Hari berganti hari.
Rumah Naya kini tak lagi sepi. Para kerabat, saudara, teman, bahkan tetangga silih berganti menjenguk gadis kecil yang kini selalu menghabiskan hari-harinya tanpa berlari kesana-kemari. Bahkan, ia tak mampu untuk berjalan. Jangankan itu, tubuhnya pun mati rasa. Lumpuh tak berdaya.
***
"Hai, Nay." sapa Anna yang melihat Naya tergeletak di ruang tamu sembari membaca buku pelajarannya.
Hampir setiap hari Anna dan Salsa menyempatkan diri mereka untuk mampir ke rumah Naya. Mereka menjelaskan ke Naya tentang apa yang mereka pelajari di sekolah. Dengan begitu, Naya tidak akan tertinggal pelajaran. Begitu pula dengan tugas-tugas nya, meskipun Naya tak dapat hadir ke sekolah, ia selalu mencoba untuk menyelesaikannya.
"Hai" jawab Naya.
Kini Naya hanya berusaha untuk menerima keadaannya, ikhlas terhadap cobaan yang Allah berikan kepadanya, serta tawakal akan dapat melewatinya.
"Hari ini ulangan Matematika" Anna mengeluarkan selembar kertas yang berisi soal-soal Matematika dari dalam tas miliknya.
"Kata Bu Fatma kamu isi saja, besok biar aku kumpulin lagi"
"Biasanya di titipkan ke Nasya?" tanya Naya.
"Oh ya, Nasya mana?"
"Kok belum pulang?"
"Kok ngga bareng kalian?" lanjutnya.
"Iya, tadinya juga dititipkan ke Nasya. Tapi dikasih Nasya ke aku, katanya dia bakalan telat pulang ke rumah. Dia terpilih jadi anggota paskibra di sekolah, jadi pulang sekolah tadi dia latihan dulu." jelas Anna.
"Udah, dikerjain tuh" cetus Salsa yang sedari tadi diam.
"Hehe, bantuin dong. Please, susah nih" pinta Naya dengan ekspresi memohon nya.
"Iyaaaa...." jawab Anna dan Salsa bersamaan sembari menghela napas panjang mereka sekali.
"Hehe, terimakasih bestie" .
Mereka mulai mengerjakan tiap-tiap soal itu bersama. Perlahan Naya menggoreskan tintanya di selembar kertas sembari berbaring, dengan posisi tidur telungkup dan kepala miring ke arah kanan. Sulit, tapi ia tak kenal dengan kata menyerah.
Tak lama setelah ia menyelesaikan soal-soal itu, Ibu menghampiri mereka dengan membawa sebotol samsu putih. Yah, minuman beralkohol yang cukup memabukkan. Namun, jelas tidak untuk di minum. Melainkan, untuk di balur di seluruh kaki Naya, karena di percaya dapat mengatasi daerah pada jaringan syaraf yang bermasalah atau membeku dan biasanya juga digunakan oleh para ahli patah tulang.
"Itu apa bu?" tanya salsa pada Ibunya Naya.
"Samsu" jawab ibu.
"Untuk apa?" tanya salsa kembali.
"Untuk diminum, kalian haus kan?" jawab ibu sembari menahan tawa lalu menuangkannya ke wadah yang lebih kecil.
"Serius atuh bu" cetus salsa kesal.
"Untuk obat Naya".
Berbagai ramuan dan racikan obat saran dari 'orang tua' bahkan tetangga telah mereka coba, hingga berakhir pada samsu putih.
Perlahan ibu membaluri cairan itu di seluruh kaki Naya sembari memijatnya. Sensasinya cukup panas, namun tetap tak berasa bagi Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi after Rain
Non-FictionNaya, seorang gadis kecil yang ceria dan penuh tawa. Anak terakhir dari 3 bersaudara yang teramat menyayanginya, begitu pula dengan kedua orang tuanya dan saudara kembarnya, Nasya. Ayahnya hanya seorang buruh pabrik biasa, dengan kesederhanaan kelua...