TD XIII

7K 695 38
                                    

Jika ada nominasi "People Badung Of The Year", maka Reena akan masuk nominasi dan mendapatkan posisi pertama. Karena apa? Lihat aja yang dilakukannya saat ini, mata nakalnya tak lepas fokus sedikit pun dari objek yang menurutnya menarik itu. Takut? Tentu saja. Tapi entah mengapa bagi Reena, orang itu memiliki daya tarik sendiri untuk ia perhatikan diam-diam. Contohnya seperti sekarang, ia tengah sibuk memperhatikan lelaki dengan rajah Elang yang sedang makan di kantin fakultasnya. Lelaki itu sesekali menyugar rambutnya yang menutupi mata, padahal hal itu bukanlah sesuatu yang wah, tetapi entah mengapa jika dia yang melakukannya sukses membuat hati Reena bergemuruh. Kalau kata anak-anak Generasi Z :

Damagenya bukan maeenn...

"Awas lepas matanya."

Sadar dari fokusnya, Reena terjengit kala suara itu ditangkap indra pendengarannya.

"Kak Arsen,"

"Adlan mulu, gue kapan?" Nada suara Arsen yang pura-pura merajuk membuat Reena berdecih, alhasil lelaki itu tertawa.

"Lo kayak gak punya Fakultas sendiri, hobi bener ke Fakultas orang." Cibir Reena.

"Dih? Adlan aja boleh, kenapa gue enggak?"

"Kenapa jadi bawa-bawa Adlan, sih?!" Kesal Reena yang lagi-lagi mengundang tawa Arsen. Bagi Arsen, wajah marah, kesal, emosi dari Reena itu sangat lucu.

"Lucu banget sih, pengen gue gigit." Katanya membuat Reena memutar bola mata malas.

"Balik sana kak, kayak gak punya kerjaan lo." Usir Reena. Terkesan kurang ajar memang mengatakan hal seperti itu kepada kakak tingkatnya, tetapi bagi Reena tak masalah jika itu Arsen. Entahlah, Reena tak tahu sejak kapan ia merasa dekat dan akrab pada lelaki yang belum genap sebulan dikenalnya itu. Rasanya lucu, baru kali ini ia bertahan dengan lelaki yang dikenalkan Kaluna, karena biasanya pada hari pertama Reena sudah memutuskan hubungan.

"Adlan-nya gak diusir juga?"

"Kak..."

"Haha iya sorry, sorry." Gelak Arsen ketika Reena sudah seperti ingin menelannya hidup-hidup.

"Nanti malam pertama kerja, kan?" Tanya Arsen begitu meredakan tawanya. Reena mengangguk sebagai jawaban.

"Gak gue temenin gapapa? Malam ini jadwal gue ke sirkuit." Katanya sedikit tak enak.

"Gapapa kali kak, lagian ngapain juga lo buang-buang waktu buat nemenin gue kerja?" Tanya Reena. Karena memang iya, kan? Untuk apa Arsen membuang waktu hanya untuk menemaninya bekerja? Oh ayolah, itu terlalu berlebihan mengingat hubungan keduanya tak se-sepesial itu.

"Usahkan waktu Re, gengsi pun rela gue buang buat lo." Ujar Arsen menatap sungguh kedua netra Reena. Namun, bukannya salah tingkah seperti kebanyaka gadis ketika mendengar kata-kata manis itu, Reena justru mual mendengarnya.

"Gak usah mulai."

Arsen tersenyum jenaka. "Dih galak. Adlan mana mau sama cewek galak." Katanya sukses membuat Reena mendelik.

"ARSEN GUE PUKUL YA LO!"

.

.

.

Reena sudah siap dengan pakaian kerjanya. Rasanya sedikit bersyukur karena walaupun ini sebuah club, tetapi pakaiannya masih pada batas wajar, sangat wajar malah. Kemeja putih yang dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam pun dengan apron yang senada menambah ciri khas yang menandakan bahwa dirinya adalah seseorang bartender.

"Gimana? Nyaman gak?" Tanya Regard begitu matanya menelisik penampilan Reena. Gadis itu mengangguk.

"Banget malah." Katanya membuat Regard tersenyum mengacak gemas surainya.

THE DEVIL || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang