Raut Reena berubah sendu ketika jaket kulit Kaluna sudah berada di tangannya. Adlan benar-benar brengsek. Entah apa yang lelaki itu lakukan sampai-sampai jaket yang tadinya hitam berubah warna menjadi kecoklatan seperti habis direndam dalam air kubangan.
"Gak mungkin gue balikin ke Kaluna besok..." Cicitnya menatap nanar jaket tersebut.
Mencucinya? Reena bisa saja melakukannya, tetapi mengingat ia tidak memiliki mesin cuci dan pengering atau segala macamnya, maka jaket itu tidak akan kering besok. Kecuali...
Reena melirik ke sana kemari, ternyata ruang cuci milik Adlan lumayan ekhem lengkap.
"Gak! Gila lo Reena!" Gelengnya menyadarkan diri.
Tapi lo butuh Re...
"Enggak! Gue gak butuh!"
Itu satu-satunya cara supaya jaketnya bisa lo balikin dengan layak besok.
Reena menggigit bibirnya, batin dan pikirannya sedang berperang, ia dilema.
"Bodoamat." Katanya melangkah dengan cepat menuju pintu.
Klek
"Kak Adlan," Panggilnya pelan.
Ya, ia nekat meminta izin pada Adlan untuk menggunakan ruang cuci lelaki itu. Bisa dibilang tindakan Reena sekarang luar biasa berani karena untuk ukuran orang yang baru dikenalnya terlebih lelaki, dengan tidak sopan ia langsung membuka pintu kamar si empu.
"Kak..." Panggil Reena mendekat, dilihatnya Adlan yang sedang tertidur dengan posisi telungkup. Sepertinya kaum lelaki memang suka tidur dengan posisi seperti itu, karena Reena sendiri sering melihat Jericho tertidur dengan posisi yang menurutnya tak nyaman itu.
"Kak Adlan."
"Hm," deham si empu membuat Reena terjengit, namun dengan cepat ia menormalkannya kembali.
"Gue pinjem ruang cuci boleh?"
"Hm,"
"Beneran boleh?" Girang Reena tanpa sadar, tetapi gumaman Adlan selanjutnya membuat senyumnya luntur berganti dengan wajah masam.
"Gak tau diri." Desis Adlan yang berhasil membekukan Reena beberapa saat.
"Apa lo bilang?"
Adlan mengangkat wajahnya, melirik ke arah Reena.
"Lo gak tau diri." Ulangnya membuat Reena mengepalkan tangannya dengan gigi yang bergemelatuk.
"Enak aja ngatain gue gak tau diri! Ini juga gara-gara lo ya! Main pake jaket orang seenaknya, mana kotor lagi!" Cecar gadis itu berapi-api. Namun, Adlan hanya menatap datar dirinya.
"Udah?"
"Apa?!"
"Ngomelnya." Ucap Adlan membuat Reena mendelik, ketika ingin protes lelaki itu kembali bersuara,
"Mulut lo berisik banget ternyata,——sini gue cium dulu." Katanya enteng seraya mengubah posisi menjadi duduk, reflek Reena menjauh dengan kedua tangan menutup mulutnya.
"Jangan macem-macem lo."
"Gue gak macem-macem, cuma butuh bayaran. Lo pakai ruang cuci gue dan itu gak gratis."
"Gue belum nyentuh apapun!"
"Tapi mau kan?" Reena terdiam.
"Sini, sekali aja, buat basahin bibir doang." Adlan memberi gestur tangan agar Reena mendekat. Namun, gadis itu malah berlari ke luar tak lupa mengucapkan kata mutiaranya.
"Adlan bajingan!" Teriaknya untuk pertama kali di hadapan lelaki itu membuat si empu tertawa kecil.
"Lo nakal ternyata, dibilang jangan muncul lagi tapi lo malah dateng sendiri."
.
.
.
"Nah, jaket lo."
Dengan kurang ajar Reena melemparkan jaket yang dibawanya ke wajah Kaluna membuat gadis itu memekik.
"Reena bringshake." Umpatnya membuat Reena tertawa.
"Ini udah lo cuci?" Tanya Kaluna mengendus jaket tersebut dan dibalas anggukan oleh Reena. "Kok baunya gak enak? Nyengat banget." Katanya membuat si empu mematung.
Deterjen Adlan memang bau neraka.
"Masih untung gue cuci. Gak tau terima kasih lo!" Sewot Reena.
"Dih, marah." Gumam Kaluna yang selanjutnya beringsut mendekati Reena dan memeluk lengan gadis itu. "Jangan marah lah ayang, kan cuma bercanda." Katanya manja. Mungkin jika orang-orang melihat interaksi mereka akan berpikir yang tidak-tidak tentang hubungan keduanya.
"Asik banget kayaknya."
Keduanya menoleh kala seseorang menghampiri dan mengambil duduk di hadapan mereka.
"Kak Arsen," sebut Reena dibalas senyuman oleh Arsen.
"Jaket gue, kan?" Tanya lelaki itu menunjuk jaket hitam yang tergeletak acak di dekat Kaluna.
Kaluna mengangguk. "Iya, nih." Ia menyodorkan jaket itu ke hadapan Arsen.
"Loh?"
Kedua insan itu menoleh pada Reena.
"Punya lo kak?" Tanyanya diangguki oleh Arsen.
"Anjing."
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL || JAKE SIM
Sonstiges"Jangan pernah sekali pun lo suka sama kak Adlan, ngedeketin dia atau ngebiarin dia ngedetin lo. Jangan." "Kenapa?" "Kata orang-orang, love language-nya Physical Touch." "Emangnya... Kenapa?" "Ck, lo gak tau?" Gadis itu menggeleng. "Dia itu Scorpio...