Diah menggendong bayi itu, bayi yang sangat cantik, bayi yang tidur pulas
"Mas kasih namanya bagus, mama suka. Yolanda masih hidup kok, dia cuma tidur" Diah mengusap pipi Yolanda
Navarro menghapus air matanya, dia melihat mamanya berantakan
"Ayo mah, mama harus dandan dulu, nanti kita ketemu adek lagi"
Diah mengangguk dan memberikan Yolanda ke Danish
...
Dirumah, Zafar dalam keadaan tidak baik-baik saja, dia terlihat berantakan, jas yang tidak beraturan, rambut yang acak-acakan, dia juga sepanjang hari hanya melihat hpnya menunggu telpon dari Diah
Dia melihat jam di dinding, sudah masuk waktu shubuh, dia benar-benar tidak merasakan kantuk, rasa khawatir menyerang dirinya, terlebih Diah yang hamil dan tidak ada kabar apapun
Melihat hp yang sepi, Zafar memutuskan untuk membersihkan diri dan berganti pakaian, percuma juga dia menunggu balasan dari orang-orang yang dia hubungi
Zafar bolak-balik tidak karuan sambil sesekali melihat hpnya. Dalam detik itu juga telpon dari Diah masuk, Zafar buru-buru mengangkatnya
"Halo mah, mama dimana? Papah jemput ya?"
(Pah,)
Suara Diah nampak tercekat membuat Zafar semakin khawatir
"Ada apa? Bilang jangan bikin papah khawatir, mama ada dimana?"
(Bisa bilang ke pak RT, anak kita meninggal, kemarin sore, bayi kita meninggal, jam 16.20, meninggal dalam kandungan. Aku mau anak kita di makamkan dengan layak dan banyak dihadiri supaya banyak yang berdoa untuk dia. Namanya Yolanda, anak bungsu keluarga Adyatma)
"Mama bilang apa sih! Meninggal?! Gak mungkin! Ini bukan bulan nya mama lahiran!"
(Itu aja, mama pulang sekitar dua jam lagi, jadi tolong urus semuanya dirumah)
Diah langsung mematikan telpon
"Mama! Mama!! CK! Arrrghhh!!" Zafar membanting hpnya ke lantai, dia mengacak-acak rambutnya frustasi
"Anak harapan! Kenapa! Kenapa harus diambil?!" Tangis Zafar pecah, dia duduk dilantai bersandar ke sofa
...
Diah sampai dirumah, bersama Danish dan Navarro. Diah menggendong Yolanda, dalam dekapan hangatnya, sedangkan Danish menggendong anak lelaki Diah
Rumah itu sudah penuh dengan warga sekitar yang ikut berbelasungkawa
"Bu dokter.. saya turut berduka cita.." bu neng menangis, dia tidak kuat menahan air matanya melihat bayi yang sudah dikafani dalam dekapan Diah
"Makasih bu" Diah berusaha tegar, dan menjawab semua ucapan duka dari yang lain
Zafar berada di dalam, dia diam saat melihat bayi didekapan Diah, air matanya pecah begitu melihat bayi yang ada di dekapan Danish
"Anak-anak papah.. maaf.. maaf.." Zafar menghampiri Diah, dia melihat bayi itu. Diah mengijinkan Zafar untuk menggendongnya
Bayi dalam dekapan Danish menangis, orang-orang didalam rumah melihat ke arah bayi itu, tangis bayi itu terdengar pilu, sesak di dada para orang tua yang mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan anak. Danish segera membawa bayi itu masuk ke dalam kamar menghindari kebisingan diluar, Diah mengikuti Danish dari belakang
"Makasih ya, aku mau nyusui Yudhanta dulu" ucap Diah menggendong Yudhanta
Danish keluar, dia melihat Zafar yang ingin masuk ruangan itu. Danish menahan Zafar
KAMU SEDANG MEMBACA
Akibat Perselingkuhan dari Papah
NezařaditelnéHanya satu kesalahan dari papah, semuanya hancur tak bersisa. Rumah tangga yang dibangun mama dan papah hancur. Kami anak-anaknya? Mencar mencari tujuan yang disebut sebagai 'rumah'. Papah awalnya lebih memilih perempuan lain untuk dijadikan sebagai...