3. Ken siapa?

140 20 5
                                    


Happy reading gaes. Semoga suka, jangan lupa vote dulu sebelum baca.

-
-
-

Saat pulang sekolah Nidya langsung ke toko kue mamanya. karena tadi jesica telpon, katanya tiket konsernya sudah ada. hal itu membuat Nidya sangat senang sehingga ia langsung bergegas menuju toko kue mamanya.

Saat Nidya hendak masuk ke dalam toko pandangannya tertuju pada sesosok laki-laki tampan yang sedang duduk sendirian di depan toko. Nidya menghampiri laki-laki itu.

"Dimas? lagi ngapain?" tanya Nidya.

"Iya ini lagi nunggu mama," jawab Dimas.

Laki-laki itu ternyata Dimas. Sejak hari itu Dimas jadi sering datang ke toko kue Jesica, padahal dulu Dimas sangat jarang. Bahkan nikita lebih sering di temani oleh supirnya, tapi sekarang Dimas yang menemani.

"Baru pulang dya?" tanya Dimas.

Nidya duduk di samping Dimas. "Iya baru pulang. Kenapa gak nunggu di dalem aja?" tanya Nidya.

"Nggak ah gue lebih suka di luar. Suasananya bikin nyaman, apalagi sekarang ada lo. Jadi makin nyaman deh." Dimas tersenyum. Nidya hanya tersenyum simpul mendengarnya.

Mungkin memang benar Dimas adalah cinta pertamanya Nidya, tapi itu dulu. Sekarang Nidya sudah bisa bersikap biasa saja di depan Dimas, di hati Nidya sekarang bukan Dimas lagi tapi Ken.

Nidya terus memandang ke depan yang dimana motor dan mobil berlalu lalang. Tanpa Nidya sadari sedari tadi Dimas terus memperhatikannya dari samping.

"Gimana sekolah lo dya?" tanya Dimas memecahkan keheningan.

"Yaaa begitulah. Pusing," jawab Nidya.

"Bener juga, bikin pusing."

Dimas menatap Nidya cukup lama. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan, tapi Dimas ragu. Akhirnya Dimas melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Nidya terdiam.

"Lo udah punya pacar?"

Kali ini Nidya tidak langsung menjawab, ia terdiam cukup lama. Sampai akhirnya Nidya angkat suara.

"Hehe siapa coba yang mau sama cewek kaya gue?" tanya Nidya di iringi tawa garing.

"Kenapa nggak?"

"Cowok jaman sekarang pasti pengen dong punya pacar yang cantik, boddy nya juga bagus. Pokoknya gak malu-maluin kalau di ajak jalan. Gak kaya gue."

"Gue gak setuju sama pemikiran lo. Gak semua kayak gitu Dya. Lo cuman ngeliat satu arah doang, coba deh lo liat sekitar. Masih ada kok cowok yang nggak terlalu mempermasalahkan soal fisik. Lagian lo juga cantik kok, gak malu-maluin."

"Mungkin lo bener, pemikiran gue yang salah. Tapi kebetulan aja semua cowok yang gue temuin rata-rata gitu semua," ujar Nidya dengan senyuman terpaksa.

Perkataan Nidya tadi mampu membuat Dimas bungkam, ia tidak mengeluarkan satu katapun. Hening di antara keduanya, tidak ada yang memulai permbicaraan lagi.

Tiba-tiba Dion datang. "Dya pulang gak?" tanya Dion memecahkan keheningan.

"Tapi kata mama-- wihhh tiket konser anjirtt." Nidya sangat senang tatkala Dion menunjukkan dua tiket konser.

Perantara cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang