tangga datanglah seorang wanita cantik berwajah pucat dengan baju tidur satin lengan panjang.

Roy hanya memutar bola matanya kala melihat kedatangan Rosa–istrinya.

"Kamu apa-apaan, hah?! Gak bisa lihat bajunya basah seperti itu? Biarkan dia istirahat." Rosa menarik Aksa mendekat kepadanya.

"Ini semua karena kamu tidak bisa mendidiknya dengan benar! Anak ini semakin lama seperti berandalan. Bukannya belajar malah pergi-pergian gak jelas," kata Roy.

Aksa menutup matanya sesaat, mencoba meredam emosinya. Belajar, belajar, belajar. Apa kah kalimat di dunia ini hanya ada kata belajar? Setiap hari papanya tak pernah absen menyebut kata belajar.

"Kamu jangan jadi seperti mamamu. Tak berguna."

Setelah kalimat itu keluar dari bibir Roy, Rosa dengan cepat menahan tangan Aksa kala putranya hendak mendekati suaminya. Tentu saja hal itu mendapat tatapan protes dari Aksa. Namun setelah melihat gelengan kepala dari mamanya, Aksa mengurungkan niatnya.

Sesaat ketika Roy telah pergi, Aksa menatap wajah wanita yang telah mengandungnya selama 9 bulan serta yang telah melahirkannya dengan mengorbankan nyawanya sendiri demi hadirnya dia di dunia ini.

Aksa mengambil tangan Rosa, lalu menciumnya perlahan. "Maaf."

Rosa tersenyum, lalu mengelus kepala putranya dengan penuh kasih sayang. "Tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu. Lebih baik kamu ke kamar lalu ganti baju. Mama gak mau kamu sakit."

TOUCH YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang