3. Tentang Danuarta

607 43 1
                                    


Sepasang tungkai yang melangkah menyusuri koridor itu tetap tidak mau mendongakkan kepalanya menatap arah depan.

Terus menunduk dengan harap-harap cemas ke bawah lantai yang bersih.

Berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya di IPA 1.

Brakk

Akibat karena tidak melihat jalan di depan, tubuhnya yang memang kurus kering itu hampir limbung karena bertabrakan dengan seseorang.

Binar miliknya yang antara cerah dan redup itu bertubrukan dengan obsidian sedalam lautan, gelap. Tatapan yang tajam menusuk selalu jadi bumerang balik untuk Danuarta Angkasa.

"Maaf, gue nggak sengaja." Ujar Danu mulai melangkah untuk melanjutkan jalannya ke kelas.

"Eitsss, mau kemana ganteng, hmm?" ujar remaja tersebut menarik tas hitam legam di pundak Danu. Danu yang pasrah mau tidak mau harus membiarkan remaja tersebut membalikkan badannya.

"Boleh lepasin gue hari ini aja nggak? Gue ada ulangan hari ini." Dengan segala keberaniannya, Danu berucap pada salah satu pembully paling wah di SMA Bisma.

Si remaja yang sepertinya sekelas dengan Danu itu tersenyum culas, dengan tangan yang mengelus rambut halus milik Danu.

Jantung Danu yang mulai berdetak tidak karuan itu menimbulkan bunyi pada gelang yang mengukur detak jantungnya. Bunyi yang semakin nyaring itu jadi hal paling ditunggu oleh si remaja tadi.

"Jam lo bunyi tuh." Celetuknya dengan nada menjengkelkan yang kental.

Danu yang mulai merasa tidak enak dengan sesak yang ada berusaha untuk melepaskan cekalan sang remaja pada tasnya. Hingga sedikit usaha tas yang dipegang erat itu terlepas.

"Ya Allah, Kak Sya." Ujaran yang hanya tersuarakan di dalam hati itu benar-benar membuat atmosfer yang ada di sana semakin beku. Terlebih untuk Danu.

"Kita bolos mau nggak? Ke atap, emang lo nggak mau gitu sekali-sekali jadi temen gue?"

"Gue mohon Arga, tolong biarin kali ini aja, lo nggak usah ganggu gue." Ucapan lirih yang hampir tidak terdengar itu mengalun seperti melodi indah di telinga Arganta Baskoro.

Salah satu pembully paling lihai di SMA Bisma ini. Keahliannya yang bisa memutar-balikkan fakta jadi alasan kenapa kesalahan diputarbalikkan pada korban yang menjadi mainannya.

Arga yang seperti melihat cacing kepanasan saat disiram air garam itu tertawa puas dalam hati.

Bagi pembully sepertinya melihat korban memohon dengan nada lirih adalah kesenangan yang candu.

Suara jam yang semakin nyaring dengan tangan Danu yang semakin mencekam erat kemeja sekolahnya itu mulai tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Ikut gue!!" ucap Arga, menyeret badan yang memang pada dasarnya sudah ringkih itu naik ke atas atap. Melewati banyak anak tangga.

LAST NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang