((3. b))

2.3K 407 118
                                    

Paginya, Dayu bangun jam 5. Padah biasanya dia bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan segala sesuatunya di rumah, mulai membersihkan rumah, mencuci, menyiapkan sarapan, memasak makanan untuk makan siang, setelah menyiapkan semua kebutuhan untuk Alvin.

Berbeda pada pagi hari ini, wanita itu terbangun jam lima hanya untuk salat, kemudian dia tidur kembali tanpa membangunkan Alvin.

Bukankah ini diinginkan oleh Alvin? mereka hidup secara terpisah, walaupun dalam satu atap tapi tak saling mencampuri. Dayu tidak berniat membangunkan Alvin yang tidurnya begitu lelap, Alvin pasti melewatkan salat subuhnya padahal biasanya Dayu lah yang membangunkannya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim itu.

Dayu memejamkan matanya, dan terlelap cukup lama.

"Sialan, aku terlambat ke kantor." Tiba-tiba saja Alvin meloncat dari tempat tidur setelah melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Dayu membuka mata. Dayu hanya diam saja. Bukankah ini kesepakatan mereka, tidak saling mencampuri mulai hari ini.

Pria itu mengabaikan kehadiran Dayu yang sudah membuka mata,tapi masih tetap membaringkan tubuhnya di atas ranjang tanpa berniat untuk bangkit. Kemudian Alvin pergi menuju kamar mandi, tergesa-gesa. Dia mendapati air yang masih dalam keadaan dingin, tak ada air panas seperti biasanya.

Dayu diam saja, membiarkan pria itu seperti apa yang dia mau, bahkan setelah keluar dari kamar mandi, dia tergesa-gesa mencari bajunya dan kebingungan memadupadankan warna apa yang cocok antara kemeja, celana, jas serta dasinya

"Di mana kau taruh jam tanganku, Dayu?" katanya pada Dayu jengkel.

"Aku tidak membereskan barang-barangmu, tadi malam seperti yang kamu bilang, bahwa kita akan mengurus diri kita sendiri. Coba kau ingat, di mana kau meletakkan jam tanganmu, Mas!"

Alvin mendengkus yang menandakan bahwa dia sangat kesal pagi ini, karena terlambat pada pagi ini padahal ada rapat.

Tak membuang waktu, Alvin mengambil baju secara sembarangan, mengambil dasi sesuka hatinya, mengambil warna yang tidak cocok dengan kemeja. Mulut Dayu gatal ingin protes karena penampilan berantakan Alvin, tapi dia menahan diri.

Alvin menyambar tasnya lalu pergi, bahkan tak sempat menyisir rambut, ia mengambil sepatu secara acak dan pergi begitu saja, tentu saja dengan perut yang kosong.

Beribu kali sial, ternyata Alvin terjebak macet di jalan. Bayangan tatapan tajam begitu mengerikan jika dia terlambat datang padahal dia akan melakukan presentasi.

Hari ini, dia harus hadir jam 08.00, Sementara kondisi jalan yang padat akan lalu lintas, membuat dia makin jengkel. Dia benci situasi ini. Dan jengkel dengan Dayu, entah untuk alasan apa. Yang jelas, seharusnya wanita itu membangunkannya, bukan membiarkan dia kesiangan.

10 menit kemudian akhirnya Alvin sampai di kantor, bahkan pria itu tidak sempat untuk membereskan dasinya yang tidak terpasang secara sempurna. Dia berlari-lari menuju lantai dua, sehingga bajunya sudah dibasahi oleh keringat.

Orang yang berpapasan dengan Alvin merasa tercengang dengan pria itu. Pagi ini, dia terlihat sangat aneh, dengan rambutnya yang berantakan, bajunya yang berwarna merah marun dipadukan dengan jasnya yang berwarna coklat tua, serta serta celana berwarna hitam, dengan dasi berwarna toska. Pagi ini dia lebih mirip seperti ondel-ondel.

Setelah fingerprint yang dipastikan sudah terlambat itu, Alvin akhirnya sampai ke ruangannya dan mendapati Rebecca yang tengah membawa kopinya. Alvin berhenti sejenak sambil menata nafasnya yang sesak.

Rebecca yang terbiasa melihat penampilan Alvin yang super sempurna dan Rapi, merasa aneh pada pagi ini melihat pria itu terlihat seperti pelangi, dengan banyak warna di tubuhnya.

"Apakah kopi ini untukku?" kata Alvin pada Rebecca. Bahkan dia belum sempat menata nafas yang sesak, tenggorokannya terasa kering, karena dia belum menyantap apa-apa saja tadi malam.

Rebecca yang awalnya terlihat ragu, akhirnya menyodorkan kopi satu-satunya yang ada di tangannya, diambil oleh Alvin tanpa menoleh kepada Rebecca. Pria itu kehausan.

"Kita ada rapat. Apakah semua bahan yang sudah kamu persiapkan?" tanya Alvin sambil menyalakan komputernya, buru-buru rebecca mengangguk.

Alvin masih bungkam dan masih mengatupkan mulutnya. Rebecca tak kuasa menahan senyum geli melihat bosnya itu. Alvin sangat kacau dan lucu.

"Semua orang sudah berkumpul dalam ruangan, Pak. Hanya menunggu Bapak dan Pak Munir saja," kata Rebecca kepada.

"Ayo kita ke sana!"

"Tapi, maaf sebelumnya, Pak, sebaiknya Bapak merapikan rambut Bapak dulu," kata Rebecca. "Saya akan saya ambilkan sisir," kata Rebecca berjalan agak cepat.

Dia kemudian menyodorkan sisir itu kepada Alvin dan pria itu menyisir rambutnya asal.

Akhirnya dengan pasrah dan tak berdaya, Alvin masuk ke dalam ruangan rapat, presentasinya berjalan dengan aman lancar, hanya saja dalam presentasi itu para karyawan lebih fokus memperhatikan penampilannya yang aneh daripada mendengarkan apa yang dikatakan oleh pria itu.

"Apa?" bisik seseorang pada temannya.

"Apa Bos pada pagi hari ini juga belum mandi?" Mereka kemudian tertawa terkikik tertahan.

"Diam kau! nanti nyawamu habis," balasnya geli.

Rapat berlangsung selama 30 menit, kemudian Alvin buru-buru masuk ke ruangannya. Dia merasakan perutnya sangat tidak enak, sepertinya minum kopi dalam keadaan perut masih kosong sangat menyakiti lambungnya. Alvin menderita asam lambung dan dia selama ini dilarang oleh Dayu meminum kopi tanpa memakan makanan padat terlebih dulu.

Lama kelamaan, Alvin merasa kepalanya sakit, ulu hatinya nyeri disertai dengan perasaan ingin muntah.

***
Jika kalian yang jadi Dayu, memiliki suami seperti Alvin, apa yang akan kalian lakukan? Komen ya, Sayang.

Jangan lupa vote

Merengkuh Peluh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang