((7.a))

2.7K 409 97
                                    

"Mas yakin nggak mau mampir, hujan lebat, loh. Barangkali Mas Butuh waktu istirahat, atau kita bisa minum kopi bareng, atau ... Bisa saling menghangatkan satu sama lain," goda Rebecca dengan begitu berani. Alvin yang digoda seperti itu merasakan panas pada telinganya, dia salah tingkah.

"Sudah malam, kita sudah pergi berdua selama 2 jam," kata Alvin yang menjaga agar pikirannya tetap waras.

"Ayolah, Mas! Kenapa buru-buru pulang, kita kan bisa berduaan sebentar, jika Mas mau, menginap boleh juga."

Alvin menanggapi itu dengan senyuman, Rebecca yang begitu menggemaskan membuat dia begitu sayang pada gadis itu.

Rebecca yang mulai melihat kebimbangan di mata Alvin, melancarkan jurus rayuan mautnya.

"Kita sebentar lagi akan menikah, tak ada salahnya kita lebih dekat dari sebelumnya, lagi pula, hati siapa yang Mas jaga? Istri Mas sudah setuju untuk bercerai, kan? Jadi ... Ayo! Nggak boleh nolak!" Rebecca menarik tangan Alvin begitu saja. Pria itu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, hanya bisa pasrah dengan perlakuan Rebecca. Alvin menyerah, dia terjebak dengan rayuan Rebecca.

***

"Arseno demam, Mbak," kata Bastian. Bastian adalah adik dari Allvin. Dia masih lajang. Pria tampan jebolan universitas luar negeri itu sangat penyayang pada Arseno, jika dia libur bekerja, dia akan mengajak Arseno bermain sepanjang hari. Sayangnya, sampai saat ini di usianya yang sudah mendekati angka tiga puluh tahun, Bastian belum memutuskan untuk menikah.

Dayu baru saja pulang dari bekerja. Memang dia terlambat menjemput Areseno, ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini di kantor. Dayu merasa cemas dengan kondisi anaknya itu. Benar saja, dahi Arseno terasa panas.

"Arseno sudah diberi Paracetamol oleh Mama 3 jam yang lalu, sebelum Mama pergi arisan, tapi, sepertinya tidak memberikan dampak apa-apa. Apa tidak sebaiknya kita bawa saja ke dokter, Mbak?" tanya Bastian lagi. Dari dulu dia dekat dengan Dayu, wanita itu bagaikan kakak kandung yang penyayang.

Dayu mengangguk, tanpa pikir panjang dia bergegas masuk ke dalam kamar yang biasa ditempati Arseno di rumah ini, membawa segala sesuatu yang dibutuhkan, setidaknya pakaian ganti.

Sementara di tempat lain, Alvin yang tidak ingat akan istri, tengah tenggelam dalam kubangan dosa, suara laknat itu memenuhi kamar. Alvin menyerah dengan semua bujuk rayu Rebecca, wanita itu berhasil menariknya ke tempat tidur dan terjadilah perzinahan itu.

Sementara itu, Arseno dibawa ke Instalasi Gawat Darurat. Demamnya mencapai 39,9 derajat. Arseno juga menggigil seperti tengah kedinginan.

"Seno pasti sembuh, tak apa-apa!" ucap Dayu mengecup kening anaknya berkali-kali, dokter baru saja memasukkan obat lewat anus beberapa saat yang lalu. Dayu yang masih memakai pakaian yang sama sejak tadi pagi itu terlihat begitu cemas.

"Apa Mbak sudah menelepon Mas ALvin?" tanya Bastian pada Dayu, karena sejak tadi, Dayu sama sekali tak berniat menghubungi Alvin.

Dayu menatap Bastian, pria itu mirip dengan suaminya, cuma lebih tinggi dan kulitnya lebih gelap dari kulit Alvin. Mereka sudah sepakat untuk tidak saling mencampuri, saling menghubungi hanya akan membuat Dayu terlihat lemah.

Akan tetapi, Alvin wajib tau keadaan anak mereka, pria itu berhak atas Arseno.

"Telepon saja, Mbak!" seru Bastian lagi saat melihat kebimbangan di mata Dayu. Hatinya bertanya-tanya, ada apa dengan pasangan suami istri itu? Sehingga beberapa waktu belakangan ini tak saling peduli. Akan tetapi, Bastian tak berhak mencampuri.

Akhirnya dengan terpaksa, Dayu mengambil ponselnya, lalu menelepon Alvin berulang kali. Sayangnya, beberapa kali panggilan, sama sekali tidak diangkat oleh Alvin.

"Bagaimana, Mbak?" tanya Bastian.

"Tidak diangkat," sahut Dayu dengan senyum masam. Mungkin Alvin sengaja membiarkan panggilan itu karena mereka tengah bertengkar.

"Ini sudah jam sembilan malam. Kenapa dia belum menampakkan batang hidungnya, apa salahnya mengangkat dan memberikan kabar kepada Mbak," kata Bastian menggerutu.

Dayu menggeleng. Apa yang akan dikatakan oleh keluarga Alvin, saat mereka tahu, Dayu dan Alvin memutuskan untuk bercerai? selama ini mereka sangat baik. Mertua Dayu sangat baik dan perhatian, adik-adik Alvin juga seperti itu, jika mereka berpisah tentu Dayu akan sangat kehilangan.

Sementara itu, Alvin terkulai tak berdaya bersama dengan Rebecca dengan bersimbah keringat.

***
200 vote

50 komen

Baru lanjut

Ayo maki maki Alvin Oon.

Mmuheehehehe

Merengkuh Peluh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang