17. rajendra rinjani jaya ‼️

99 11 3
                                    

Sekali lagi pemuda bernama Rajendra itu merapikan kembali penampilannya di cermin. Meskipun berkali-kali meyakinkan dirinya, tetap saja Ajen masih merasa gugup.

Melakukan pdkt setelah tiga bulan putus itu bukan sesuatu yang mudah baginya.

"Udah cakep woi. Capek gue liat lo daritadi ngaca mulu," kata Jidan sewot. Kebetulan pemuda itu sedang berada di kamar Ajen, numpang membaca komik soalnya ac di kamarnya tiba-tiba mati.

"Serius Ji? Cakep gue?" tanya Ajen tak percaya.

"CAKEP ANJIR!" balas Jidan jadi emosi.

"Hahahahah," Ajen tertawa. Lagi-lagi kembali merapikan penampilannya.

"Ji. Menurut lo, gue bisa sama Rinjani lagi nggak?"

Jidan menghela napas. Kini mendudukan tubuh, menyimpan komik di kasur lalu menatap Ajen serius.

"Bisa lah. Gak ada yang nggak mungkin Jen. Udah, jangan ragu. Kan kalo di tol kalau ragu-ragu lebih baik kembali." katanya tak nyambung.

Ajen mengangkat alis agak bingung dengan kalimat Jidan.

Sementara Jidan kembali membaca komik yang sempat ia simpan tadi di kasur. Ajen menghela napas diam-diam menetralkan detak jantungnya karena- SUMPAH sekarang dirinya amat sangat gugup.

"Ji?" panggil Ajen. Jidan menurunkan komiknya.

"Ape lagi????" sahut Jidan jengah.

"Doain gue ya Ji."

"Yaelah lu. Udah kayak ke bapak lo aja. Semoga Jani nerima lo lagi Jen. Berangkat sono, kasian neng Jani pasti nungguin."

"Hahahahah, iya thanks parfum sama doanya ya Ji." Ajen segera beranjak.

"Hmmm, dasar anak remaja." gumam Jidan, kini kembali membaca komik lagi.

***

Ajen menghentikan motornya di depan rumah Rinjani. Dirinya menghela napas sebelum akhirnya jemari itu meraih totebag yang ia gantungkan di motor.

Begitu sampai di depan pintu, Ajen segera menekan bel rumah sang pujaan.

Pintu dibuka. Senyum ramah wanita paruh baya menyambut kedatangan Ajen. Beliau adalah ibu Rinjani.

"Eh, nak Ajen.." sapanya ramah. Ajen tersenyum hingga matanya menyipit.

"Tante.. apa kabar???"

"Baik nak. Nak Ajen gimana?"

"Baik juga," balas Ajen.

"Oh ya, ini dari ibu sama ayah buat tante." ujar Ajen, sedikit mengangkat totebag yang ia pegang. Mata wanita itu berbinar dengan senyum hangatnya.

"Wah... bilangin makasih ya sama ibu ayah kamu. Ini tante nggak ngerepotin kan?" tanyanya, ada nada tidak enak di kalimatnya. Ajen sontak menggeleng.

"Nggak tan, emang ibu sama ayah sengaja. Diterima ya tan."

Wanita itu mengangguk seraya tersenyum.

"Mau ketemu Jani ya? sebentar tante panggil dulu." ujarnya, segera berbalik masuk ke dalam rumah.

"Iya tante..."

Tak butuh waktu lama Rinjani keluar dengan rambut hitam digerai. Jepit tipis hitam di kedua sisi rambut dipakainya agar poninya tak menghalangi pandangan. Di belakangnya sang ibu mengikuti dengan senyum gemas karena interaksi dua anak muda di depannya sangat lucu. Pikirnya.

"Bu, Jani berangkat ya." pamit Rinjani, disusul Ajen ikut menyalami calon mama mertua. hehehehe.

"Ajen pinjam Rinjaninya sebentar ya tante."

"Iya nak. hati-hati ya kalian."

Keduanya berjalan beriringan menuju motor Ajen yang terparkir di depan halaman rumah Rinjani. Rinjani diam-diam mengepalkan tangan gugup tak jauh beda dengan Rajendra, sebenarnya semenjak dari kos sudah mulas. Kini semakin mulas begitu Rinjani ada di depannya.

Ajen serasa di surga. Bidadari ada di depannya. Katakan saja Ajen lebay. Tapi, serius Rinjaninya cantik...

"Jan, aku berasa di surga." celetuknya tiba-tiba. Rinjani yang sedang memakai helm pun jadi mengernyit bingung.

"Maksudnya?"

"Iya, soalnya ada bidadari di depanku." balasnya seraya terkekeh.

Rinjani tertawa renyah.

"Apasih Jennnnnnnn? jangan bilang Jay yang ngajarin kamu lagi?"





Sementara di sisi lain Jay yang sedang minum air putih pun refleks terbatuk heboh sampai wajah memerah.

dalam hati sudah membatin,

"pasti ada yang lagi ngomongin orang ganteng macem gue nih."

Raksa di sampingnya inisiatif segera menepuk brutal pundak Jay berharap batuknya mereda.

"S- SA LO MAU BIKIN GUE MATOT??!!!" teriak Jay, soalnya Raksa nepuknya gak manusiawi ALIAS SAKIT BANGET BUSET.

"Matot apaan?" tanya Asa masih sempat-sempatnya.

"MATI TOTAL BANGSATTTTT."







Kembali lagi pada Ajen - Jani.

Ajen menggeleng seraya tertawa.

"Nggak Arin. Itu pernyataan dari lubuk hati aku." balasnya.

Lagi-lagi Rinjani tertawa.

"Udah ah! Gak bakal berangkat kalau ngobrol terus."

Ajen tersenyum miring.

"Gak sabar banget ya kayaknya mau main sama aku?" ucapnya jahil.

"Iya, aku kangen."

Balasan Rinjani sontak membuat jantung Ajen serasa jatuh ke lambung. Perutnya semakin mulas.

Rinjani tersenyum kecil melihat Ajen yang mendadak jadi diam. Tapi, juga bingung karena ekspresi Ajen terlihat aneh.

Keduanya sudah bersiap pergi. Baru saja motor melaju keluar halaman rumah Rinjani, mendadak pemuda itu menghentikan motornya mendadak.

"Loh? Kenapa Jen????"

"Jan... aku boleh ikut ke toilet nggak?"

"HAH????"













a/n: haloooo guysss hahahahah maafffffff

ak orgnya mmg sngt ngaret abiezz ☝️😞😞😞😞😞

hahahah semoga suka!!!

menurut kalian mereka tetep jalan egk??? xixixixi







soft; rajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang