Sean mulai menjalankan rencana yang diprakarsai oleh Dae. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengajak kedua orang itu untuk bertemu. Mengkonvrontasi mereka terkait rahasia besar yang mereka miliki.
Maka, Lelaki tampan itu pun menghubungi keduanya secara bersamaan dan sepakat bertemu di sebuah klub ternama tempat mereka biasa nongkrong. Twenty one club.
Tapi Sean tidak menyangka, Sophia Ainsley juga muncul di sana. Meskipun sama sekali tak masalah. Semakin ramai, semakin seru.
Di salah satu ruangan VIP—keempatnya duduk di sofa longue dan mencoba mengintimidasi Sean dengan tatapan mereka.
"Lama tidak bertemu, Sean. Jadi, atas dasar apa kau mengajak kami semua bertemu?" Jihwan menyesap cerutunya. Hoon yang wajahnya masih babak belur dan bengkak di sana sini harus susah payah menahan pedih, tetapi dia rela datang karena penasaran.
"Aku bertanya-tanya sepanjang jalan menuju kemari dan menebak, apakah akan ada kejutan yang amat besar."
"Lama tidak bertemu, Jihwan," Sean tersenyum. Memandang ketiga lainnya. "Kalian juga. Aku sering dengar tentang kalian dari Dae. Aku tentu saja tidak akan mengajak bertemu jika ini bukan hal penting. Aku tidak suka buang-buang waktu dan membuat kalian sia-sia datang kemari."
"Oho," Hoon tertawa sebentar. "Aku tebak. Kau disuruh Dae untuk menyampaikan sesuatu?"
Sean tersenyum miring. "Sudah jelas, bukan? Demi dia, aku harus berusaha keras untuk menyiapkan ini. Dan aku janji ini akan sangat menarik." Sejak tadi, dia selalu membawa-bawa sebuah tas bersamanya. Diraihnya tas tersebut dari sisi sofa di bawahnya, meletakkannya di atas meja. Lalu dia mengeluarkan proyektor mini serta sebuah tablet.
Jihwan, Hoon, serta Sophia saling berpandangan sejenak. Lalu geleng-geleng kepala—sama-sama tidak tahu apa yang tengah terjadi.
"Kau sedang apa, Bung?" Hoon bertanya sambil tertawa. "Mau memaparkan proposal penggalangan dana sumbangan untuk panti asuhanmu?"
Jihwan ikut terkekeh.
Tetapi, Sean acuh saja. Dia sibuk sesaat untuk menyiapkan apa yang telah dia siapkan jauh-jauh hari. Mengarahkan sorot proyektor ke dinding di hadapan mereka. Lampu diredupkan dan Sean kembali berjalan ke tengah-tengah ruangan. Semuanya fokus menatap pantulan cahaya proyektor yang mendominasi. Rasanya seperti Sean memang akan mengadakan presentasi dan sesuatu yang tidak terlalu menyenangkan untuk diketahui.
Ketiganya mulai awas.
Kemudian Sean mulai menekan sesuatu di komputer tablet-nya. Segera setelahnya, layar proyektor tersebut menampilkan beberapa foto-foto yang diblur tetapi mereka tahu bahwa itu adalah sosok Hoon serta Jihwan dan dua orang wanita tanpa busana yang tangannya diikat ke belakang. Mereka dalam posisi berlutut. Mulut dibekap dengan lakban. Sementara Jihwan serta Hoon berada di belakang masing-masing kedua wanita itu—dengan lancang menyentuh area privasi mereka.
Ledakan pertama. Sean tak suka basa-basi. Hoon berdiri diikuti Jihwan.
"Apa yang kau lakukan?" Hoon pertama yang memprotes.
"Dude, santailah. Kembali duduk dan lihat ini sampai selesai." Sean memberikan maddah.
Sialnya, keduanya seakan takut. Lalu menurut. Perlahan mereka duduk kembali.
Kemudian saat Sean menggulir layar melalui remote proyektor-nya terdapat keterangan di bawahnya, tertulis di sana: budak ke sekian kami. Mereka menyenangkan. 4 some yang panas di pinggir seine.
"Ini konyol. Kau mau apa Sean?" protes Jihwan lebih dulu. Semakin panik.
"Apa maumu?!" Hoon bahkan hampir tersedak ludah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate To Love You [Tamat]
FanfictionLantas akhirnya Juni tahu bahwa laki-laki yang bersamanya malam itu adalah Dae, pria yang membully-nya saat sekolah dulu yang dibencinya selama ini. 🌻Beberapa kali Highest Rank: #1 in Fanfiction Start: 1 April 2022 Finish: - 20 Agustus 2022