Sore harinya, setelah para murid termasuk Nasya pulang kerumah mereka masing-masing dan sekolah sudah sepi, Bapak mencoba untuk mengikuti perintah Ali, dengan meletakkan bunga kembang telon dan telur ayam kampung yang telah ia beli. Tentu saja sudah atas izin dari pihak sekolah.
Namun, keesokan paginya tepat pukul delapan pagi ketika Naya terbangun, ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya sendiri dan perlahan melangkahkan kakinya kembali sembari memegang dinding-dinding kamarnya untuk membantunya berjalan. Begitu ia keluar dari pintu kamar, ia kembali mencoba untuk melangkahkan kakinya tanpa memegang apapun, dan ia kembali terjatuh. Kakinya masih terasa kebas dan tak terasa seperti sedang menapak.
Ibu yang sedang berada di dapur langsung menghampiri Naya begitu mendengar suara Naya yang terjatuh.
"Kalau mau keluar kamar panggil ibu Nay, sudah sering jatuh tapi masih aja keras kepala. Jatuh terduduk itu bahaya loh Nay, tulang ekornya bisa cedera" ucap ibu sembari menopang tubuh Naya menuju kursi di ruang tamu.
Naya hanya terdiam dan merasa bersalah atas tindakannya yang membuat ibu marah.
Ibu meninggalkan Naya dan kembali membawa sepiring nasi dengan ikan goreng sebagai lauknya.
"Sarapan dulu" pinta ibu.
Naya tidak menjawab apapun, ia hanya mengambil sepiring nasi yang ibu ambilkan dan mencoba untuk menghabiskannya.
Sudah hampir 15 menit ia duduk, kali ini ia merasa tubuhnya sudah tak mampu untuk membiarkannya duduk terlalu lama. Punggungnya kembali terasa sakit yang seakan menyebar hingga ke tulang belakang.
"Bu, punggung Nay sakit, Nay ngga tahan duduk" ucap Naya pada ibu yang duduk tepat disampingnya.
Ibu bergegas menggelarkan ambal berwarna merah dengan corak bunga-bunga, ia juga mengambilkan bantal untuk alas kepala Naya. Lalu, ibu kembali menopang tubuh Naya agar dapat membaringkan tubuhnya di ambal yang telah ia gelar.
Naya yang ceria kini hanya bisa terbaring lemah.
***
Setelah bapak pulang, ibu dan bapak kembali membawa Naya ke Dokter spesialis Neurologi, saran dari tetangga mereka yang mengetahui kondisi Naya, di rumah sakit yang berbeda dari sebelumnya.
Sesampainya disana, dokter itu menyarankan agar Naya kembali di rontgen.
Tak ada salahnya untuk kembali memeriksa keadaan putri mereka. Mungkin saja, hasil rontgen kemarin salah. Dan semoga sakitnya Naya tidak ada hubungannya dengan hal ghaib.
Orang tua Naya menyetujui saran dari dokter tersebut, dan berjanji akan membawa Naya kembali besok untuk melakukan foto rontgen sekali lagi.
Tanpa pikir panjang, keesokan harinya bapak dan ibu kembali ke rumah sakit itu sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi after Rain
Non-FictionNaya, seorang gadis kecil yang ceria dan penuh tawa. Anak terakhir dari 3 bersaudara yang teramat menyayanginya, begitu pula dengan kedua orang tuanya dan saudara kembarnya, Nasya. Ayahnya hanya seorang buruh pabrik biasa, dengan kesederhanaan kelua...