Assalamualaikum guys,
Maaf ya, baru up after sebulan hiatus :))
Enjoy the story ^^
Bapak, Ibu, Bang Aldo, dan Nasya kembali membawa Naya pulang dari rumah sakit dengan menyewa angkutan kota, dan meletakkan tubuh Naya sama persis seperti bagaimana mereka membawa Naya saat itu.
Ketika dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, mereka melewati salah satu tempat pengobatan tradisional Thabib Kesehatan Cina atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sinshe.
Bapak dan ibu memutuskan untuk menghentikan kendaraan yang mereka naiki, dan membawa Naya ke sana. Pengobatan Sinshe cukup terkenal dengan kemanjuran obatnya dan biayanya yang cukup mahal. Biasanya satu pil obat saja harganya mencapai satu juta rupiah. Namun tak apa, demi kesembuhan Naya.
Awalnya mereka mengira bahwa pengobatan di sana adalah pengobatan medis dan orang-orang yang bekerja disana adalah orang-orang cina. Ternyata tidak, katanya mereka juga dapat mengobati penyakit non-medis dan sebagian dari mereka adalah pribumi, beragama islam, keturunan asli Indonesia. Termasuk orang yang menangani Naya saat itu.
Tempatnya tidak begitu luas, persis seperti rumah biasa dengan beberapa ruangan tempat praktek mereka. Begitu sampai disana, Bapak mengangkat Naya dengan kedua lengannya dan diminta untuk membawanya ke salah satu ruangan.
Tidak ada yang boleh untuk menemani Naya, mereka semua menunggu tepat di ruang tunggu.
Sementara dalam ruangan itu, hanya ada Naya dan seorang pria yang berusia sekitar 25 tahun, mengenakan baju Koko dan juga Kopiah.
Ia menekan telapak kaki Naya dengan telunjuknya, sesekali ia menggesernya ke lain tempat sembari mengajak Naya bercerita.
"Nama adek siapa?" tanya pria itu,
"Naya"
"Nama panjang nya?"
"Naya Assyifa Zahra"
"Masya Allah, cantik sekali namanya"
Naya hanya tersenyum mendengar pujian itu.
"Sakit atau tidak?" tanya pria itu kembali, terlihat ia masih menekan telapak kaki Naya dengan jari-jemari tangannya.
Naya hanya menggelengkan kepalanya, karna saat itu ia benar-benar tak merasakan apapun.
Pria itu kembali menekan telapak kaki Naya, namun tidak menggunakan jari-jemarinya lagi. Ia menggunakan alat berbentuk huruf T yang terbuat dari kayu dengan setiap bentuk ujung yang berbeda.
"Kelas berapa sekolah nya, Nay?"
"Kelas 1 SMP"
"Wah, udah SMP ternyata. Aku kira masih SD"
"Bentar lagi naik kelas 2"
"Oh ya, hebat dong"
"Iya, kemarin sudah ujian. Tapi ujiannya di rumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi after Rain
Non-FictionNaya, seorang gadis kecil yang ceria dan penuh tawa. Anak terakhir dari 3 bersaudara yang teramat menyayanginya, begitu pula dengan kedua orang tuanya dan saudara kembarnya, Nasya. Ayahnya hanya seorang buruh pabrik biasa, dengan kesederhanaan kelua...