LDR 2

1.3K 108 8
                                        

Sudah 1 bulan lebih 2 hari Jaemin berada di Jepang, ternyata pekerjaannya tidak semudah yang dibayangkan. Jaemin benar-benar bekerja pagi hingga pagi, makan saja kadang dia lupa sangkin inginnya dia cepat menyelesaikan dan pulang bertemu anak dan suami(?). Tapi, sayangnya kita hanya mahluk Tuhan yang bisanya merencanakan.

Chenle sebagai pasangan selalu menghubungi Jaemin, dan harus dijawab. Setidaknya mereka harus berkomunikasi 1x sehari.

Komunikasi itu sangat penting dalam setiap hubungan, terutama untuk pasangan dalam masa LDR.

"Kemana perginya orang itu?" Tanya Chenle kesal karena sedari tadi tidak ada panggilan masuk dari Jaemin. Jaemin tadi berjanji akan menelpon balik kalau pekerjaannya selesai tapi dari janjinya 5 jam yang lalu Jaemin tidak menelpon.

Sekarang sudah jam 12 malam, Chenle mencoba bertahan dari rasa ngantuknya. Dia yang kesal dan tak sabar lagi akhirnya memutuskan untuk menelpon, terserah kalau dia mengganggu Jaemin bekerja.

Chenle menelpon Jaemin, cukup lama untuk mendapatkan jawaban.

"Hyunggg" Panggil Chenle saat panggilan terhubung.

"Hallo" Jawab dari sebrang, membuat Chenle melihat kembali nomor yang dia telpon.

"Hallo, Jaemin sedang ti--" Sebelum orang di sebrang menyelesaikan kalimatnya, Chenle sudah mematikan sambungan telpon begitu saja. Dia terlalu shock.

"Su-suara perempuan?" Tak sadar mata Chenle sudah berkaca-kaca. Sakit hatinya.

Chenle mencoba berpikiran positif, dia akan bertanya dengan Jaemin besok dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.

Malam ini Chenle memilih tidur bersama anak-anaknya, mencoba melupakan Jaemin yang entah melakukan apa diluaran sana.

.
.
.

Pagi sekali Chenle mencoba menghubungi Jaemin kembali, tapi kali ini tidak ada balasan juga.

Air mata yang dia tahan sedaritadi akhirnya mengalir juga, untung saja si kembar belum bangun.

Berkali-kali mengirim pesan tapi juga tidak dibaca oleh Jaemin, apa Jaemin sudah sangat senang jauh disana?

Chenle merenungkan bagaimana kalau dia dan Jaemin berpisah. Chenle benar-benar putus asa, sedaritadi malam ingin berpikir positif tapi tetap saja tidak bisa. Dia bahkan tidak tidur nyenyak semalam.

Baru saja ingin menelpon kembali, tapi ada panggilan masuk dari Mark.

"Halo, Mark hyung"

"..."

"Apa? Bagaimana bisa?"

"..."

"Ok, nanti aku yang menjemput. Gumawo" Panggilan telpon terputus, beberapa kali Chenle memijat kepalanya setelah mendengar kelakuan Suaminya, benar-benar Jaemin ingin Chenle buang.

Chenle mengecek anaknya dan ternyata si kembar sudah bangun. Bahkan Mirae sudah mencoba melewati pembatas kasur miliknya, jika saja Chenle telat 1 menit saja sudah di pastikan jika Mirae sudah dibawah dengan tangisan yang kencang.

"Yaampun Mirae, Kau dengan daddyMu benar-benar sama. Susah sekali diberitahu, sudah beberapa kali jangan mencoba turun sendiri" Omel Chenle sambil menggendong Mirae, sedangkan yang diomelin hanya tertawa. Mungkin wajah papa-nya lucu bukan menakutkan saat marah.

Berbeda dengan Minjoon yang masih setengah sadar.
Minjoon juga mirip daddynya yang sangat lama untuk bangun tidur.

"Mandi, otte?" Mirae dan Minjoon menggeleng bersamaan.

married-life (JaemLe) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang