((8.b))

3.5K 559 117
                                    

Vote dulu baru baca

Di karya karsa sudah tamat

***

"Apa yang terjadi pada Arseno?" tanya Alvin ketika baru saja sampai di ruangan perawatan. Dayu yang merasa hatinya sudah hancur berkeping-keping, diam tanpa menjawab sama sekali. Rasanya ingin memaki-maki Alvin atas segala sesuatu yang telah menimpa dirinya, tapi dia berusaha untuk pertahankan dirinya agar berdiri tegak. Dayu menaikkan dagunya agar terlihat baik-baik saja, padahal dia mengepalkan tangannya sehingga buku-buku jarinya memutih. Dia berusaha menahan diri, untuk tidak bertanya, kenapa wajah Alvin babak belur.

Alvin menatap Dayu yang setia mengatupkan mulutnya, setelah itu Alvin yang merasa diabaikan, berjalan ke ranjang rumah sakit dan mendapati Arseno yang sedang tertidur lelap.

"Bukankah aku sudah melarangmu bekerja? Karena keras kepalamu itu, kau lihat, kan? apa yang terjadi saat ini? anakmu demam dan sampai dirawat di rumah sakit." Alvin menoleh menatap Dayu dengan tatapan dingin.

"Jadi ini salahku," tanya Dayu tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Ya, ini adalah akibat kau mengabaikan anakmu demi pekerjaan."

"Jadi semua ini adalah salahku? kau pergi ... mengatakan tidak lagi mencintaiku, dan itu adalah salahku. Kau berselingkuh, itu adalah salahku. Sekarang anakku sakit, dan itu adalah salahku juga?" tanya Dayu menahan rasa sesak di dalam dadanya.

"Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa kau harusnya di rumah saja dan tidak perlu bekerja!"

"Setelah kita bercerai, aku jadi gila karena bingung harus mencari nafkah untuk menghidupi diriku dan Arseno. Apakah benar seperti itu yang kau inginkan?" tanya Dayu.

"Aku tidak pernah mengatakan itu, ketika kita bercerai, tentu aku akan menafkahi Arseno ...."

Dayu berusaha menahan diri, setelah semua hantaman badai kehidupan itu melanda dirinya, semuanya disebabkan oleh pria di depannya. Sekarang semua masalah itu malah ditimpakan kepadanya. Sungguh jahat pria yang pernah dia cintai itu.

"Terserah padamu, kau menyalahkanku atas semua yang terjadi. Terserah! Jika Itu memang membuatmu puas. Tapi aku sedang tidak ingin bertengkar saat ini, karena aku lelah, aku ingin fokus merawat Arseno sampai juga sembuh."

Dayu membalikkan badannya, tidak mau melihat wajah Alvin, seketika dia berbayang kembali foto yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat membuat hatinya terluka.

"Aku hanya ingin berpesan kepadamu, jika kamu mau tidur dengan seorang perempuan yang belum sah menjadi istrimu, sebaiknya engkau bermain lebih cantik lagi. Jangan mengirimkan foto itu hanya untuk menyakiti diriku, hentikanlah! karena semua perbuatanmu sudah cukup membuatku ingin mati ...."

"Aku tidak pernah melakukannya."

Sepanjang jalan menuju ke rumah sakit dia berpikir, dia merasa tidak pernah mengambil foto itu, apalagi mengirimkannya kepada Dayu. Sayangnya dia belum bisa menanyakan kepada Rebecca. Apa maksud dari gadis itu mengirim foto memalukan itu kepada istrinya sendiri.

"Lalu siapa yang mengirimkannya kalau bukan dirimu? Apa perempuan itu?"

"Aku tidak tahu," sahut Alvin sambil mengusap pipi anak yang sedang tertidur. Ada perasaan malu, saat Dayu susah melihat foto itu. "Aku harap, ketika kamu bertengkar denganku, kau tidak perlu mengadu kepada Bastian."

"Aku tidak mengadu kepadanya."

"Lalu, kenapa dia sampai tahu?"

"Aku tidak tahu," sahut Dayu, pria itu selalu membalikkan kesalahan kepadanya.

"Selalu menjawab tidak tahu, padahal semuanya adalah salahmu, kau pasti mengadu kepadanya, dengan niat mendapatkan pembelaan darinya, sehingga dia menghajarku seperti ini. Apa yang kau harapkan dari Bastian? sikapmu itu tidak akan pernah membuatku berubah pikiran! kita akan tetap bercerai."

Sekuat hati Dayu menahan amarahnya. Sekuat hati dia mempertahankan diri. Dayu tetap tegak berdiri di tempatnya berdiri, dia ingin menunjukkan, bahwa dia adalah wanita yang kuat. Akan tetapi, kali ini, apa yang dikatakan Alvin, sukses membuat dia tidak tahan lagi. Dia punya harga diri, hanya itu satu-satunya yang tersisa.

Dayu membalikkan badannya, menatap pria itu.

Plak! Tamparan melayang di wajah Alvin.

"Jika kau sudah memutuskan untuk menjadi bajingan, maka tetaplah menjadi bajingan! tidak usah menyalahkan aku, atas semua yang terjadi pada rumah tangga kita, aku sudah tidak tahan dengan semua sikapmu!"

Alvin merasakan pipinya kebas, dia menatap Dayu dengan tatapan murka.

"Wanita yang tidak tahu diri," katanya. "Wanita yang memuakkan, wanita datar yang tidak punya inisiatif, aku membencimu!" teriak Alvin, kemudian dia meninggalkan Dayu begitu saja.

Dayu merasakan tubuhnya menggigil, dia menangis tanpa suara, hanya air matanya yang bercucuran. Pernikahan apa ini? Yang hanya akan mempercepat kematiannya.

***

Merengkuh Peluh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang