7. Mama yang terbaik

85 15 0
                                    

Hai, hai. Semoga suka ya, happy readding semuanya♥

-
-
-

Nidya baru saja pulang sekolah. Ia masuk kedalam rumah dan di kejutkan oleh Jesica.

"Mama bikin kaget aja. Tumben udah ada di ruma?" Tanya Nidya.

"Iya. Tadi ada tantemu ke toko."

"Siapa?"

"Adeknya Ayahmu. Tante Laila."

"Mau ngapain dia?"

"Katanya malam ini keluarga besar Ayahmu mau ngadain acara arisan keluarga. Kamu sama Hana di suruh dateng ke sana," ujar Jesica.

Respon Nidya hanya memutar bola matanya malas. Ia sangat membenci keluarga Ayahnya itu. Hubingannya dengan keluarga dari pihak ayahnya bisa di bilang tidak baik-baik saja, mereka memang orang berada. Sedari dulu mereka tidak pernah merestui Kian menikah dengan Jesica.

"Nanti malem kamu sama Hana dateng ya. Mama udah siapin pakaian yang paling bagus buat kalian."

"Enggak," tolak Nidya.

"Dya plis jangan kayak gini. Kamu mau Mama di salahin lagi sama mereka?"

"Ya gak usah Mama dengerin."

"Jadi bener kamu lebih milih Mama di salahin sama mereka? Kamu pengen nama Mama semakin jelek di mata mereka karena udah ngajarin yang gak bener ke kamu sama ke hana?"

Nidya menghela napas panjang. "Yaudah demi Mama. Nanti malem aku dateng sama Hana, ke rumahnya si nenek lampir. Lagian kapan sih tuh nenek lampir matinya."

"Dya! Gak boleh gitu." Jesica langsung mengomeli Nidya. Nidya tidak peduli ia malah pergi ke kamarnya.

***

Nidya dan Hana sudah siap untuk pergi. Jesica membantu Nidya memakaikan helmnya. Karena rumah keluarga Ayahnya Nidya tidak terlalu jauh jadi Nidya mengusulkan untuk membawa motor sendiri, jadi Jesica tidak perlu mengantarnya. Nidya tidak ingin Mamanya di nyinyiri oleh adik-adik ayahnya. Awalnya Jesica menolak tapi Nidya meyakinkannya.

"Hati-hati ya Dya. Kalau udah sampe kabarin Mama," ujar Jesica.

"Iya siap."

"Hana baik-baik ya duduknya." Kali ini Jesica berbicara pada putri bungsunya.

"Okeii." Hana mengacungkan jempolnya.

"Yaudah Ma, Nidya berangkat sekarang aja."

"Iya hati-hati."

"Dadah Mama." Hana melambaikan tangannya.





















Nidya memarkirkan motornya di depan sebuah rumah yang lumayan besar. Kian memang terlahir dari keluarga berada. Sebenarnya ibu kandung Kian sudah meninggal saat dia masih berusia 2 tahun dan Ayahnya menikah dengan pembantu rumahnya. Namanya nenek Cucun, dia itu perawan tua, kalau saja tidak di nikahi Ayahnya Kian mungkin dia tidak akan menikah. Nenek Cucun juga mempunyai 3 anak hasil dari pernikahannya dengan ayahnya Kian. Dua perempuan dan satu laki-laki. Mereka semua sangat gila akan harta. Ayahnya Kian meninggal saat Nidya masih dalam kandungan, setelah Ayahnya meninggal si Nenek Cucun itu mengambil alih semua harta warisannya dan Kian sama sekali tidak di beri sepeser pun. Sebenarnya Ayahnya Kian sangat baik dan merestui jika Kian bersama dengan Jesica, tapi tidak dengan Nenek Cucun yang selalu ingin hubungan Kian dan Jesica berantakan. Mungkin karena Jesica hanya dari kalangan keluarga biasa makanya nenek Cucun tidak merestui.

Perantara cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang