Setiap diri telah diberi janji (kapan ia akan lahir, kapan ia akan sakit, dan kapan ia akan mati).
***
Hari berganti, Naya kembali melanjutkan aktifitasnya seperti biasa. Bangun pagi, membantu ibu, pergi sekolah, menghabiskan waktu bersama Nasya, dan kembali dengan keceriaannya. Namun Naya tetap menjadi Naya yang terus membohongi dirinya bahwa rasa sakit itu masih ada, ia hanya tak ingin membuat keluarganya terus bersedih dan mengkhawatirkannya. Meskipun akhirnya sakitnya kian memburuk dan penderitaannya kian bertambah.
"Nasya, bangun .. udah di tungguin ayah tuh, sholat subuh jamaah kita yuk". Ibu perlahan menepuk punggung Nasya dan membangunkannya.
"Euummm, Iya bu" tidak sulit untuk membangunkan Nasya, perlahan ia membuka matanya dan langsung bangkit dari tempat tidur bersiap-siap untuk menunaikan kewajibannya.
Sementara ibu masih memperhatikan Naya yang masih tertidur pulas. Ibu bimbang harus membangunkannya atau tidak. Namun tiba-tiba Naya terbangun dari tidurnya. "Bu.." ucap Naya sambil mengucek kedua matanya.
"Masih sakit Nay?" tanya ibu sembari mengelus-elus kepala anaknya itu.
"Udah enakan kok bu"
"Pundaknya masih sakit?"
"Masih terasa sedikiiittt lagi"
"Ya sudah, sholat dulu kita yuk. Bapak sama Nasya udah nungguin"
"Iya bu" Ibu pergi keluar dari kamar Naya. Naya pun segera bangun bersiap untuk membersihkan dirinya. Perlahan ia menggerakkan kepalanya dan menyentuh punggungnya, sudah tidak sesakit sebelumnya, namun rasa sakit itu masih ada. Meskipun begitu, Naya sudah bertekad untuk pergi sekolah, ia tak ingin bolos terlalu lama.
***
Hi guys, udah di vote belum nih?
Yang belum vote dulu gih, supaya aku semangat nulisnya ^^
Jangan lupa ramaikan kolom komentar nya juga^^
Oke, Lanjut !!
"NAYA .... " sapa kedua teman-temannya itu, siapa lagi kalau bukan Anna dan Salsa. Mereka berlari menghampiri Naya dan Nasya yang baru saja tiba di sekolah.
"Udah sehat Nay?" tanpa sengaja Anna menepuk punggung Naya.
"ADUH!" sontak Naya.
"Duh maaf, masih sakit ya Nay" karna rasa bersalahnya Anna mengelus punggung Naya dengan perlahan.
"Udah gak kenapa-kenapa kok," ujar Naya.
"Siapa dulu susternya.. " lanjutnya sembari menatap Nasya dengan senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi after Rain
Non-FictionNaya, seorang gadis kecil yang ceria dan penuh tawa. Anak terakhir dari 3 bersaudara yang teramat menyayanginya, begitu pula dengan kedua orang tuanya dan saudara kembarnya, Nasya. Ayahnya hanya seorang buruh pabrik biasa, dengan kesederhanaan kelua...