"Jen capek banget...."
Ajen menipiskan bibirnya. Tangan si pemuda terbuka lebar— segera Rinjani maju memeluk erat Ajen.
"Gimana harinya?"
Pertanyaan ringan seperti itu memang sering ditanyakan Ajen. Walaupun Ajen nggak tau segimana capeknya Rinjani tapi setidaknya dia membuat Rinjani jadi sedikit lebih lega, lebih ringan bebannya. Hatinya juga nggak bakal terlalu kerasa ganjel kalau cerita.
"Capek....."
Ajen diam tak membalas, si pemuda memilih mengusap rambut Rinjani.
"Jen, aku ngeluh gini salah nggak sih?" tanya Rinjani. Bisa Rinjani rasakan Ajen menggeleng pelan.
"Ngeluh itu wajar kok, gapapa. Kalo kamu capek terus bingung ngeluhnya mau ke siapa ke aku aja. Bonusnya kamu selain bisa ngeluh sepuasnya kamu juga bisa melukin aku."
Rinjani melepas pelukan lantas memukul pelan bahu pemuda jangkung di depannya.
"Apa sih????" katanya galak tapi juga tertawa pelan.
"Aku ngomong bener??? bonusnya juga bagus kan?"
"Iya, tapi kesannya kamu kayak orang modus tau gak!?"
"Hahahah, modus ke pacar sendiri kan gapapa."
"Jangan kebanyakan main sama Jay atau Daiz deh," kata Rinjani terkekeh geli.
Ajen tertawa pelan. Mengsejajarkan tubuhnya dengan Rinjani, tangannya ia tumpukan pada kepala si gadis kini wajahnya berada tepat di depan Rinjani dengan seulas senyum teduhnya.
"Kamu kalo capek, selain ngeluh ke aku ngeluhnya sama yang di atas juga. Yang di atas jauh lebih tau tentang kamu dibanding aku."
Rinjani menipiskan bibirnya mengangguk dengan seulas senyum tipis. Kembali maju mengikis jarak keduanya, berpelukan.
"Jen. Kamu kok mau sih sama aku?" tanya Rinjani random.
"Ya karena itu kamu." balas Ajen tak ada keraguan di setiap katanya.
"Sayang Ajen." cicit Rinjani pelan, Ajen terkekeh.
"Sayang Arin juga."
"Aku lebih sayang Rajendra," kata Rinjani.
"Aku sayang banget sama Rinjani." kekeh Ajen. Rinjani mengerutkan keningnya memundurkan tubuhnya.
"Aku baru nyadar nama kita hampir mirip. Rajendra Rinjani, ya nggak mirip sih tapi kayak enak aja dibacanya. Iya, gak Jen?"
"Iya dong, apalagi dibacanya pas di undangan."
Pipi Rinjani merona. Memukul pelan bahu Ajen salah tingkah.
"Diem deh."
Ajen tertawa pelan, "jadi mau kapan, Rin?" tanya Ajen dengan senyum anehnya.
Rinjani walau curiga pun tetap bertanya, "kapan apanya?"
"Nentuin tanggal nikah," balas Ajen tanpa beban. Lagi-lagi pipi Rinjani memerah.
"Ajennnnnnnnn." gerutu Rinjani. Ajen hanya tertawa menanggapi.
"Mau pulang sekarang atau..."
"Jalan-jalan duluuuu, keliling ya?" sambar si gadis cepat.
"Oke! let's go!!!" seru Ajen nyaring.
"Pedes bangettttt," keluh Rinjani seraya mengipas-ngipas wajah merahnya.
Ajen mengulurkan air mineral yang langsung diterima Rinjani. Gadis itu menegaknya rakus.
KAMU SEDANG MEMBACA
soft; rajendra
Teen Fiction"Please ya, tahi lalat kalian juga sama posisinya. fiks sih kalian jodoh!" short, local @chamiverse, 2022