𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏𝟗

19 4 0
                                    

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

🌙🌙🌙

"Masuk, gih," titah Alfa padaku.

Aku tersenyum simpul, "Iya."

"Makasih, ya, Al."

"Buat apa?"

Aku lantas menunjukkan lima jari kepadanya untuk menghitung banyaknya jasa Alfa. "Udah ngajak aku ke restoran, beliin sarapan, ngajarin masak, jalan-jalan, sama beliin ini. Kopi," sahutku sambil mengangkat segelas retro coffee di tanganku.

"Bukan apa-apa itu, Lun," timpalnya. "Tapi inget, ya. Jangan minum kopi kebanyakan, gak baik. Sama soda juga."

"Iya, gimana bisa minum coba? Diawasin terus sama kamu. Isi kulkasku aja kamu udah tau," balasku dengan sedikit sindirian.

Alfa tertawa, "Demi kebaikan kamu juga, kan?"

"Iya. Aku masuk dulu," pamitku.

"Iya."

Aku membalikkan badan lalu memasukkan password. Begitu pintu berbunyi, aku lantas membuka kenop pintu.

"Luna."

Aku menoleh dengan sebelah alis terangkat.

"Jangan kangen."

Tawaku sontak keluar begitu saja. "Ngomong apa, sih? Gak bakal kangen juga," balasku setengah tertawa.

"Cuman ngingetin kamu aja. Siapa tau kangen beneran."

"Enggak. Udah, kamu masuk sana," usirku.

"Bye, Lun."

"Hm."

KLIK

Aku menggelengkan kepalaku berkali-kali. "Ada-ada aja," gumamku.

Seusai melepas sepatu, aku menuju ruang keluarga dan menghempaskan tubuhku di sofa. Kedua mataku melihat langit-langit ruangan dengan hembusan nafas teratur. Aku memejamkan mataku sejenak. Hari ini cukup melelahkan, tapi aku senang berkat Alfa.

Senyumku terukir ketika teringat hal apa saja yang telah aku lakukan bersamanya tadi. Mataku terbuka dan objek yang pertama kali aku lihat adalah segelas kopi yang dibelikan olehnya. Tanganku langsung meraih kopi tersebut dan menyicipnya.

"Hm."

Aku mengangguk-anggukkan kepala karena rasa dari kopi itu. Enak sekali. Tapi sayang, aku tidak bisa terus meminumnya karena dilarang oleh Alfa. Bahkan saat aku ingin memesan kopi tadi, Alfa sempat menolak. Namun pada akhirnya dia mengiyakan permintaanku.

Kepalaku menengok ke arah dapur. Aku menggigiti bibir bawahku sambil berpikir. Entah kenapa aku ingin mempraktekkan resep yang telah diajarkan oleh Alfa tadi. Sekalian aku akan memberikan hasil masakan nanti kepada Alfa untuk meminta penilaian darinya.

"Oke," putusku.

Aku beranjak menuju dapur dengan membawa segelas kopi tadi untuk dimasukkan ke dalam kulkas. Mataku meneliti bahan-bahan yang akan diperlukan ketika memasak nanti.

"Lengkap. Ada semua," ucapku manggut-manggut paham. "Eh, italian herbs-nya."

Aku buru-buru berpindah posisi di sebelah kitchen sink. Tanganku bergerak lincah di jajaran rak bumbu. Nafasku berhembus lega karena bahan yang aku cari ternyata masih ada.

𝐋𝐔𝐍𝐀 ( 𝐄𝐍𝐃 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang