7. Danuarta Serta Abhicandra

373 24 0
                                    


SMANSA mungkin satu-satunya SMA yang sekolah full satu minggu tidak seperti SMA atau SMK lain yang sekolah hanya sampai pada hari Jum'at dan libur di hari Sabtu dan Minggu.

Kebetulan karena hari Sabtu sekarang tanggal merah karena tahun baru Islam. Jadilah, sekarang Candra bantu-bantu Papa dan Mamanya beberes di rumah baru mereka.

Iya, keluarga Abhicandra pindah soalnya di tempat lama itu jarak sekolah sama rumah jauh. Jadilah inisiatif orang tua Candra pindah di daerah Cilandak dekat SMANSA.

"Woy bantuin ngapa, main hp mulu lo perasaan." Sungut Candra saat melihat adik laki-lakinya itu hanya goleran di sofa yang baru diturunkan dari mobil bak terbuka. Goleran sambil main hp.

Belum aja dilihat Mamanya, kalau dilihat sapu lidi melayang.

Terus kalimat emak-emak mengudara.
'HP TEROSSSS'. Gitu.

Karena ditendang kakinya oleh Candra, Abhikal Malik adik laki-laki semata wayang Candra itu mendengus lalu bangkit dari tidurnya.

"Beleguk sia!! Bisa kan pake nada lembut gitu sama adeknya?!" kesal Abi, begitulah panggilannya kalau di rumah. Rada nyeleneh memang kapan lagi denger anak Yesus dipanggil Abi.

"Lo? Pake nada lembut? Nggak bisa sayyy." Dengan muka tengilnya itu Candra lalu meraih hp Abi yang masih menyala. Memperlihatkan room chat adiknya dengan seseorang. Cewek?

"Bangggg apaan sih?! Balikkin sini." Kesal Abi tuh mau diambil balik dari tangan Candra tapi malah ditinggi-tinggiin.

"Ntar, mau gue periksa. Lo chattingan sama siapa?"

"Ahhhkkk balikkin gue bilang. Nggak lucu tau nggak?!" suara melengking bak lumba-lumba di tengah laut itu hampir saja menjatuhkan vas bunga yang dipegang Mama Lestari.

Karena tersentak dan cukup terganggu sebab dua anak laki-lakinya yang tidak pernah akur itu lantas mulai menghampiri.

Menjewer telinga keduanya yang masih sibuk beradu argumen.

"Kalian ini yah selalu saja ribut, bantu-bantu kek beberes. Itung-itung ada gunanya libur. Masih banyak yang harus dibereskan. Kalian laki-laki masak mau kalah sama perempuan yang ini itu dikerjakan." Keluar sudah ceramahan yang mampu menyaingi cerewetnya ustadz Maulana saat berdakwah.

Mingkem itu dua curut, Papa Jodi yang sibuk ngangkut barang dari mobil bak yang masih tersisa itu pun ikut terdiam. Bukan karena takut sama istrinya tapi membiarkan istrinya mendidik anak dengan caranya selagi tidak melewati batas.

Dengan ringisan yang mengudara akhirnya karena tidak tega juga Mama Lestari melepas jewerannya lalu mengusap telinga anak lelakinya yang sedikit memerah.

"Kenapa ribut?"

"Ini Abi Ma, malah leha-leha goleran di sofa sambil chattingan sama cewek."

"Abang duluan, negur pake kekerasan nendang kakiku, kan bisa bicara lembut."

"Lembut nggak cocok buat lo!"

Belum sempat Abi menjawab ucapannya sudah dipotong sama Candra.

"Ngapain pacaran fokus dulu sama sekolah, ingat kamu itu masuk di sekolah mana. SMANSA nggak nuntut nilai tapi harusnya kamu peka di mana kamu dididik." Rasanya kelu bagi Abi untuk sekadar membalas.

LAST NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang