"Tumben nyariin."
Suara bariton dari belakang sana membuat Reena memutar sedikit tubuhnya.
Regard menutup pintu dan langsung mengambil duduk di hadapan Reena. Ia sedikit penasaran kenapa gadis itu mencarinya lewat Wildan tadi.
"Gue mau nanya sesuatu sama lo, kak." Ucap Reena dibalas tautan alis oleh Regard.
"Nanya apa?"
Gadis itu berdeham. "Selama ini, gue gak pernah tau apa yang disembunyiin orang-orang di belakang gue. Entah itu nyokap, Koko, atau bahkan temen gue sendiri." Ucapan Reena membuat Regard bertambah bingung.
"Awalnya gue gak terlalu kepo sama masalah ini, tapi setelah Arsen bawa-bawa nyokap sama Koko gue,——gue jadi penasaran."
Diambilnya nafas panjang sebelum berucap,
"Di sini, gue mau minta tolong sama lo, kak. Tolong jelasin semuanya yang gue gak tau, gue capek dibodohi terus..."
Regard mengulum bibirnya ke dalam, ditatapnya mata Reena penuh arti sampai tiba-tiba ia menggeleng samar.
"Maksud lo apa Re?" Tanyanya menaikkan kedua alisnya.
"Gue tau lo pasti paham maksud gue. Please... Gue gak tau harus ke siapa lagi kak Regard..."
Wajah Reena memelas penuh harap, ia benar-benar membutuhkan penjelasan dari Regard. Mungkin pada awalnya dia hanya penasaran atas Adlan, Arsen, dan temannya yang penuh dengan teka-teki yaitu Kaluna. Tetapi saat Arsen ikut menyangkutpautkan ibunya juga Jericho, rasa penasarannya lebih membucah, ia rasa ada sesuatu yang besar disembunyikan darinya.
Karena... Kenapa? Kenapa tiba-tiba ibunya dan Jericho ikut masuk ke dalam masalah yang awalnya sangat sepele yaitu mengenai hubungan tak jelas antara Adlan, Kaluna, dan Arsen?
Dan Regard, lelaki asing yang baru dikenalnya ini lah yang bisa menjelaskan semuanya, selain Kaluna.
"Gue gak tau Re...,"
Tiba-tiba Regard berucap lirih, matanya menatap sendu Reena.
"Seandainya gue lebih dulu ketemu sama lo dari pada mereka, pasti lo bakal lebih aman." Ucapnya. "Sorry, gue telat,"
Kini giliran Reena yang mengernyit bingung, entah apa yang dimaksud Regard sekarang ia tidak tahu.
"Kak,"
"Gue tau lo bakal benci denger kalimat ini, tapi seharusnya lo dengerin apa yang dibilang nyokap lo tentang Jericho. Dampak dia bahaya buat lo Reena... Kalian itu masih saudra kandung."
"Kak Regard gue gak paham maksud lo apa." Desak Reena. "Lo kenal Koko gue?" Regard terkekeh lirih, ia mengangguk.
"Dia pacar Karlina."
Karlina? Karlina yang itu... Bukan?
"G-gue sering denger nama itu dari Adlan..." Ucap Reena diangguki Regard.
"Adlan sayang banget sama Karlina, tapi rasa sayang dia salah. Sister complex, gue gak tau sejak kapan dia punya penyakit kayak gitu."
Deg
Tubuh Reena menegang mendengar itu, jantungnya seakan berhenti berdetak dengan mata yang membulat sempurna.
"H-ha?"
"Gue rasa gue udah pernah bilang sama lo kalau gue punya adek cewek yang suka elang? Dia Karlina." Regard menarik jaket kulitnya, menunjukkan sesuatu pada Reena yang ada ada di pergelangan tangannya.
"Gue sama Adlan punya ini karena Karlina, "
"Lo..."
"Enggak. Gue gak punya penyakit kayak gitu. Sayang gue ke Karlina pure sebatas sayang ke adek sendiri. Adek cewek yang harus gue jaga." Sanggah Regard menepis pikiran Reena tentangnya.
"Beberan cuma ko sama Adlan yang punya rajah kayak gitu, kak?"
Pertanyaan Reena barusan membuat Regard mengernyit.
"Maksud lo?"
"Sorry kalau gue gak sopan, tapi boleh gue tau Karlina itu... Gimana?"
Bukan tanpa dasar Reena bertanya seperti itu. Dia ingin memastikan sesuatu yang tiba-tiba ikut menghantui pikirannya.
Regard tampak diam sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengotak-atik hingga beberapa saat kemudia menunjukkan foto seorang gadis bersurai panjang ke hadapan Reena. Gadis itu sangat cantik, ia tersenyum manis, sangat mirip dengan seseorang sampai-sampai Reena lemas melihatnya.
Tuhan... Kenapa harus...?
"I-ini... K-kaluna?"
Suara lirih Reena justru ditangkap jelas oleh Regard.
"Kaluna?" Reena mengangguk.
"J-jadi dia sama Adlan..." Seolah berbicara dengan dirinya sendiri, Reena masih fokus memandangi foto itu sampai tiba-tiba Regard menarik ponselnya.
Lo bener-bener sakit, Adlan...
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja netra lelaki itu berubah tajam, auranya sangat berbeda dari beberapa detik lalu, kini... Sangat gelap.
"Halo?"
Regard tampak mengetatkan rahangnya mendengar suara itu, ia memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya membuka suara.
"Harus pake bahasa apalagi supaya lo nurut, Kaluna."
"Kak-"
"Udah gue bilang, kan? Jangan ikut campur masalah Karlina! Lo bisa dibilangin, gak?!"
Bentakan keras Regard pada Kaluna membuat Reena terkesiap.
"Jauhi bajingan itu kalau lo masih mau gue anggep."
"Kak Regard-"
Suara itu terhenti karena Regard lebih dulu mematikan sambungannya. Nafas lelaki itu naik turut serasa meremat kuat ponselnya.
"K-kak?"
"Ayo, gue anter pulang."
"T-tapi, masih ada yang mau gue-"
"Nurut Re."
Suara berat tak terbantahkan itu membuat Reena mengulum bibirnya mau tak mau mengangguk.
.
.
.
"ARGHHH!"
"Kenapa lagi?"
"Cewek itu! Pasti dia! Jalang gak tau diri! Semuanya hancur gara-gara dia!"
Teriakan-teriakan itu keluar dari mulut seorang gadis yang kini mengacak rambutnya frustrasi. Sorot matanya menajam dengan wajah yang merah padam.
"Jadi mau gimana?"
Lelaki itu tampak santai menanggapi.
"Gue urus Regard. Malam ini lo urus jalang itu. Gue gak mau tau harus selesai. Buat dia menderita."
Si lelaki mengangguk, ia bangkit menarik jaketnya menuju pintu, tapi sebelum itu ia berucap.
"Kalau ini berhasil, gue tagih janji lo, Kaluna..."
Work ini sebentar lagi bakal selesai...
Kira-kira ada yang tau sumber konflik dari cerita ini apa?Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL || JAKE SIM
Acak"Jangan pernah sekali pun lo suka sama kak Adlan, ngedeketin dia atau ngebiarin dia ngedetin lo. Jangan." "Kenapa?" "Kata orang-orang, love language-nya Physical Touch." "Emangnya... Kenapa?" "Ck, lo gak tau?" Gadis itu menggeleng. "Dia itu Scorpio...