4. Rumah Hantu

465 36 4
                                    


Dering bel pertanda waktu pembelajaran telah usai berbunyi nyaring di setiap penjuru sekolah SMANSA.

Akhir dari menguras otak dengan rumus maupun pelajaran lain yang telah selesai.

Jika di sekolah lain keluar ruangan akan ribut karena ingin cepat-cepat pulang, beda lagi kalau di SMANSA. Tetap slayy and anggunlyy keluar kelas berurutan serta mengutamakan guru yang mengajar pelajaran terakhir untuk keluar lebih dulu.

Saat paling terakhir keluar adalah Juan and de geng serta Danu sebagai anggota baru.

Masa percobaan sekolah baru bagi Danu sangat, sangattt best. SMANSA benar-benar gudangnya murid berATTITUDE sempurna.

Hari pertama Danu bersekolah di sini rasanya tak ingin pulang, padahal sekarang juga sudah sekolah full day yang artinya jam pulang semakin sore.

Waktu yang sudah menginjak pukul 15:30 itu sudah terdengar lantunan adzan Ashar di penjuru masjid. Entah masjid di luar sekolah maupun masjid di dalam sekolah.

Saat keluar dari gedung sekolah Juan and de geng, masing-masing berpisah untuk pulang ke rumah. Ada yang dijemput ada pula yang membawa kendaraan sendiri. Jarang ada yang menggunakan angkutan umum.

"Hati-hati Danu!!" ucap Naya dan Candra bersamaan.

Langsung disoraki oleh biang julid Juan dan Renda.

"CIEEEE!!!"

"BERISIKKK!!" Sungut Naya dan Candra bersamaan lagi.

"CIEEE BERSAMAAN LAGIII, JODOH EMANG KALIANNNN. SEAGAMA LAGI." Ucap Juan dan Renda serempak.

"Kalian juga bersamaan, jangan-jangan jodoh." Celetuk Danu, ucapan yang mengarah pada Juan dan Renda yang selalu menyoraki Naya Candra secara serempak.

Juan dan Renda membulatkan matanya, keduanya yang punya mata sipit jadi terlihat lucu saat melotot.

"Nggak gitu konsepnya, Dan. Gue nggak doyan terong." Nelangsa Renda dan Juan. Iya bersamaan lagi. Emang jodoh nih anak berdua.

"Ya udah aku pulang dulu ya, udah dijemput supir." Pamit Danu bersamaan dengan klakson dari mobil hitam legam yang dikendarai Mang Rahmat.

Mang rahmat ini supir muda yang baru beberapa bulan bekerja di kediaman Danuarta, tapi sudah seperti pengganti Ayah untuk Danu.

"Nunggu lama ya, Mang?" tanya Danu usai masuk ke dalam mobil.

"Lumayan, Den. Belajarnya lama ya?"

"Iya, kan udah full day. Ini masih wajar ada lo sekolah lain yang pulang jam 4 atau jam 5." Ujar Danu, masih dengan semangat yang tidak habis.

"Wih lama banget itu. Aden nggak capek?"

"Nggak!! Sekolah baruku asik Mang, nggak kayak yang dulu." Ujar Danu.

Membuat senyum lembut terpatri indah di wajah Mang Rahmat. Jarang juga liat anak majikannya ini seantusias sekarang.

Dulu saat awal-awal bekerja sebelum Danu pindah sekolah, hanya wajah murung serta pucat yang terpasang masker oksigen. Selalu itu yang menyambut saat ia mengingat tentang nama Danuarta Angkasa.

LAST NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang