𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟒

45 5 1
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

🌙🌙🌙

Sore ini hujan kembali mengguyur kota dengan begitu derasnya. Di sinilah aku, duduk di bangku halte sendirian. Aku memang selalu pulang paling akhir. Jika saja aku pulang sedikit lebih awal, mungkin aku tidak akan terjebak hujan seperti saat ini.

"Huh," desahku seraya menghentikan kegiatan menggambar.

Aku menyandarkan kepala dan melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Bagaimana tidak, hujan deras ditambah angin kencang yang mampu membuat pohon dan tiang-tiang bergoyang. Belum lagi kilatan petir yang terus bersahut-sahutan dengan kerasnya.

Sepertinya aku akan sampai di apartment saat malam hari. Payung? Sayangnya, aku tidak membawanya. Tak apalah menunggu sampai malam, daripada aku kehujanan lalu besoknya sakit. Aku tidak mau itu terjadi.

Aku menegakkan tubuhku dan kembali berkutat dengan sketchbook. Bulan sabit besar dengan beberapa bintang di sekitarnya sebagai pelengkap. Itulah yang saat ini aku gambar.

WUSH

Aku meringis pelan saat rambutku menerpa wajahku dengan cepat dan keras. Mataku sampai menjadi korban akibat kejadian barusan.

"Ah," rintihku seraya mengucek mata kananku. "Anginnya jahat banget."

BRUM BRUM BRUM

Sontak kepalaku memutar saat mendengar deru motor mendekat. Setelahnya aku tidak peduli lagi. Aku sibuk mengucek mataku dan menepuk-nepuknya pelan.

Terlalu asik dengan kegiatanku, aku sampai tidak sadar bahwa ada sepasang kaki berdiri di depanku. Perlahan aku menyingkirkan tanganku lalu mendongak.

Sebelah alisku terangkat ketika melihat seseorang dengan helm yang masih terpasang di kepalanya. Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku tau jika dia adalah laki-laki karena postur tubuhnya yang tinggi.

"Jangan dikucek," ujarnya.

Hanya itu? Astaga, aku mengira bahwa dia akan berbicara penting denganku. Ternyata hanya sekedar basa-basi. Aku tidak menjawab pernyataannya, bahkan mengangguk saja tidak aku lakukan. Sketchbook lebih menarik perhatianku daripada orang asing itu.

"Luna," panggilnya. Tanganku langsung berhenti mencoret kertas. Kenapa orang di depanku tau nama belakangku?

Aku mengangkat kepalaku, "Siapa?"

"Kamu lupa sama aku?"

Aku menggeleng dan menunjuk helm di kepalanya dengan pensil. Dia lantas meraba kepalanya lalu tertawa renyah. "Lupa lepas helm. Pantes aja kamu gak tau," jawabnya.

Aku diam menantinya membuka helm. Saat helm itu terlepas dari kepalanya, aku mengernyit kaget.

"Kamu?"

"Iya, aku. Sekarang inget?" tanyanya dan aku balas dengan anggukkan.

"Kalo namaku masih inget?"

"Alfa?" jawabku ragu-ragu.

Dia mengangguk seraya tersenyum lebar. Aku jadi heran sendiri kenapa dia bisa sesenang itu saat aku mengingat namanya. Bahkan aku saja tidak yakin jika itu adalah namanya.

"Payungnya? Gak dibawa?"

"Gak," balasku. Aku mengalihkan pandangan ke arah sketchbook lagi untuk menyelesaikan gambaranku yang tertunda. Bangku di sebelahku bergerak karena ditempati olehnya.

𝐋𝐔𝐍𝐀 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang