27 : Dramaturgi

654 167 192
                                    

"Kau tidak apa-apa?" tanya seseorang dalam bahasa inggris beraksen Prancis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak apa-apa?" tanya seseorang dalam bahasa inggris beraksen Prancis. Suaranya sangat halus dan serak. Juni menoleh dengan bola mata yang membesar dan menggigit bibir manakala air matanya sudah akan tumpah mendapati wanita yang rambutnya telah memutih namun tampilannya sangat modis di hadapannya. Memandangnya dengan tatapan aneh.

"M-madam Ant..."

"Hey, aku tahu siapa kau?" tanya Madam Antony dengan tatapan menebak-nebak. Lalu mata menyipitnya membola. "Ow, kau yang datang hari ini bersama Dae Kim? Benar. Kan? Kau istrinya?"

Juni juga ingin muntah sebab semuanya terjadi di waktu yang bersamaan. Dia gugup dan tak punya persiapan menghadapi Madam Antony, dia pun berkata dengan suaranya yang gemetaran, "Maafkan saya. Saya pengagum berat Anda. Bolehkah saya menghubungi Anda nanti? Saya harus pergi," Juni melihat ke ruangan itu. Dan berkata lagi pada Madam Antony, "Dan jangan katakan apapun. Please?" Juni akhirnya menangis saat mengucapkan kata terakhir. Dia sungguh tidak tahan. Madam Antony menatapnya dengan raut khawatir.

Tetapi, saat wanita itu lihat pintu dan tahu betul siapa yang ada di dalam sana, dia seolah berusaha paham dan mulai mengerti. Jadi, dia tersenyum. "Baiklah. Aku akan menunggu. Dae sudah menceritakan tentangmu dan kemampuanmu padaku. Aku ingin melihat seberapa hebatnya kau." Lalu diakhiri dengan senyum.

Juni tidak tahan mendengar nama itu. "Baik. Terima kasih. Saya pamit. Maafkan saya."

"Kemana kau akan pergi?" tanya wanita itu lagi.

Dan jawaban atas pertanyaan itu adalah, Juni tidak tahu. Dia diam saja.

"Kau ada tujuan?"

"Ya. Saya hanya ingin pulang sekarang. Terima kasih. Senang bertemu Anda di sini." Kemudian Juni menunduk dan meninggalkan Madam Antony.

Juni pergi mencari toilet. Setelah bertanya-tanya pada orang yang dilaluinya, akhirnya dia tiba di toilet wanita, masuk ke biliknya dan duduk di atas closet. Menarik napas. Dia butuh ruang untuk menangis dan juga berpikir. Pada akhirnya dia menumpahkan tangisannya di sana. Menutup mulut sambil menahan isakan. Pikirannya kacau balau. Akal sehatnya berusaha memberitahu bahwa mungkin saja ini salah paham. Dae mengatakan hal itu untuk membungkam Sophia. Namun, sisi yang lain dari dirinya berkata bahwa Dae sungguh-sungguh dengan perkataannya pada Sophia karena seluruhnya menjadi masuk di akal.

Dae sangat membela Sophia selama ini. Kedok, "Kami cuma teman" dianggap untuk melindungi wanita itu. Dae selalu membolehkan Sophia berada di sekitarnya. Menatapnya dengan perasaan, mengganggapnya lebih.

Tidakkah Dae tahu bahwa pentingnya bagi Juni menjadi prioritas jika dia sudah berada dalam suatu hubungan sakral bernama pernikahan? Kalaupun memang dia tidak bisa menjauh dari Sophia, setidaknya, kenapa Dae membiarkannya terus berada di dekatnya?

Oh, ya, Juni tahu, Dae tidak pernah menghargainya karena cinta untuk Juni tidak pernah ada di dalam diri laki-laki itu. Semuanya hanya omong kosong.

Juni menangis. rasanya dia kembali lagi seperti Juni yang dulu, saat pertama kali dia menguping Dae dan teman-temannya mengatakan hal buruk di dalam kelas saat SMA.

 I Hate To Love You [Tamat] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang