TD XXVIII

4K 406 79
                                    

Reena duduk termenung di kamarnya. Padahal semua pertanyaan dalam pikirannya belum terjawab, tapi Regard sudah lebih dulu menyuruhnya untuk pulang.

"Apa gue tanya kak Arsen aja ya..."

Cukup lama ia menimbang hal itu sebelum akhirnya bangkit seraya meraih tasnya.

"Jangan kemana-mana, tunggu gue di sini."

Namun, perkataan Regard setengah jam lalu tiba-tiba saja melintasi pikiran Reena membuat langkahnya terhenti. Tetapi, karena tabiatnya yang memiliki jiwa penasaran dan sedikit badung, maka Reena menepis hal itu dengan berkata,

Kak Regard gak bakal tau. Dalam hati.

Ceklek

"AKH."

Reena sontak berteriak karena begitu membuka pintu ia mendapati seseorang yang berdiri menjulang di hadapanya.

"K-kak Adlan...?"

"Boleh gue masuk?"

Adlan yang ingin menyingkirkan tubuh Reena yang menghalangi pintu lebih dulu ditahan oleh gadis itu.

"M-mau ngapain?" Tanyanya.

Adlan tak bereaksi, tatapannya datar menatap Reena, tangannya terangkat menunjuk wajahnya sendiri.

"Obatin." Katanya sebelum benar-benar masuk melewati Reena yang masih memasang wajah bingung.

.

.

.

"Shh, pelan-pelan Re..."

"Ini udah pelan loh kak."

"Kuku lo nusuk-awss." Adlan kembali meringis membuat Reena menghentikan pergerakan tangannya.

"Tumpul padahal." Cibir Reena berdecih memperhatikan kuku-kuku tangannya.

Adlan memicing. "Tumpul pun kalau panjang? Yang namanya ditusuk tetep sakit lah... Emang lo mau gue gituin?"

"Apa?" Sentak Reena mengetahui kemana arah pembicaraan lelaki Scorpio itu.

"Gak." Jawab Adlan cepat. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur sempit Reena.

Reena yang memang duduk di sebelah lelaki itu melirik sekilas, lalu menghela nafas.

"Lo gak mau cerita kenapa bisa begini?" Tanya Reena. Adlan yang memejamkan matanya menggeleng membuat gadis itu berdecak.

"Yaudah kalau gak mau cerita." Katanya bangkit dari duduknya.

"Gue mau pergi, kalau masih mau di sini terserah." Ucapan Reena membuat Adlan membuka matanya, ia mengubah posisinya menjadi duduk.

"Mau kemana?"

"Nemui kak Arsen."

"Ngapain?"

"Kepo."

"Dih?"

Adlan turun dari kasur Reena, ia ikut berdiri di samping gadis itu.

"Gak usah nemui Arsen, orangnya lagi ngebucin." Ucap Adlan dibalas kerutan dahi oleh Reena.

"Dia lagi sama Kaluna." Lanjutnya.

"Atas dasar apa gue bisa percaya sama lo?"

"Ini." Ditunjuknya wajahnya sendiri. "Lo kira gue babak belur begini karena siapa?" Tanya Adlan.

Reena menatap lelaki itu dengan pandangan penuh arti. Bisakah Adlan dipercaya? Pikirnya.

"Kenapa dia bisa mukul lo?"

THE DEVIL || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang