CHAPTER 26

19.4K 2.2K 104
                                    

"Ella!"

"Ella berhenti!"

"Ella!"

Wanita yang sejak tadi dipanggil akhirnya menghentikan langkahnya. Dengan cepat Xaquille berdiri tepat di depannya.

"Aku tidak suka penolakan."

Fredella mengangkat wajahnya dengan tatapan memicing.

"Anda sehat yang mulia? Saya rasa otak anda harus diperiksa tabib."

Xaquille tidak bisa menahan senyumnya. "Apa kamu tahu hukuman yang akan didapat karena berani berkata seperti itu pada kaisar?"

Fredella memutar matanya malas. "Saya tidak terlalu perduli dengan hukumannya."

"Tapi karena itu kamu, aku maafkan."

"Silahkan katakan apa yang ingin anda katakan, saya tidak memiliki banyak waktu."

Fredella menatap Xaquille yang tidak kunjung berbicara. Pria itu sibuk menatapnya dengan tatapan yang paling Fredella tidak suka. Kerinduan. Mata itu menunjukkan kerinduan yang mendalam hingga rasanya ia akan tenggelam di dalam iris gelap sang tiran.

Bohong jika ia tidak merindukan pria itu, tapi saat ini semuanya terasa salah. Semua rasa sakit, rindu, kehilangan, semuanya seperti salah karena Fredella tahu Xaquille bukan lagi miliknya. Lebih tepatnya memang sejak awal pria itu tidak pernah menjadi miliknya. Baginya salah memiliki perasaan serumit itu untuk seorang pria yang telah beristri.

"Bagaimana kabarmu? Yang aku lihat waktu itu anak kitakan? Meski masih bayi ia sangat pintar, mananya sangat kuat ."

Fredella menatap ke arah jalan yang masih padat dilalui oleh kereta kuda. Meski matahari mulai tenggelam tapi aktivitas penduduk masih terus berjalan.

"Ada yang harus ku jelaskan mengenai kejadian beberapa tahun lalu. Aku yakin kamu salah paham, tolong beri aku kesempatan."

Fredella memijat pelipisnya. Sebenarnya ia sudah menahan rasa pusing dan sakit yang mendera seluruh badannya sejak tadi. Bukannya membaik, Fredella malah semakin pusing setelah mendengar ucapan Xaquille.

"Tidak sekarang."

"Beri tahu kapan tepatnya."

Pandangan Fredella tiba-tiba mengabur.

Mengapa harus sekarang, batinnya.

"Nanti ku pikirkan."

Wanita itu berniat mendorong tubuh Xaquille agar menyingkir dari hadapannya, tapi malah dirinya yang tersungkur menabrak dada bidang pria itu.

Xaquille terkejut melihat tubuh wanitanya jatuh menabrak dirinya. Wajah Fredella terlihat memucat.

"Ayo kita ke tabib."

Fredella menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak, terima kasih."

"Jangan menolak."

"Saya tidak mau, jangan memaksa."

Xaquille meraup wajahnya kasar. Wanitanya semakin sering membantah.

Setelah pandangannya membaik Fredella kembali berdiri.

"Saya harus segera pulang."

Fredella berjalan melewati Xaquille. Kecepatan berjalannya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Pria itu tidak boleh mengetahui apapun mengenai kondisinya dan anaknya. Katakanlah dirinya egois, tapi memang lebih baik seperti ini.

Mari jalani hidup masing-masing.

Setelah sampai di depan rumah Fredella segera membuka kunci pagar dan masuk ke dalam.

My Cherish EmperorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang