((6.b))

2.7K 407 79
                                    

"Mas yakin, nggak mau mampir?" tanya Rebecca dengan senyum menggodanya. Alvin yang mulai merasa nyaman dengan gadis itu hanya bisa menolak dengan halus.

"Aku takut kita kebablasan, sementara kita belum menikah."

"Kita hidup di zaman apa, Mas? Pemikiran itu terlalu kolot untuk saat ini."

Alvin hanya tersenyum dengan ucapan Rebecca, wanita itu memang sangat menarik dengan pemikirannya yang maju. Dengan Rebecca, hidup terasa lebih bewarna dan lebih mudah.

"Yakin, Mas? nggak singgah? Mas masih punya kesempatan loh, untuk berubah pikiran," kata Rebecca sambil mengedipkan matanya. Sebuah kebiasaan nakalnya sejak beberapa hari kebelakang.

"Untuk malam ini, aku tidak bisa singgah," kata Alvin. Tawaran Rebecca sangat menggoda, tapi dia harus tetap bertahan dengan prinsipnya.

"Padahal aku berharap Mas menginap malam ini," katanya dengan manja.

"Ada masanya aku akan menginap di sini, tentu setelah kita menikah," kata Alvin. Membayangkan menjadi suami Rebecca sangat menyenangkan. Tentu dia akan bahagia siang dan malam.

Tak sabar menunggu hari perceraian Mas tiba, perceraian dengan istri Mas," kata Rebecca.

"Kita hanya perlu bersabar menunggu waktu 2 bulan kata," Alvin, "Ayo, masuk dulu! kasihan kulit kamu digigit nyamuk."

Rebecca tertawa ringan, "Kalau digigit Mas ngajak apa-apa, kan?"

Alvin menunduk, dia merasa malu dengan godaan itu. Rebecca tertawa renyah.

Kemudian Rebecca, melambaikan tangan, lalu menutup pintu kosannya.

Sepanjang perjalanan pulang, Alvin tidak berhenti tersenyum. Dia merasakan hidupnya bersemangat kembali setelah bertemu dengan Rebecca, wanita itu bisa membangkitkan mood yang telah terkikis karena pernikahannya yang sudah hambar sejak beberapa bulan kebelakang dengan Dayu.

Dia memasuki gerbang pagar rumahnya, senyumnya mendadak hilang, dia sudah menerka akan menerima kondisi membosankan di rumahnya sendiri.

Benar saja, ketika dia masuk ke rumah dia, melihat rumah itu dalam keadaan kosong, tapi lampu sudah menyala artinya Dayu sudah pulang.

Suara langkah kaki kemudian mengalihkan perhatian Alvin dan dia menemukan Dayu baru saja keluar dari kamarnya, dengan memakai dress tanpa lengan yang memamerkan lengan yang jenjang dan putih mulus. Alvin terpaku, lalu menggelengkan kepalanya. Dia melihat Dayu baru itu berbeda pada hari ini, wanita itu bahkan sudah memotong rambutnya menjadi pendek diberi warna cokelat. Dia terlihat asing.

Tak bisa dipungkiri, Alvin merasakan perutnya lapar. Memang sehari ini perutnya diisi dengan makanan siap saji yang berada di restoran perusahaan, yang dimakannya itu tidak mengenyangkan, karena rasanya yang tidak memuaskan. Dia terbiasa dengan masakan rumahan. Lambungnya tak bersahabat dengan makanan luar.

"Kau baru pulang?" tanya Alvin yang merasa aneh tak bertegur sapa dengan Dayu, wanita itu menoleh kepadanya. Dayu ke dapur mengambil air putih. Seperti kebiasaan di rumah ini, sebelum tidur harus minum dua gelas air putih. Dan sejak beberapa hari kebelakang, Alvin tak lagi melakukannya dan Dayu pun membiarkannya.

"Aku sudah pulang saja 05.00 sore," kata Dayu. Dia bertugas sebagai customer service di perusahaan showroom mobil. Selama tiga hari ke depan, dia akan mengikuti pelatihan khusus.

"Apakah kau memasak sesuatu?" Dia berharap wanita itu mengangguk lalu menghidangkan dia makan malam. Tiba-tiba dia teringat, sudah lama tidak memakan steak buatan Dayu.

"Tidak, aku tidak memsak apa-apa," kata Dayu.

Tak mengindahkan Alvin, Dayu kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya yang sudah terpisah dari kamar Alvin. Dia menutup pintu itu tanpa permisi sama sekali.

"Benar-benar wanita itu, baru sehari bekerja, dia seolah-olah membeli semua ini dengan uangnya. Padahal uang masih berasal dari kantongku."

Kebencian makin menumpuk di hati Alvin.

***
Menurut kalian, apa motif Rebecca mau sama Alvin padahal dia tau pria itu sudah menikah?

Jangan lupa vote ya sayang.

Merengkuh Peluh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang