3. Only

101 3 0
                                    

"Selama hidup, siapa pun pasti akan melalui masa-masa sulit setidaknya sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selama hidup, siapa pun pasti akan melalui masa-masa sulit setidaknya sekali. Setiap kali itu terjadi, kamu bisa bersandar pada seseorang. Saat-saat itu dapat menemuimu kapan saja, dan itu bukan hal yang buruk. Siapa pun bisa terluka dan mengalami kesulitan." —Wendy Red Velvet







Happy Reading







Evan hanya bisa menghela napas kala melihat Caca merajuk padanya. Gadis itu masih kesal karenanya yang tidak percaya jika Aksa sahabat kecil mereka telah kembali.

"Non Caca kenapa?" Hanna—bunda Evan sekaligus asisten rumah tangga Caca—bertanya pada putranya kala melihat anak majikannya memasuki rumah dengan wajah ditekuk.

Evan menyalimi tangan Hanna. "Biasa Bund."

Hanna menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan suka bertengkar dengan Non Caca, kamu tau, kan, jika kedua orangtuanya mempercayakan kita untuk menjaganya?"

Evan tersenyum lalu mengangguk. Dia tidak bisa untuk berkata 'tidak' pada sang Bunda. Selama ini bundanya telah menyimpan ribuan rasa lelah yang tak pernah diperlihatkan kepadanya. "Iya Bund."

Atensi matanya beralih pada pria berumur dua puluh tahun yang tengah berlari kearahnya dengan permen lollipop ditangannya.

"Kak Vino, jangan lari-lari," ucap Evan sedikit berteriak kala melihat kakaknya itu dengan semangat menghampirinya.

"EVAN!"

Evan dengan cepat menangkap Vino dan membawanya kedalam pelukannya. Rutinitas keduanya ketika bertemu ialah berpelukan seperti Teletubbies. Sangat menggemaskan.

"Kak Vino kenapa?" wajah polos Vino yang tanpa dosa terlihat seperti seseorang yang tengah kecewa membuat Evan bertanya-tanya ketika pelukan keduanya terlepas.

"Tadi aku ajak Caca main, tapi dia gak mau," suaranya bergetar dan siap untuk menangis. Dengan cepat Evan memeluknya lagi.

"Caca bukannya gak mau, tapi dia lagi capek karena habis pulang sekolah. Sekarang main sama aku aja, ya?" Evan tersenyum dengan tangan yang mengelus pundak Vano.

Bermain adalah hal yang paling digemari oleh Vano. Hari-harinya dihabiskan untuk bermain dan dia tak pernah bosan akan hal itu. Baginya itu adalah dunianya.

"Vano main sama Bunda aja, ya. Evan juga pasti capek abis pulang sekolah," ujar Hanna sambil mencoba melepaskan pelukan kakak-adik itu.

Evan dengan lembut menyingkirkan tangan bundanya dari bahu kakaknya. Ditatapnya mata sang bunda seakan-akan mengatakan 'aku gak pa-pa Bund.'

"Main sama Bunda gak seru! Aku gak suka!" Vano mendengus sebal. Bundanya memang tidak bisa diajak bermain. Permainan yang selalu dimainkan tak jauh-jauh dari petak umpet. Vano bosan dengan permainan itu.

TOUCH YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang