44

2.3K 171 2
                                    

Hari demi hari sudah terlewati, ujian pun sudah dijalani dan kini tibalah liburan semester datang. Sudah tau kan kemana nata akan pergi satu Minggu pertama di liburan semester ini? Yap dia akan pulkam ke rumah nenek nya yang ada di Jatim.

Berbicara tentang pulkam dia gak lupa kok untuk bilang ke pak Aksa dan kawan-kawan nya. Takut nanti di cariin jiakhhh.

Sebenarnya Kana juga akan ikut karena kebetulan rumah neneknya juga satu desa dengan rumah neneknya, nata dia pengen nebeng supaya hemat uang, tapi karena Kana sibuk bantu ibunya yang ngurusin ngidam aneh kakak perempuannya jadi ya ditunda. Besok atau lusa dia bakal jalan sendiri ke Jatim menyusul Nata. Fyi iparnya Kana itu lagi di luar kota, selama belum balik Kana gak bisa pergi jauh karena ibunya bakal kerepotan ngurusin kakaknya yang lagi ngidam. Gimana gak repot, kakaknya ini pernah minta mangga muda hasil colongan, kalo enggak dia gak mau. Gak mungkin dong ibunya Kana yang nyolong mangga muda itu, jadilah Kana turun tangan cosplay sebentar jadi monyet yang bertugas nyolong mangga tetangga. Kayanya anak kakaknya ini bakal punya cita-cita buat nyolong pikir kana pas ngambil mangga.

Balik lagi ke Nata yang lagi dalam perjalanan, dia seneng banget bisa mengunjungi neneknya, udah lama banget terakhir mereka ketemu. Tapi dia lupa sama kata orang kalo seneng itu jangan berlebihan, gak baik katanya. Dan terbukti, kurang dari setengah jam lagi dia sampai di rumah neneknya dia mendapat telpon dari kakak dari ayahnya alias bude nya.

"Assalamualaikum" ucap sang bude di seberang dengan suara serak.

"Wa'alaikumsalam," jawab Nata

"iya bude ada apa ya?"

"Kamu jadi kesini kan hari ini?"

"Iya jadi, ini lagi diperjalanan kok"

"Tolong hp nya kamu kasih ke ayahmu ya, bulek mau ngomong" Nata rada bingung sebenarnya tapi akhirnya meminta ayahnya untuk berhenti di pinggir jalan dulu agar bisa lebih jelas dengerin buleknya ngomong.

"Ayah bulek mau ngomong, ayah nepi dulu aja" ucap Nata pada sang ayah yang fokus menyetir

"Iya sebentar" setelah menepi nata kembali berbicara pada buleknya.

"Bulek ini kita udah nepi, udah nata louspaker juga."

"Mas ibuk-" suara bulek Makin serak seperti menahan buat nangis dan itu udah buat nata sama ayahnya gak bisa berfikir positif lagi.

"Ibuk nyapo to rum?"

"Ibuk-" suara bulek udah gak jelas, dia udah gak bisa ngomong. Hanya Isak tangis yang terdengar.

Nata melihat ayahnya dengan pandangan khawatir dan takut menjadi satu, tak beda jauh dari ayahnya.

"Halo rum, Arum" panggil ayahnya nata lagi

"Halo pakde, ini Drian."

"Halo dri, ini Nata. nenek kenapa dri?"

"Nenek udah gak ada ta, ini jenazah nya mau dibawa pulang." deg. Jantung nata dipaksa berhenti berdetak saat itu juga, nenek nya udah gak ada. Nenek yang dari kecil sangat menyayangi nya melebihi apapun kini telah tiada.

Nata menggeleng tak percaya, "Ta tenang ta" ucap ayahnya nata menenangkannya.

"Drian pakde udah mau sampai sana, ini mau jalan lagi" Panggilan dimatikan, mereka melakukan perjalanan lagi dengan perasaan tak tenang. Mobil itu melaju dengan cepat ke rumah sang nenek.

Nata, dia kalut. Dia gak bisa tenang, pikirannya kemana-mana. Sampai di depan rumah air matanya tak lagi bisa dibendung. Kakinya lemas. Di depan sana banyak karangan bunga dan bendera kuning sudah terpasang. Banyak tetangga yang berdatangan.

Dia berlari masuk ke rumah meninggalkan ayahnya di belakang, saat masuk rumah dia mendengar tangisan pilu bude nya. Di depan sana terdapat tubuh sang nenek yang sudah terbujur kaku. Dengan pelan dia mendekati jenazah neneknya, air matanya sudah mengalir deras.

Drian yang melihat sepupu kesayangannya sudah datang langsung menghampirinya, dibawanya nata kepelukannya. "Dri aku kesini bukan buat menghadiri pemakaman nenek dri. Bilang ke nenek kalo cucu kesayangannya udah Dateng, suruh bangun dri." Ucap nata yang teredam di pelukan Drian tetapi masih bisa didengar jelas oleh Drian.

"Udah ta ikhlasin, biar nenek tenang. Sekarang kan nenek udah gak ngerasa sakit, penyakitnya juga gak akan kumat-kumatan lagi." Ucap Drian sambil mengelus kepala Nata.

Nata masih nangis sesenggukan dipelukan Drian melihat neneknya yang sudah dikafani. Prosesi pemakaman berjalan lancar, dan selama itu juga nata cuma diam. Air mata mengalir terus membasahi pipinya.

Selesai pemakaman, mereka semua kembali ke rumah untuk menyiapkan acara tahlilan buat nanti malam. Sesampainya di rumah, nata disuruh istirahat saja karena kondisinya yang tak mungkin untuk melakukan sesuatu, selain itu dia juga habis perjalanan jauh pasti capek itu pikir mereka.

Tanggung Jawab Dong Pak!!!!! [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang