5. Danuarta Serta Nayaka

477 36 4
                                    


Gelap yang pertama kali menyambut netra membuat kelimanya yang masuk ke salah satu wahana penguji nyali dengan demit alias rumah hantu, membuat bulu kuduk merinding.

Padahal setannya juga napak kakinya, nggak melayang kayak kunti pro sama kuyang.

Tapi, karena masuk rumah hantu memang sudah dari dulu suasananya seperti ingin memakan kita dalam gelap. Terus tau-tau digaketin pake kain putih terbang lah, poci lompat-lompat dan masih banyak lagi.

Jadi gimana nggak takut.

Brakk

"ANJINGG!!!" teriakan no sensor itu datang dari Juan and de geng minus Danu. Danu mah kalem aja padahal dia paling nggak bisa digaketin.

Sama halnya kayak Renda, tapi semuanya terlalu fokus pada suara pintu masuk yang tiba-tiba tertutup dari luar secara kasar.

"Anjing banget kalau mau ngagetin itu permisi dulu kek." Dumel Naya.

"Punteennn, gimana sejarahnya ngagetin ada kata permisi?" nggak habis pikir tuh Candra.

Emang nggak ada yang normal sebenarnya, makanya Renda yang sempurna dikit itu khawatir kalau Danu juga ikut kena racun teman-teman gobloknya ini.

Tapi, aman Danu mah stay kalem and anteng.

"Ini emang nggak ada lampunya apa, entar nabrak gimana?" protes Candra, dari tadi mulutnya nggak bisa direm.

"Monggo kalau sampeyan mau pasangin lampu di sini, sok atuh." Celetuk Juan mempersilahkan dengan tangannya secara sopannn bangettt.

"Kampret!!"

Belusukan rumah hantu yang panjangnya kayak samudra pasifik ini cukup melelahkan rupanya. Jadi akhirnya Juan and de geng duduk lesehan di salah satu dinding untuk istirahat sejenak.

Iya, duduk di lantai, memang tidak ada jiwa-jiwa wong sugih sama sekali. Candra yang masih menyimpan kuah odengnya yang sudah mendingin itu meneguk tampa sisa selayaknya air mineral pada umumnya.

Capek juga lah masuk rumah hantu, dipikir nggak pake tenaga apa, liat orang teriak lari kocar-kacir sampai sandal ketinggalan aja capek.

"Habis suara gue teriak." Ucapan pertama menguar oleh Candra usai meneguk habis kuah odeng dingin miliknya.

"Ya siapa suruh teriak-teriak, kuping gue panas tau nggak?!"

"Hubungannya?"

"Beleguk sia, lo teriak deket kuping gue Assu!!" sungut Renda. Sekilas berita Renda ini kesabarannya teballl bangett saking tebalnya tisu selembar aja menang.

"Ehh nggak boleh ngomong kasar, anaknya pak ustad." Ucap Juan.

"Astagfirullah." Ujar Renda dramatis sok alim mengusap dada meminta dosanya diterima eh salah diampuni.

Di tengah ketiga orang itu berdebat hal yang sama sekali tidak ada faedahnya. Danu dan Naya asik bercengkrama, seperti tidak ada pembatas apapun antara mereka. Padahal bentengnya tingginya Subhanallah.

LAST NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang