((5.b))

2.5K 416 32
                                    

Alvin tersenyum saat membuka ponselnya, sebuah pesan masuk dari Rebecca. Wanita itu menanyakan bagaimana keadaan Alvin saat ini, apakah dia sudah baikan dan sudah makan malam? hati Alvin berbunga dengan semua perhatiannya itu. Rasa marah menguap begitu saja, digantikan dengan rasa yang begitu bersemangat. Rebecca memang pintar membuat suasana hatinya membaik.

Baru saja Alvin mendapatkan mood-nya kembali, dia melihat Dayu menatap kepadanya. Tak sadar, sejak kapan wanita itu telah berada di dalam kamar. Atau dia yang terlalu asik membalas pesan Rebecca sehingga tak menyadari Dayu yang sudah masuk dari tadi.

Sebagai seorang istri yang masih mencintai suaminya dengan sangat, Dayu merasa cemburu, siapa yang telah berhasil membuat Alvin menerbitkan senyum dengan begitu lebarnya.

Alvin menatap Dayu, Dayu juga menatapnya, tidak ada senyum dari keduanya, mereka bahkan seperti orang yang tidak pernah saling mencintai di masa lampau.

"Aku ke sini bukan untuk tidur bersamamu, Mas. Aku mengambil selimutku, aku masih ingat kesepakatan kita bahwa mulai malam ini kita akan tidur secara terpisah. Aku saja yang pindah, kau tetap saja di sini, karena meja komputermu ada di sini."

Alvin diam saja, tapi matanya bergerak kemana gerakan Dayu. Wanita itu mengambil selimut dan 2 bantal, lalu pergi begitu saja keluar dari kamar. Setelah perdebatan tadi sore, mereka sama sekali belum berbicara. Dayu sibuk dengan anaknya, mendampingi anak semata wayangnya belajar, lalu membacakan cerita dongeng sebelum tidur.

Satu jam telah berlalu, kemudian Alvin merasakan perutnya terasa perih kembali dan sialnya Dayu sama sekali tidak berniat untuk memasak. Alvin pun tak tau, apakah Dayu makan atau tidak.

"Aduh, lapar sekali perutku," katanya. Alvin mengambil kunci motornya lagi, harus mencari sesuatu yang bisa dimakan malam ini. Tiba-tiba Ponselnya berbunyi kembali, nama Rebecca tertera, membuat dia melebarkan matanya.

"Halo, Rebecca," kata Alvin, Dia baru saja menyalakan motornya. Kemudian mematikan kembali agar bisa mendengar suara Rebecca di seberang sana.

"Halo, Mas? Sedang apa? Aku kangen," katanya manja dengan suara yang mendesah kecil.

"Kangen? Besok kita kan jumpa di kantor. Aku sekarang mau keluar, mencari makan malam, mau dibelikan sesuatu?"

"Wah, benarkah? Mas belikan aku ya, bawa saja ke rumah. Bisa?"

"Tentu saja, tunggu 30 menit, ya," kata Alvin dengan senyuman. Alvin sangat bersemangat, hatinya berbunga-bunga. Tanpa menunggu lama, motor Alvin keluar meninggalkan pekarangan rumah.

Sepeninggal Alvin, seseorang yang tengah bersembunyi, melepaskan napasnya, semua itu tidak lepas dari pandangannya, tanpa sengaja Dayu menguping pembicaraan Alvin dengan wanita yang di seberang telepon.

Air mata jatuh ke pipinya. Wajar saja pria itu sudah mati rasa kepadanya, tak bisa dipungkiri lagi bahwa ada wanita lain yang sudah bertahta di hatinya. Dengan mudah Alvin membuka hatinya untuk wanita yang lain, sementara mereka belum bercerai. Alvin tak hanya sekedar tak mencintainya, tapi Alvin terlalu berani mengambil jalan yang salah, yaitu berselingkuh.

Sungguh, Dayu tak lagi mengenai siapa suaminya. seakan dia adalah orang lain yang begitu asing, Alvin bukan lagi pria yang sangat mencintainya dulu dan begitu menyayanginya. Alvin tak lagi mempedulikan hatinya dan perasaannya. Dayu menangis, lukanya semakin parah. Sakit itu bertubi-tubi menyerangnya. Siapa wanita itu? Kenapa begitu mudah membuat Alvin berpaling? Semua pertanyaan berkecamuk di pikiran Dayu.

Dayu membarut dadanya yang terasa sakit, rasanya dia akan mati saja. Begitu banyak kejutan yang tidak pernah dia pahami, semua itu bukan karena kesalahannya. Akan tetapi, dia yang dikorbankan.

***

Ramaikan!
Vote
Komen

Merengkuh Peluh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang