Untuk kesekian kalinya Ajen menyisir rambut hitam legamnya. Menyemprot parfum ke bagian tubuh yang katanya jika di semprot di bagian itu wangi parfumnya akan bertahan lama.
Satria yang sudah dua kali memasuki kamar Ajen lantas berdecak- pasalnya manusia satu itu masih belum selesai mematut dirinya sedari tadi, mungkin sekitar dua jam Ajen berdiri di depan cermin.
"Mau kemana sih lo?" tanya Satria akhirnya. Ajen melirik sekilas penghuni kos tertua satu itu- ya walaupun beda satu tahun dengannya, tetap saja Satria yang paling tua kan?
"Mau jalan."
"Jam berapa sih jalannya? udah dua kali gue masuk sini belom beres juga masalah nyisir rambut???"
Ajen terkekeh, "bentar lagi."
"Mau kemana?" tanya Satria penasaran.
"Mau ke toko buku."
"BUSETTT KE TOKO BUKU DOANG???" cibir Satria kini mendudukan diri di tepian kasur.
"Ya kan harus tetep ganteng dong. Biar Arin tetep mandang ke gue, bukan cowok lain."
"Ceilahhhh, bisaan banget. Tapi, nih ya. Misalkan Rinjani mandang cowok lain selain lo gimana, Jen?" tanya Satria serius.
Sisiran tangan di rambutnya terhenti begitu mendengar kalimat Satria, Ajen jadi overthinking sekarang. Gimana ya?
"Hm, mungkin kita belum jodoh." balas Ajen sedikit ragu dengan jawabannya.
"Bercanda kali gue, jangan gitu dong jawabannya. Pasrah amat lo." balas Satria seraya terkekeh.
Satria berdiri, menepuk pundak Ajen pelan kemudian berlalu keluar. Meninggalkan Ajen yang kembali berpikir keras tentang kalimat Satria barusan.
"Bang sat nih, gue jadi overthinking kan?" gumam Ajen gusar.
🌪️🌪️🌪️
Sesuai janji kalau dirinya sudah sembuh, Ajen akan mengantar pacarnya ke toko buku.Kini pemuda itu sudah berada di depan rumah Rinjani. Sebelumnya Ajen sudah menekan bel dan mengirim pesan kepada Rinjani.
Pintu terbuka menampakan ibu Rinjani, beliau menyambut kedatangannya dengan senyum hangat seperti biasa.
"Nak Ajen, masuk nak. Rinjaninya lagi siap-siap dulu."
"Baik bu," balas Ajen tersenyum kecil mengekori beliau ke dalam.
"Mau minum apa? Rinjani kalo dandan lumayan suka lama sih." ujar beliau setengah tertawa.
"Apa sih bu??? ini aku udah siap kok," celetuk Rinjani melangkah mendekat.
Sesaat Ajen terpesona, pemuda itu memandang si pacar tanpa berkedip sedikit pun.
"Cantik banget pacar gue." Rajendra.
"Jen, mau berangkat sekarang apa mau minum dulu?" pertanyaan si gadis membuat Ajen tersadar dari keterpesonaannya.
"Sekarang aja, takut kesorean." balas Ajen.
"Ya sudah, hati-hati ya kalian." ujar ibu Rinjani menepuk bahu keduanya bergantian.
Keduanya berpamitan, wanita paruh baya itu mengantar keduanya sampai ke depan pintu dengan senyum hangatnya hingga motor Ajen menghilang dari pandangannya barulah beliau kembali memasuki rumah.
🌪️🌪️🌪️
Rinjani memajukan kepalanya sampai dagunya bertumpu di pundak lebar Ajen, tangannya memegang kedua sisian jaket pemuda itu erat.
"Jen, makan dulu mau?"
"Kamu belum makan emang?" tanya balik pemuda itu melirik kaca spion sekilas.
Rinjani terkekeh geli lalu menggeleng, "belum, makan ya? aku laper..."
"Oke, ke tempat sate langganan kamu aja mau gak?"
"MAU! udah lama deh gak kesana," balas Rinjani antusias. Ajen kembali memandang spion cowok itu terpesona lagi.
"Di kehidupan sebelumnya aku nyelamatin kumpulan rakyat kali ya?" kata Ajen random membuat si gadis di belakangnya jadi mengernyit tak paham.
"Hah?"
"Iya, makanya aku bisa dapetin kamu. Mungkin itu hasil dari jerih payah aku."
"Apa sih Jen? kamu kebiasaan deh suka random." balas Rinjani diakhiri tawa renyahnya.
"Tapi, kamu cantik loh Rin."
Rinjani meneguk ludahnya kasar, jantungnya berdetak tak karuan.
"Kamu tuh ya... bisa diem gak?"
"Hah? emang kenapa hm?"
Rinjani mencebik menabok bahu si pemuda cukup keras walau detik berikutnya di usap-usap karena tak tega Ajen mengaduh sakit, padahal Ajen bercanda. Pukulan Rinjani seringan kapas jadi tak terasa sakit.
"Kamu jangan kebanyakan main sama Jay deh, capek tau kalo kamu gombal muluuuu." keluh Rinjani.
"Kok capek sih???"
"Iya, capek. Capek jantung aku harus degdegan terussss!" balas Rinjani gemas, Ajen refleks menyemburkan tawanya. Pacarnya ini kelewat jujur tentang perasaannya, Ajen kan jadi gemas pengen uyel.
🌪️🌪️🌪️
Akhirnya disini mereka sekarang, toko buku. Semerbak aroma buku langsung memasuki indra penciuman begitu tungkai keduanya masuk ke dalam.
"Jen, aku ke tempat novel ya. Kamu pasti ke rak komik." cetus Rinjani yang sudah hapal.
"Iya nih, kebetulan Kalan sama Hangga maksa pengen nitip komik spy x family."
"Kamu tau gak? Raksa sama Jay juga pengen beli. Aneh, ketularan Jidan nih pasti..." sambung Ajen.
"Jidan kan suka nonton anime, gak heran kalo anak kos dicekokin anime sama dia," ujar Rinjani tertawa kecil, membayangkan bagaimana ramainya kos ketika membahas anime yang sedang populer itu.
"Yaudah, aku ke rak komik dulu. Kamu hati-hati ya, jangan sampai hilang." Ajen berkata begitu dengan tangan menepuk kepala si gadis singkat. Rinjani? tentu saja gadis itu salah tingkah dan berlalu dari depan si pemuda dengan langkah cepat.
Ajen terkekeh geli, pemuda itu pun berjalan ke area komik.
Sementara Rinjani sudah sibuk membaca judul novel yang sekiranya menarik. Satu buku cukup menarik perhatiannya.
Hujan bulan juni.
Bulan juni, dia jadi ingat seseorang. Rinjani menggeleng pelan, kembali menyimpan novel tersebut ke rak. Gadis itu kembali menyusuri rak tersebut sampai tak sadar bahunya saling bertubrukan dengan seseorang, sebelumnya gadis itu sempat menggumamkan kata maaf berulang kali.
"Loh, Rinjani?"
Si gadis mendongak, detik berikutnya matanya membulat terkejut dengan kemunculan pemuda yang cukup ia kenal.
Sementara itu, Ajen yang sudah dapat komik pesanan anak 0104 itu berjalan ke tempat Rinjani.
"Arin, aku udah dapat-"
"-komiknya." Ajen membeku ketika melihat Rinjani dengan pemuda asing yang saling berpandangan di depan sana.
a/n: pasangan soft, lembut satu sama lain, saling perhatian tentu ga luput dari badai kan?
ada yg bisa nebak siapa second leadnya???
anjayy second lead :D
wkwkwk sampai jumpa di bab berikutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
soft; rajendra
Novela Juvenil"Please ya, tahi lalat kalian juga sama posisinya. fiks sih kalian jodoh!" short, local @chamiverse, 2022