Hai, hai. Semoga suka ya, happy readding semuanya♥
-
-
-the power of triple beauty girls
Saniaaa: Ciee yg di tembak
Pajak jadiannya dong kak
Gimana rasany hem?
Seneng dong pastiWinnyyy: Siapa yg di tembak?
Saniaaa: Masa lo gak tau? Nidya gak ngasih tau lo emng?
Winnyyy: Enggak. Makanya lo kasih tau biar gue tau
Saniaaa: Tadi pagi daffin nembak nidya loh. Ayo kasih ucapan selamat ke nidya
Winnyyy: Serius dya?
Saniaaa: Seriusan win. Gue saksinya. Ayo dong dya keluar, ceritain ke kita gimana kesannya waktu di tembak?
Di kamar, Nidya hanya menatap room chatnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia tau jika Sania hanya menyindirnya, ia juga yakin sekarang Sania pasti sangat kecewa.
Winnyyy
Dya
Seriusan daffin nembak lo?
Kalau emang bener lo gak usah dengerin sania. Kalau dia ngomong sesuatu yg bikin lo tersinggung, jangan lo dengerin ya? Nanti biar gue yang ngomong sm dia. Lo gak perlu khawatir.Nidya hanya membaca pesan yang di kirim Winny. Sekarang Nidya bingung harus bagaimana? Nidya juga tidak tahu jika Daffin menyimpan rasa untuknya. Tapi kenapa Sania marah? Padahal dia juga tahu jika Nidya menyukai Ken. Harusnya Sania tidak perlu marah, karena Nidya juga tidak menerima cintanya Daffin.
***
Di dalam kelas Nidya sibuk mencatat tulisan yang ada di papan tulis. Sania dan Winny sedang kumpul osis jadi mereka paling nanti liat catatannya Nidya.
"Nidya."
Nidya mendongak, menatap cowok yang ada di hadapannya. "Haikal gak keliatan. Boleh gak haikal liat catetan yang punya Nidya aja?" tanya Haikal.
"Boleh. Sini duduk." Nidya menggeser, memberi tempat untuk Haikal. Saat Haikal akan duduk tiba-tiba Daffin datang dan mencegahnya.
"Mau ngapain lo?" tanya Daffin.
"Mau liat catetan punya Nidya," jawab Haikal. Cowok itu memang memiliki keterbatasan, makanya banyak yang mengolok-oloknya.
"Kenapa gak liat ke yang lain aja?" tanya Daffin.
"Daffin kan tau selama ini Haikal selalu liat ke Nidya. Bukannya Daffin sendiri yang nyuruh?"
"Duduk kal," titah Nidya.
"Lo liat yang punya gue aja." Daffin menarik tangan kanan Haikal, namun tangan kirinya Hikal di tahan Nidya.
"Duduk Kal. Nanti gue bantu diktein," ujar Nidya. Akhirnya Haikal kembali duduk. "Baru nyampe mana nulisnya?" tanya Nidya.
"Baru paragraf satu."
"Yaudah kita lanjut." Nidya membantu Haikal.
Daffin cemburu melihatnya. Ia sangat kesal dengan Haikal yang sepertinua mencari kesempatan. Tapi bukannya ini salah Daffin juga? Bukannya dia sendiri yang sering menjodoh-jodohkan mereka? Dan sekarang Daffin harus menanggung atas apa yang telah ia perbuat. Menanggung rasa cemburu, apalagi melihat mereka duduknya begitu dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perantara cinta
JugendliteraturGimana rasanya di deketin cowok tapi cuma di jadiin perantara doang? Terus gimana rasanya cowok yang kita suka ternyata malah suka sama sahabat kita sendiri? Kebayang kan gimana sakitnya? Nah hal itu lagi di rasain sama nidya. Nidya, gadis sederhana...