20. Selamat Tinggal, SMANSA [END]

864 32 6
                                    


Seperti yang dibilang Naya saat di kolam renang rumah Juan, selepas pengumuman peringkat akan diadakan pensi serta bazar di halaman SMANSA.

Jangan salah, ini halaman sekolah udah kayak tempat helikopter mendarat, luas banget buset.

Sekilas info, gelar peringkat pertama di Kelas Unggulan 1 yang biasanya selalu Juan yang raih, sekarang jadi Danu yang ambil.

Siang ini di halaman sekolah, cukup sibuk oleh para panitia yang menyiapkan acara utama beserta tetek bengeknya.

Semisal panggung, keamanan, konsumsi dan lain-lain.

Puncak acara ada di malam hari yaitu pertunjukan musik, salah satunya adalah pertunjukan piano oleh Danu.

Jadi, siang ini hanya persiapan panggung serta beberapa stan makanan yang dibuka untuk sekolah lain yang berkunjung.

"Capek banget gue." Keluh Candra, mengusap peluh yang mengucur di jidatnya.

"Capek ngapain? Capek makan palingan." Sindir Renda.

"Lo napa sih cari gara-gara mulu ma gua." Naik pitam si demit.

"Nggak, gabut doang."

"Sabar, sabar." Ujar Candra, mengusap dada sok dramatis.

Kelimanya kini tengah duduk di atas panggung yang masih belum selesai dibenahi. Enak juga, dingin.

"Lo nanti bawain lagu apa, Dan?" tanya Juan.

"Hmm, lagu sendiri." Ucapan Danu itu lantas membuat netra yang ada di sana tampak berbinar-binar.

"Wah, udah jago sekarang ya bisa bikin lagu sendiri." Puji Candra.

"Hehe, bukan lagu pada umumnya sih Can. Tapi hanya melodi pianom" Ujar Danu.

"Ya, nggak papa kan, yang penting lo udah kesampean main piano pake lagu sendiri."

"Betul tuh Na, kali ini aku setuju sama Candra. Apapun lagunya kalau dibikin sendiri rasanya pasti beda." Ujar Naya.

Ya siapa lagi kalau bukan Naya yang panggil Danu dengan sebutan Nana. Juan yang notabene Abangnya saja masih canggung untuk menyebut panggilan itu.

"Tapi, saya cukup gugup untuk tampil dengan lagu sendiri." Mendengar nada kurang percaya diri itu, Juan mendekat, menepuk bahu Danu lalu berucap.

"Nggak perlu gugup, lo aja bisa konser bawain lagu Yiruma kemarin di Milan, masa di sini masih gugup." Ucapnya, nada suara Juan yang mirip dengan Ayah kandungnya itu mampu memberi setidaknya sedikit tenang yang dibutuhkan Danu.

"Tapi, kan ini lagu sendiri Juan. Saya takut lagunya akan mengecewakan."

"Nggak ada yang bakal kecewa, kalau ada biar gue tonjok itu orang." Kelakar Juan, yang mampu membuat yang lain tertawa kecuali Danu.

"Dasar kasar, jangan sering memukul orang Juan, tidak baik."

"Hhhh, polos banget sih adik gue." Ucapan Juan yang dibarengi dengan elusan lembut di surai hitam legam milik Danu.

LAST NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang