𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆

161 11 6
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

🌙🌙🌙

Aku melangkahkan kakiku memasuki sebuah kafe di salah satu pusat kota. Sejak dulu hingga sekarang, kafe ini masih menjadi kafe favoritku. Sebenarnya kafe lain juga tak kalah enak, namun entah mengapa seleraku cocok di kafe ini. Mungkin karena kenangan di masa lalu?

"Masih sama," gumamku seraya melihat interior kafe. Mungkin hanya beberapa peralatan saja yang berubah, selebihnya tetap sama seperti pertama kali aku ke sini.

"Silahkan," ucap pegawai yang ada di depanku.

Aku tersenyum tipis sambil melihat menu yang tergantung di dinding. "Dua retro coffee sama satu tiramisu cake," ucapku.

"Ukurannya, Kak?"

"Large," jawabku sambil mengeluarkan dompet dari dalam tas selempang. Aku menyerahkan kartu debit kepada pegawai tersebut untuk melakukan pembayaran.

"Terima kasih. Silahkan ditunggu, ya, Kak."

"Iya."

Aku menerima kartuku kembali kemudian menyingkir dari barisan antrian menuju meja yang ada di dekat jendela kaca. Dari sini aku bisa melihat jalanan yang padat akan kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Aku mengetukkan jari telunjukku untuk mengusir kebosanan.

TING

Seketika tanganku merogoh tas karena bunyi dari ponselku. Dengan segera aku menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. "Halo," sapaku.

"Iya, halo. Sayang ... "

Mendengar nadanya yang manja membuat aku peka. "Ada masalah apa?" tanyaku.

"Hm, kalo aku datengnya agak telat gak papa? Kerjaanku numpuk banget."

Sepertinya dia sangat frustasi. Aku mengulas senyum simpul, "Gak papa. Kamu lanjut aja kerjanya."

"Maaf. Kalo semisal aku kelamaan, kamu langsung ke butik dulu aja, ya. Nanti aku nyusul ke sana, gimana?"

"Boleh-boleh aja, sih. Pokoknya kamu harus ikut fitting baju, awas kalo enggak," ancamku.

"Kamu gak perlu khawatirin hal yang pasti gitu, dong. Yang nikah kan aku sama kamu, masa yang fitting baju cuman kamu aja?"

Aku mencebik, "Ya, siapa tau, kan?"

"Nggak, percaya sama aku."

"Dosa kalo percaya sama kamu," cibirku.

"Hahaha. Iya, lebih baik jangan percaya sama aku. Aku boleh tutup telfonnya?"

"Hm."

"Nanti aku kabarin lagi. Aku sayang kamu."

TUT

"Aku juga sayang sama kamu," balasku sambil terkekeh.

"Kak Airla," seru pegawai menyebut namaku.

Aku berdiri untuk mengambil pesanan. Aku membawa nampan hitam tersebut dengan hati-hati karena takut tumpah. Sesampainya di meja, aku langsung menyedot minumanku dengan nikmat.

"Hm," gumamku seraya mengangguk-anggukkan kepala.

Aku mempunyai kebiasaan menganggukkan kepala saat mencicipi makanan atau minuman yang enak. Adakah dari kalian yang sama sepertiku?

TIK TIK TIK

Kepalaku menoleh ke samping setelah mendengar rintikan air hujan yang mengenai kaca. Tiap kali turun hujan, perasaanku menjadi tidak karuan. Hujan selalu mendatangkan kenangan pahit yang terjadi antara aku dengan dia di masa lalu.

Rasa sakit dan ketakutan di masa itu masih membayangiku dengan jelas hingga saat ini. Sebisa mungkin aku mencoba untuk melupakan kenangan itu, namun tetap saja tidak bisa. Seolah-olah takdir menginginkanku agar terus mengingat kejadian itu. Kejadian di mana Tuhan mengambil sosok laki-laki yang aku cintai.

"Al," lirihku.

Merasakan air mataku turun, aku lantas mengusap pipiku untuk menghilangkan cairan bening itu. Aku merogoh kembali tasku dan mengambil sketchbook dari sana.

Awal pertemuanku dengannya di mulai dari buku ini. Buku dengan sampul bulan sabit dan tertera nama lengkapku di sana. Selene Airla Luna.

🌙🌙🌙

HALO GUYS!!!
PADA KANGEN AKU GAK, NIH?! HEHE

KALI INI PARTNYA SEGINI AJA, YA. TAPI TENANG AJA, CERITA INI BAKALAN AKU UPDATE SETIAP HARI!

SENENG, GAK? SENENG, GAK?
TAPI KALO AKU LUPA UPDATE, INGETIN YA GUYS 😉

FUNFACT : SEBENERNYA CERITA INI UDAH ADA SEJAK AGUSTUS 2022 DAN BARU KELAKSANANYA SEKARANG. KARENA APA? IYA, BETUL. SIBUK SAMA REAL LIFE HIKS

SEE YOU BESOK, YA! BYE-BYE!

ㅡ SKY

𝐋𝐔𝐍𝐀 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang