(2.b)

2.3K 369 36
                                    

Seharian menangis, Dayu memutuskan untuk menjemput anaknya yang berada di rumah mertuanya, dia sengaja menyuruh adiknya Alvin yang menjemputnya dari sekolah, dia tak ingin anaknya melihat kondisinya yang begitu menyedihkan.

Pukul 05.00, Dayu memutuskan keluar dari kamarnya setelah mengurung diri di kamar selama beberapa jam menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan. Seharian dia berpikir, mencerna apa yang membuat Alvin menceraikannya, parahnya menganggap dia adalah wanita yang tidak bisa mempertahankan cinta Alvin kepadanya padahal dia telah melakukan semuanya demi pria itu.

Bagaimanapun kerasnya dia berpikir, dia merasa tidak memiliki kesalahan sedikit pun kepada suaminya itu. Alvin selama ini tidak pernah protes dan tidak pernah mengatakan apapun terhadapnya. Alvin lebih banyak diam dan dengan sibuk dirinya sendiri.

***

"Ada apa, Mama? kenapa mata mama bengkak?" tanya Arseno dengan polosnya, dia sebenarnya adalah bocah 4 tahun yang masih duduk polos, tapi dia adalah teman satu-satunya bagi Dayu untuk meluapkan segala perasaan yang ada selama ini. Di saat Alvin mengabaikannya, maka Seno lah satu-satunya orang yang peduli dan menanyakan apa yang terjadi kepadanya.

"Tidak apa-apa, Nak. Mama cuma kebanyakan tidur," Dayu memaksakan senyum.

"Apakah Mama sakit? kalau Mama sakit ayo kita berobat!"

"Tidak, Mama tidak apa-apa, ayo kita mandi dulu."

Arseno mengangguk, kemudian dia memeluk Dayu yang menunduk padanya.

"Reno sayang Mama," katanya sambil mencium pipi Dayu kiri dan kanan. Dayu merasakan matanya memanas, hanya Arseno miliknya sekarang, hanya cinta anaknya itu yang akan membuatnya bertahan.

Setelah memandikan Seno, anak itu kemudian asyik dengan buku mewarnai di tangannya. Dayu berjanji kepada dirinya sendiri, akan menganggap kejadian tadi pagi seakan tak terjadi sama sekali. Kalau bisa dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Alvin, apa yang tidak disukai laki-laki itu akan dia turuti, dia akan menjadi apa yang Alvin mau.

Jam 6 sore, mobil Alvin belum juga sampai di pekarangan rumah. Berjam-jam kemudian tepatnya Jam 9 malam baru pria itu datang. Sering seperti ini, Alvin seolah tidak peduli kepada Arseno yang juga berharap Alvin memiliki waktu bersamanya, pria itu berangkat ketika anaknya masih tidur dan pulang ketika anaknya juga sudah tidur kembali.

Di hari Minggu Alvin lebih memilih bermain dengan Hape atau komputernya daripada melayani dan bermain dengan anaknya sendiri.

Dayu menutupkan pintu kamar Seno, ketika dia mendengar deru mobil Alvin sudah sampai di pekarangan rumah. Dayu berusaha mengurut dadanya dan berusaha menerbitkan senyumnya menyambut pria itu seolah-olah yang terjadi dari pagi tidak apa-apa baginya.

"Mau mandi dulu atau makan dulu, Mas? kalau mandi, airnya sudah aku siapkan. Kalau Mas mau makan dulu, sudah terhidang di atas meja tinggal menyantap saja."

"Aku sudah makan," jawab Alvin ketus.

Hati Dayu tersentak, ternyata perubahan yang diinginkan di hari ini sama sekali tidak terjadi.

"Oh, baiklah, kalau begitu mandi saja, aku akan tuangkan air panas ke dalam bak."

"Aku tidak mau mandi air panas, Dayu."

"Loh, Kenapa, Mas? biasanya Mas menyukai air panas untuk mandi di malam hari."

"Dengar, Dayu! Aku bukan Arseno yang harus menuruti ini dan itu, harus begini harus begitu, aku lelah. Mulai sekarang, aku tidak lagi menyukai apa yang aku sukai dulu, jika dulu aku menyukai air panas, maka hari ini aku tidak lagi menyukainya."

"Maksud Mas, apa?" tanya Dayu dengan menahan tangis.

"Sama sepertimu, dulu aku menyukaimu, sekarang tidak. Seharian aku berpikir bahwa sebenarnya pernikahan ini memang tidak bisa lagi kita lanjutkan, tidak usah menjadi istri yang sangat sempurna untukku, Dayu! karena itu hanya akan membuatku merasa bersalah kepadamu. Bersikaplah sebaliknya, seperti aku bersikap kepada-mu. Mari kita saling mengabaikan supaya kita bisa saling melupakan, Jika kamu bertahan dengan pernikahan ini, sementara aku tak lagi memiliki perasaan kepadamu, maka kau akan tersiksa, Dayu. Selagi ada kesempatan, kau masih muda dan akan menemukan jodohmu di masa depan. Kau mengerti?"

Dayu tak bisa lagi menahan tangisnya rasanya ungkapan yang dikatakan oleh suaminya itu sangat melukai harga dirinya, seolah-olah dia adalah wanita yang haus belaian kasih sayang dari pria lain. Dayu menangis, air matanya bercucuran membasahi pipinya. Hatinya sangat sakit.

Sementara Alvin tidak peduli dengan tangisan Dayu, dia langsung melangkah ke kamarnya dan meletakkan dasinya sembarang tempat, dia akan melakukan apa yang tak disukai oleh Dayu. Dayu suka rumah yang rapi, dia akan membuat rumah itu menjadi berantakan, Dayu tidak suka dengan jas yang digantung sembarangan, baju yang diletakkan di atas sofa atau dengan handuk basah yang terletak di atas kasur, Dayu menyukai kerapian, yang terkadang membuatnya muak dengan aturan yang diciptakan wanita itu.

----
250 vote

100 komen,

Baru aku lanjut ya, Beb.

Merengkuh Peluh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang