"Danish? Lo ngapain?" Tanya Zafar
"Gw nyusul yang lain ya" ucap Melin masuk terlebih dahulu karena mengerti situasi mereka
"Gw kerja di rumah sakit ini, kebetulan istri lo cek up rutin sama gw, karena sekarang jam istirahat, kita makan disini" jawab Danish
"Gimana hasil USG nya?" Tanya Zafar
"Lebih enak kita ngobrol nya sambil duduk, mau?" Ajak Danish
Mereka bertiga duduk dimeja yang sama
"Kandungan istri lo baik-baik aja, janin nya juga baik banget, udah masuk bulan ke tujuh, makan udah teratur tinggal dari Diah nya aja biar gak stress menjelang persalinan" ucap Danish
"Gw udah saranin dia buat healing pergi ke suatu tempat biar gak stress, tapi dia gak mau" ucap Zafar melihat Diah
"Sebenarnya pikiran ibu biar gak stress itu bukan dari healing, tapi menciptakan kondisi rumah yang nyaman. Terus juga Diah harus lebih sering banyak jalan, biar persalinan lancar tanpa operasi sesar"
"Harus dong, dia gak boleh sesar"
"Iya, lebih bagus lahiran normal daripada sesar. Tapi umur Diah gak muda lagi, dari segi usia Diah udah masuk kepala empat. Maha kuasa sang pencipta masih karuniai kalian anak lagi, tinggal dari lo nya aja Zafar yang bikin gimana Diah gak stress dirumah dan ajak Diah jalan. Gak perlu jauh-jauh, di sekitaran komplek perumahan lo aja biar Diah lahiran normal"
Zafar mengangguk mengerti lalu melihat Diah lagi
"Mama mau pulang? Mau papah anterin?" Tanya Zafar
"Gak usah pah, aku bawa mobil sendiri, abis ini mau jemput Rama sama babang Fathan"
"Yakin? Nanti papah aja yang jemput mereka"
Diah memegang tangan Zafar meyakinkan "yakin pah, bu Melin sama pak Roy udah nungguin papah, semoga bisnis papah di perlancar"
"Papah bisa tunda mereka dulu"
"No.. pekerjaan nomor satu, biaya buat persalinan adik"
"Oke, papah anterin mama sampe mobil aja ya?"
Diah mengangguk "iya"
Zafar menemani Diah sampai selesai makan lalu mengantarkan Diah ke mobil
Sampai di mobil, Diah masuk ke mobilnya
"Oh ya pah, bu Melin sering ganti warna rambut ya?"
Zafar nampak mengingat "iya, bu Melin sering ganti warna rambut, rambutnya itu baru di warnai dua hari yang lalu, sebelumnya warna blonde"
Diah mengangguk, berarti kecurigaan dia terhadap bu Melin istri dari pak Roy mulai sedikit turun
"Oke pah, nanti malem pulang jam berapa?"
"Malem, mama gausah nungguin papah, mama tidur duluan aja" Zafar mengusap kepala Diah
"Oke, tapi pah abang Revan gimana ya, dia pengen banget punya tablet"
"Papah gak bisa beliin itu sekarang, kalo papah ada uang pasti papah beliin"
Diah mengangguk, itu berarti suaminya tidak benar-benar melarang Revan untuk ikut kegiatan lain dalam mencari minat anak itu
...
Malam
Diah memperhatikan ponselnya yang menunjukkan arah GPS, menuju sebuah hotel
Dia resah karena mobil itu tidak berpindah tempat dari sore hari. Padahal janjinya Zafar dia akan pulang malam ini
Diah merebahkan tubuhnya sambil terus melihat layar hp yang sangat tidak menarik untuknya karena hanya gambar titik lokasi dari mobil Zafar
Akhirnya Diah tertidur, menunggu suaminya yang tak kunjung pulang malam ini.
꧁♡︎♡︎♡︎♡︎ᵖʳⁱⁿᶜᵉ&ᵖʳⁱⁿᶜᵉˢˢ♡︎♡︎♡︎♡︎꧂
Shubuh Diah bangun, dia masih memegang hpnya, dibuka layar hp itu, mobil Zafar masih di posisi yang sama, terparkir di hotel
Diah mengusap perutnya lalu turun dari kasur, men-charge hpnya. Dia menuju lantai satu
Ding dong
Bel rumah berbunyi, Diah buru-buru membuka pintu rumah. Ternyata bukan sosok yang diharapkan, mbok Ja baru saja tiba dirumah
"Ibu kok pucet, semalem gak bisa tidur?" Tanya mbok Ja khawatir
"Gapapa mbok, ayo masuk" Diah jalan masuk terlebih dahulu, mbok Ja mengunci pintu rumah
"Ibu nunggu tuan pulang?"
"Iya, dia gak pulang, kayaknya kerjaan dia banyak banget"
Mbok Ja langsung memegang alat-alat masak, sebentar lagi para pangeran bangun dari tidur
"Mama.." suara Rama
Diah menoleh ke arah tangga, anaknya itu baru bangun tidur, rambutnya masih acak-acakan dan dia juga mengucek matanya
"Aa' kok udah bangun"
Rama berlari kecil lalu memeluk Diah
"Aa' kenapa? Mimpi buruk?" Diah menyentuh dahi Rama, suhu tubuh anak itu sedikit hangat dari biasanya
Rama mengangguk "iya.. mimpi papah pergi.. hiks" jawab Rama diikuti isakan
Diah melepas pelukannya "pergi? Papah gak pergi kok"
"Papah sekarang dimana mah? Rama kangen sama papah"
"Papah masih di kantor, sebentar lagi pulang kok. Aa'demam, ayo balik lagi ke kamar"
Rama bergeleng "gak mau, maunya di kamar mama"
"Oke.. tapi Aa' janji gak nangis?"
Rama mengangguk
"Ayo hapus air matanya"
Rama menuruti perkataan Diah, menghapus air matanya. Namun air mata Rama terus saja keluar, efek dari suhu tubuh Rama yang meningkat. Anak itu demam tinggi
Diah membawa Rama ke kamarnya, mengecek suhu tubuh Rama
"Mama.." panggil Rama
"Iya sayang?"
"Rama minta tolong matiin AC nya ya, Rama kedinginan, matahari juga silau banget, Rama gabisa tidur"
"Iya sebentar ya sayang"
Diah mematikan AC, menutup pintu balkon dan menarik gorden menutup seluruh ruangan dari sinar matahari, Diah menyalakan lampu tidur
"Apa yang Aa' rasain sekarang? Sakit kepala? Badan lemes? Mau muntah?" Tanya Diah
"Aa' cuma ngantuk, badan Aa' lemes banget mah" jawab Rama dengan matanya yang tertutup
"Oke Aa' tidur dulu ya, nanti mama bangunin buat sarapan, abis itu minum obat"
Tidak ada jawaban dari Rama, anak itu tertidur
Diah menuju lantai satu membuatkan bubur, kemudian ke kamar anak-anak nya untuk dibangunkan tidur
Diah melihat Navarro dan Sagara sudah rapih setelah sembahyang, masih memakai peci putih, baju koko dan sarung
"Mas Navarro, tolong bangunin adik-adik nya ya, Rama lagi sakit, jadi gak bisa mama tinggal"
"Oh iya mah, mas bangunin sama uda juga"
Diah langsung ke kamar sambil membawa bubur, minum dan obat. Dinyalakannya lampu kamar, wajah Rama merah karena demamnya, Diah membangunkan Rama pelan-pelan. Untungnya anak itu menurut untuk sarapan, tinggal minum obat penurun demam saja
"Aa' maunya papah, mau peluk"
Diah menghapus air mata Rama yang terus menetes
"Iya sebentar lagi papah pulang, Aa' minum obatnya dulu ya terus tidurin, nanti pas bangun ada papah disamping Aa', baru deh abis itu terserah Aa' mau peluk papah sampai puas, ok?"
Rama mengangguk lalu meminum obatnya. Akhirnya Rama tidur, tapi Diah tidak berani meninggalkan Rama sendirian di kamar karena sesekali anak itu mengigau dan Diah harus terus mengecek suhu tubuh Rama
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Akibat Perselingkuhan dari Papah
RandomHanya satu kesalahan dari papah, semuanya hancur tak bersisa. Rumah tangga yang dibangun mama dan papah hancur. Kami anak-anaknya? Mencar mencari tujuan yang disebut sebagai 'rumah'. Papah awalnya lebih memilih perempuan lain untuk dijadikan sebagai...