RASA YANG TIDAK NYATA.

6 6 5
                                    

9. Rasa yang tidak nyata
____________________________

Kalo aku perhatikan kembali, gejolak di hati aku kenapa semakin menjadi kalo sama kamu.

Adara Cassandra diratama.

Malam ini sedikit lebih dingin dari pada malam kemarin, minum teh hangat memang pas buat dingin begini. Tapi sayangnya di tempat cowok ini berada tidak ada teh.

Ikfan, cowok itu kini duduk di kursi balkon kamarnya, matanya tidak henti-henti memperhatikan ponselnya, bahkan ikfan mengumpat beberapa kali, dikala permainan yang ia mainkan di ponselnya kalah.

"Shit!" umpat ikfan entah yang keberapa kalinya, kali ini dia bukan cuma mengumpat tapi juga membanting benda pipi itu ke lantai.

"Sial! Ck, arrrggghhh!" ikfan mengacak rambutnya, lalu mengambil kembali ponselnya yang tadi, untung benda pipi itu masih aman tidak lecet sedikitpun.

"Yaudah lah, kayak orang gila aja gw." ucap ikfan lalu menaruhnya ke dalam saku hoodie nya.

Ikfan berdiri lalu berjalan menuruni tangga, alisnya berkerut dikala tidak mendapati siapapun disana, ia melihat ke pergelangan tangannya tepatnya pada arloji yang melingkar di sana.

"Baru jam sembilan, ini penghuni rumah kemana dah?" heran ikfan sambil celingak-celinguk. Aneh, biasanya juga di jam segini masih pada ngumpul sambil nonton televisi, tapi sekarang malah ngilang semua. Ikfan mengambil kembali ponselnya lalu mencari nomer mamanya setelah ia dapat dengan cepat ikfan menghubungi nomer mamanya.

"Halo ma" ucap ikfan saat panggilan tersambung. Kini cowok itu duduk di salah satu sofa yang ada dibuang tamunya.

"Iya Halo, kenapa sayang? Bunda lagi di luar temenin papa kamu sama leo beli baju."

Mendengar jawaban dari Raisa, ikfan sedikit kesal, tapi ia juga sangat senang dengan begitu ia bisa bebas untuk sementara waktu.

"Ooh yaudah, Hati-hati mama cantik babay" ucap ikfan sebelum mamanya menjawab ia lebih dahulu memutuskan sambungan.

"YES!" teriak ikfan sambil berdiri, tanpa menunggu lama ikfan berlari menuju kamar nya, dalam hitungan detik berikutnya ia keluar kembali menuju garasi motor nya.

Sebelum pergi ia lebih dahulu mengirimi pesan sama teman-teman nya, lalu bergegas pergi.

Ditempat lain

Di tengah keramaian ini Dara dan Ara duduk di kursi yang ada di tempat ini, alias tempat dimana dimana para anak muda yang tak lain adalah taman. Dimalam hari begini tempat ini memang sangat indah. Di tambah lagi lampu lampu yang melingkari pohon disini menambahkan kesan, tidak jauh dari tempat Dara berada terdapat penjual aksesoris, Ara yang ternyata dari tadi memperhatikan penjual itu membuat tertarik untuk membelinya.

"Ra, sini deh." ucap Ara yang kini berdiri lalu berjalan menuju penjual aksesoris, sebenarnya bukan cuma aksesoris tapi banyak lagi yang dijual.

Dara hanya mengikuti langkah demi langkah sahabatnya itu, karena ia sendiri juga bingung mau ngapain. Kalo bukan Ara yang ngajak dirinya buat keluar mungkin sekarang ia bakal bermalas-malasan di kamarnya.

"Ra bagus gak?" ucap Ara sambil memperlihatkan gelang hitam yang kini tengah ia coba.

"Bagus sih, tapi masih kurang." ujar Dara, lalu ia mengambil gelang yang dengan Ara, dan dibawanya ke si mas penjual.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang