17. Kesalahan Fatal

34 10 0
                                    

Danish berhasil menemukan mobil Diah, sedangkan perempuan itu mengatur nafas bersiap melahirkan di mobil

"Diah! Diah! Ayo pindah" Danish membopong tubuh Diah ke mobil miliknya

Diah mencengkram kuat samping kursi mobil "ahh!! Hufh hufh.."

Mobil melaju ke rumah sakit terdekat

"Danish bisa bawa lebih cepat?! Aku.. bayi nya gak mau keluar.."

Tak perlu ditanyakan lagi bagaimana kondisi dalam mobil itu, penuh darah dan air ketuban

Tanpa bicara Danish melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh sampai akhirnya berada didepan UGD

Sebelum mereka berpisah untuk masuk ruangan, Diah berpesan ke Danish untuk mengabari mbok Ja mengurus anak-anak Diah

Belum sempat menelpon, Navarro sudah menelpon lebih dulu pakai telepon rumah

(Halo om Danish, ini saya Navarro anaknya mama Diah)

"Ah iya Navarro, ceritanya panjang banget, tapi bisa tolong rahasiakan ini dari papah kamu? Mama kamu sekarang melahirkan setelah melihat dan mendengar hal yang membuat dia seperti ini, kamu bisa bawakan baju salin untuk mama kamu? Nanti om shareloc alamat rumah sakitnya. Soal adik-adik kamu, nanti temen-temen mama kamu yang bakalan urus mereka, kamu tenang aja"

(Iya om ngerti, yaudah saya packing dulu baju-baju mama nya)

Telpon langsung mati, Danish menelpon teman-teman nya, mereka juga teman-teman Diah yang dulu satu universitas

"Lita, bisa tolong lo kesini? Diah melahirkan"

(Lahiran?! Oke abis jadwal ini gw langsung kesana, shareloc aja)

"Bukan, maksud gw tolong jagain anak-anak Diah, mereka ada  dirumahnya, kalo Zafar nanya Diah dimana tolong rahasiakan"

(Dan, jangan bilang kalo Zafar kayak waktu itu..?) Tebak Lita

"Apapun itu gw juga gak ngerti intinya jangan kasih tau Zafar, kalo perlu bawa anak-anak Diah ke rumah lo sekarang"

(Okeoke gw langsung kerumah Diah sekarang sama Wita dan Arul)

"Oke thanks ya"

Dokter keluar dari ruangan

"Gimana John?" Tanya Danish

"Dan.. susah banget, lo harus masuk ke dalem, Diah butuh seseorang"

Johnny dan Danish saling kenal, mereka dulu pernah bekerja dirumah sakit yang sama

Danish masuk keruangan setelah memakai baju operasi. Danish melihat Diah yang sudah tidak berdaya, Danish seperti melihat sang istri di akhir hidupnya

"Diah.."

"Danish.. anak pertama.. selamat, tapi dia gak bisa nangis.. gak ada suaranya.." ucap Diah lemah

"Semua baik-baik aja, kamu gak usah khawatir, kamu harus kuat, masih ada anak kamu didalam sana"

Diah bergeleng "engga bisa.. aku titip anak-anak aku ya..? Aku takut.. aku gak bisa bertahan sama bayi ini.."

"Jangan ngomong gitu, kamu pasti bisa bertahan, ada dokter Johnny yang udah berpengalaman"

Anak kedua berhasil dikeluarkan, tapi tidak ada suara bayi didalam ruangan ini

Danish melihat keadaan didalam ruangan ini, mereka semua berusaha menyelamatkan bayi-bayi Diah

"Dok! Yang perempuan gak bernafas!" Suara perawat

Johnny membantu perawat itu, berusaha semaksimal mungkin supaya bayi itu bernafas dan kembali berdetak jantung nya. Menekan dada bayi itu, mengorek tenggorokan bayi itu

Diah memegang tangan Danish, sebutir air mata jatuh dari pelupuk mata Diah

"Perempuan.. akhirnya anak yang terakhir perempuan.."

Danish mengangguk "iya.. dia perempuan"

Genggaman tangan Diah melemah, senyumnya juga memudar seiring matanya mulai tertutup

"16 Juni 20xx pukul 16.20 bayi perempuan dari pasien ibu Diah dinyatakan meninggal" ucap Johnny

Tangis Danish pecah, Danish kembali menggenggam tangan Diah lalu mencium tangan Diah

"Diah! Diah!!"

...

"Mas! Tunggu dong!" Teriak Dara

Dara belum memakai seatbelt Zafar sudah menancap gas. Mobil melaju kecepatan penuh mencari mobil Diah yang entah pergi kemana, sebelah tangannya menelpon nomor Diah, tapi berulang kali nomor Diah tetap tidak aktif

Zafar menelpon ke rumah, tidak ada yang mengangkat, akhirnya Zafar memutuskan pergi ke rumah.

Mobil sampai di depan rumah disaat itu juga Navarro menutup pintu taksi lalu pergi, melihat papahnya keluar dari mobil bersama dengan perempuan yang ia lihat waktu itu

"Mbok?! Mama?! Mas! Abang! Babang! Uda! Aa'! Kakak!" Teriak Zafar, dia berlari menaiki anak tangga menuju lantai dua, dia membuka semua kamar, tidak ada satu orang pun disana, yang lebih heran koper di setiap kamar tidak ada

"Sialan! Danish! Kau bawa anak-anak!" Zafar menelpon Danish, tapi di reject

"Mas coba tenang dulu, kemana biasanya mereka pergi? Mungkin mereka pergi ke orang terdekatnya mbak Diah? Atau orang tuanya mbak Diah?" Dara mencoba menenangkan Zafar

"Gak mungkin, orang tuanya jauh, kalo orang terdekat Diah gak pernah cerita, cuma Danish doang, Lita dan Wita udah gak pernah berhubungan. Arul dan Lita.. arrghh! Dimana rumah mereka!" Zafar emosi, dia turun dari lantai dua menuju mobilnya

"Kita kemana mas?" Tanya Dara

"Ke apartemen Wita, cuma apartemen dia yang aku tau" jawab Zafar

Mobil melaju ke apartemen Wita. Tidak ada percakapan di mobil, Dara terlalu takut, ia baru pertama kali melihat Zafar yang marah seperti ini

"Kembar, kembar, katanya kembar, semoga aja ada anak perempuan, iya semoga aja" gumam Zafar

Sampai di apartemen Wita, yang membuka pintu bukanlah Wita, tapi asistennya

"Ibu Wita ada di kantor, ada apa ya pak? Kalau penting nanti saya sampaikan" tanya asisten

"Gak apa-apa, saya perlu sama Wita sendiri" Zafar pergi, Dara hanya mengikut Zafar dari belakang

Zafar teringat sesuatu, dia balik lagi "kalau rumah Lita dan Arul dimana ya?" Tanya Zafar ke asisten itu

"Saya kurang tau pak, maaf"

Zafar pergi, dia benar-benar buntu, entah harus kemana ia cari. Melin menelpon dari kantor

(Zaf, keluarga dari korban arsitek waktu itu dateng, mau bicara perihal waktu itu)

"Iya saya kesana"

Zafar melihat Dara, dia memegang kedua bahunya

"Kamu pulang dulu ya, nanti aku hubungi"

"Tapi mas, aku mau ikut sama kamu ke kantor"

"Gabisa, mungkin bakalan lama banget disana, kamu pulang ya, aku anterin"

Dara cemberut "yaudah" ucap Dara

...

Rama berada dipelukan mbok Ja, dia bingung mobil melaju kemana, belum pernah dia ke area perumahan mewah

Didalam mobil juga ada Ghazam, mereka naik mobilnya Wita. Sedangkan Sagara, Revan dan Fathan berada di mobil Arul

"Mbok.. kita mau kemana?" Tanya Rama

"Kita mau nginep dirumah tante Lita" jawab mbok Ja

"Tante Lita? Siapa tante Lita, mbok? Rama gak kenal"

"Tante Lita itu temen mamanya Rama, disana luas banget, ada kolam renang nya, nanti Rama berenang sama yang lain ya?" Ucap Wita

"Mama kemana mbok? Mama kok gak keliatan? Papah juga, Rama kangen sama mama"

"Mama ke rumah sakit cek kandungan, papah kan lagi kerja, jangan cariin mama sama papah ok? Kan ada kakak dan yang lainnya" ucap Ghazam






To be continue

Akibat Perselingkuhan dari PapahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang