𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏𝟕

19 4 0
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

🌙🌙🌙

GLEK

"Ha ... bis?" beoku.

Habis yang dimaksud olehnya apakah merujuk pada kata kalah atau nyawa mereka yang ... melayang? Sungguh aku tidak tau apa maksudnya, namun tiba-tiba saja aku merasa ngeri mendengarnya. Apalagi raut wajah Dean yang serius berkali-kali lipat saat mengatakannya.

"Iya, habis," ujarnya. "Tapi tenang, sampe sejauh ini gak ada geng motor yang cari masalah sama Rancapati."

Aku menghela nafas lega mendengarnya.

"Kecuali Bimasena. Geng motor itu agaknya mau main-main sama Rancapati," sambung Dean dengan tatapan lurus ke depan.

Baru saja aku bernafas lega, kini tenggorokanku kembali tercekat. Apa itu ada hubungannya dengan luka yang didapatkan Alfa kemarin? Haruskah aku bertanya kepada Dean soal itu? Iya, lebih baik aku bertanya saja.

"Itu ... ada hubungannya sama luka Alfa?" tanyaku hati-hati.

Dean menoleh, "Kai belum cerita sama lo?" Aku menggeleng tanda tidak. "Kata Alfa, aku bakal dapet semua penjelasan di sini."

"Iya, itu ulah Bimasena."

"Tapi kenapa cuma Alfa yang babak belur? Kalian semua enggak."

Saat pertama kali aku masuk ke sini, semua wajah mereka baik-baik saja. Tidak ada yang lecet ataupun lebam seperti wajah Alfa.

"Karena Kai diserang pas pulang sekolah. Gak ada anggota Rancapati yang sama Kai waktu itu, makanya Bimasena berani nyerang Kai karena dia sendirian," jelas Dean.

"Rame-rame?"

Dean menggeleng, "Katanya ada tiga orang yang nyerang dia."

Bukankah tiga orang itu termasuk banyak? Aku tidak bisa membayangkan perkelahian antara satu orang melawan tiga orang. Satu lawan satu saja aku sudah membuatku takut, apalagi satu lawan tiga.

"Kalian, maksudnya Rancapati, bakal diem aja?" tanyaku penasaran.

"Nggak, sama seperti yang gue udah bilang. Pertama, gue bakal maju ke Bimasena dan nanyain langsung sama ketuanya, kenapa ada anggota mereka yang nyerang anak Rancapati."

"Kalo perbuatan mereka gak didukung alasan yang logis dan jelas, gak ada kata damai buat mereka. Kayak yang gue bilang tadi juga, Bimasena harus siap-siap karena mereka gak bakal bisa lolos gitu aja dari Rancapati. Gue pastiin mereka bakalan habis sama kita," sambungnya dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Tawuran?" tebakku.

"Hm. Kai juga udah mikir strategi buat nyerang mereka."

Mulutku menganga mendengarnya. Alfa? Memikirkan strategi untuk menyerang? Apakah dia Alfa yang sama dengan yang suka menjahiliku? Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?

"Kelihatan dari wajah lo, kayaknya lo bingung. Bener?"

Sontak aku mengangguk pelan. Bagaimana tidak bingung, aku seperti mengenal dua orang Alfa karena dia memiliki dua sisi dan sifat yang berbeda.

"Tiap strategi itu dibuat sama Kai, karena dia otaknya Rancapati. Jangan heran kalo gue sama Kai sering bareng. Ya, buat bahas kayak ginian. Kalo udah fix, kita bakal ngusulin ke anak-anak lain buat minta pendapat," tuturnya panjang lebar.

𝐋𝐔𝐍𝐀 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang