18. Bertemu Ayah

443 26 1
                                    


Usai pulang sekolah rencananya Juan dan antek-anteknya akan pergi ke rumah sakit tempat Danu dirawat.

Sepanjang di kelas tadi hingga saat ini Juan terus saja diam. Pikirannya terus saja berpusat pada apa yang murid baru tadi ucapkan.

Apa coba maksudnya?

"Jun, jangan ngelamun, lagi nyetir lo." Ujar Renda yang duduk di sampingnya, sedangkan Naya dan Candra duduk di jok belakang.

Mereka berempat memang menggunakan mobil untuk ke rumah sakit.

Jangan salah, Juan bisa menyetir, wong anaknya sudah 17 tahun. Sudah punya SIM.

"Ada masalah?" tanya Renda, masih penasaran. Tidak biasanya Juan seperti ini baginya, Juan memang anak yang pendiam tapi tidak pernah sediam ini.

"Berantem sama anak sebelah dia, Ren." Celetuk Candra, yang langsung dicubit perutnya oleh Naya.

"Sakit Nay."

"Kok bisa, emang lo ada masalah apa sama dia. Anak kelas mana sih?"

"Unggulan 2, banyak bacot banget itu anak. Kalau nggak ada Candra sama Naya tadi udah habis di tangan gue." Ujar Juan masih dengan nada kesal yang kentara.

Rendana menghela nafas panjang lalu mengusap pelan pundak Juan.

"Sabar, kalau lo gegabah hadapin orang kayak begitu nggak akan selesaiin masalah tapi malah nambah masalah tau nggak." Ujar Renda.

"Bener tuh, Jun." Ujar Candra dan Naya, iya bersamaan lagi. Nih lama-lama gue nikahin deh.

"Lo harus rapih mainnya, Jun."

.

"Na, makan ya biar sembuhnya cepet."

"Pahit." Berulang kali kata itu keluar dari mulut Danu.

Hela nafas panjang diambil oleh Arsya. Baru kali ini Danu sakit tapi susah untuk makan.

"Ya udah, terus kamu mau apa? Ntar dibeliin."

"Nggak mau apa-apa."

"Masa nggak mau apa-apa, perut kamu belum ada isinya loh, Na."

"Tapi emang nggak ada yang enak masuk ke mulut, Kak."

"Namanya juga orang sakit."

Tok.... tok..

"Danuuu!!" nampak pintu ruang rawat terbuka dan masuklah antek-antek Juan.

Senyum manis kembali terpatri indah di raut wajah Danu. Apalagi saat netranya berpapasan dengan obsidian Juan.

"Ini Kak." Ucap Naya sembari menyodorkan sebuah parsel buah berukuran sedang.

"Aduh apa ini, nggak perlu repot-repot."

"Nggak papa Kak, namanya juga mau ngejenguk orang sakit. Nggak enak dong kalau nggak bawa apa-apa." Celetuk Candra.

LAST NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang