"Dia lagi di Lab Ilkom, datengin aja. Anaknya lagi ngoding jadi gak bisa kemana-mana."
Setelahnya panggilan pun terputus. Siapa lagi jika bukan Kaluna pelakunya?
Hal itu benar-benar membuat Reena ingin menenggelamkan gadis itu ke dasar lautan terdalam.Terhitung sudah entah keberapa kalinya Reena menjadi korban perjodohan Kaluna. Gadis itu kerap sekali mengenalkan Reena dengan teman lelakinya, dan semuanya berasal dari F terkhusus mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer. Sepertinya sekarang Reena tahu dari mana Kaluna mendapatkan informasi mengenai Adlan, karena ternyata teman-temannya berasal dari Fakultas yang sama dengan lelaki itu.
Berjalan gontai antara niat dan tidak, akhirnya langkah Reena sampai di FTIK. Selanjutnya ia hanya akan bertanya untuk memberinya petunjuk dimana Lab Ilkom berada lalu menyumpah serapahi lelaki bernama Arsen yang tidak memiliki inisiatif menghampirinya lebih dulu dan malah dirinya lah yang menghampiri lelaki itu.
Sebenarnya Reena sudah ingin bertanya pada 2 orang mahasiswi yang sedang berjalan melewatinya jika saja netranya tak sengaja menangkap seorang lelaki yang berjalan seorang diri dengan pakaian serba hitam. Dia lelaki itu, lelaki dengan rajah Elang-ah maksudnya lelaki yang bernama Adlan.
Entah apa yang salah dengan dirinya, Reena terus fokus pada Adlan yang perlahan menjauh dari jarak pandangnya. Tanpa sadar tungkainya ikut bergerak, perlahan tapi pasti ia mulai mengikuti lelaki itu. Persetan dengan Arsen atau siapalah itu, untuk sekarang presensi Adlan yang tiba-tiba jauh lebih menarik bagi Reena.
Sorry Kal, gue gak bisa janji buat gak kepo sama ni cowok.
Setelah membatin seolah Kaluna mendengarnya, Reena kembali memfokuskan dirinya pada Adlan. Langkah lebar lelaki itu sesekali membuatnya harus berlari kecil agar tak tertinggal.
Jika kebanyakan lelaki akan berjalan ke sana kemari bersama teman-temannya, maka Adlan lebih memilih melangkah kemana pun seorang diri. Jika kebanyakan lelaki akan berkumpul dengan teman-temannya saat sedang senggang, maka Adlan lebih memilih-
Perpustakaan?
Reena mengernyit. Lelaki seperti Adlan mendatangi perpustakaan? Rasanya sedikit aneh. Ahh, sepertinya kesalahan fatal bagi Reena jika hanya melihat seseorang dari perawakan luarnya, dan lebih salah lagi jika ia termakan perkataan Kaluna yang melarangnya untuk tidak penasaran dengan Adlan karena ternyata lelaki itu... Menarik.
Reena menyusuli Adlan yang lebih dulu masuk. Dari pada ruang diskusi yang berisiknya luar biasa, ternyata lelaki itu lebih memilih memasuki ruang baca yang tenang dan tentram.
Rak demi rak Reena telusuri hanya untuk mencari keberadaan Adlan. Sampai pada rak terkahir, gadis itu menyatukan alisnya karena Adlan tak juga ia temukan.
"Kemana dia?" Monolognya. Bahkan sanking penasarannya Reena berjongkok guna melihat kolong meja barangkali lelaki itu bersembunyi di sana, pikirnya.
"Gak ada," Reena kembali bangkit. "Sayang banget, padahal gue mau kenal-"
Sret
"Akh."
"Lo siapa?"
Damn
Reena sontak menelan ludahnya kala suara bariton itu menusuk indra pendengarannya. Kini tepat di hadapannya, seseorang yang sedari tadi ia cari sudah berdiri menjulang dengan tatapan tajam.
"Lo siapa? Ngapain ngikutin gue? Siapa yang nyuruh lo? Lancang tau gak?" Bahkan lontaran tanda tanya barusan terdengar sarkas.
"I-itu," Reena bergerak tak nyaman karena Adlan menghimpitnya ke dinding. Sadar dengan tingkah gadis itu akhirnya ia sedikit memberi jarak.
"G-gue.."
"Jawab. Gak ada yang nyuruh lo jadi gagu di sini." Kembali mendengar suara itu dengan tatapan yang ingin menelannya hidup-hidup, Reena sedikit menyesal karena sudah berani mengikuti lelaki yang sekarang berada di hadapannya.
"Lo bisu? Telinga lo masih berfungsi kan?"
"M-masih kak,"
"Ya jawab." Adlan menggeram dengan suara tertahan.
"G-gue cuma mau kenalan. Itu aja gak ada maksud lain kak." Jawab Reena menundukkan kepalanya, demi apapun rasa takut mulai menyerangnya sekarang, apalagi saat tawa kecil menyapa indra pendengarnya.
Adlan membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan menumpu pada lutut, sontak Reena menahan nafas karena hidung lelaki itu hampir menyentuh hidungnya.
"Emangnya lo siapa berani kenalan sama gue?" Tanyanya dengan seringai. Namun, belum sempat Reena menjawab ia kembali bersuara. "Nama lo? Stambuk berapa?"
"R-reena, stambuk '19, kak."
"Reena?" Ulang Adlan mencoba menatap manik gadis itu karena sedari tadi ia terus menunduk, tetapi berakhirlah hidung mereka benar-benar bersentuhan membuat Reena dengan cepat menegakkan kepalanya.
"Libra?" Tebaknya diangguki oleh Reena. Dari mana ia tahu? Itu tak penting bagi Reena karena sekarang rasa takut lebih mendominasinya dari pada rasa penasaran.
"Lo tau Reena? Baru kali ini ada cewek yang berani nguntit gue kayak tadi."
"Gue gak nguntit." Sanggah Reena cepat membuat Adlan kembali tertawa.
"Rumor tentang gue pasti banyak lo dengar sampai-sampai lo penasaran dan nemuin gue langsung. Tapi satu yang perlu lo tau, hubungan gue sama Libra gak pernah berhasil. Temen? Pasangan? Dalam bentuk apapun itu, gak pernah sekali pun. Lo tau kenapa?" Adlan menjeda, ia tersenyum melihat wajah ingin tahu gadis di hadapannya ini begitu menggemaskan.
"Karena mereka terlalu naif buat gue, Reena..." Ujarnya dengan gaya bicara mengejek membuat Reena memandang tak suka lelaki itu.
"Jadi, cabut kata-kata lo yang pengen kenalan sama gue tadi, karena kalau lo batu-" ibu jarinya dengan lancang mengusap bibir bawah Reena. "Gue pastiin lo bakal nyesel."
Jangan galak-galak ya kak...
Nanti kamu gak ada temennyaTbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL || JAKE SIM
Random"Jangan pernah sekali pun lo suka sama kak Adlan, ngedeketin dia atau ngebiarin dia ngedetin lo. Jangan." "Kenapa?" "Kata orang-orang, love language-nya Physical Touch." "Emangnya... Kenapa?" "Ck, lo gak tau?" Gadis itu menggeleng. "Dia itu Scorpio...